Saya tidak tahu apakah tulisan ini bisa dibaca oleh Kak Anthon dari Sana. Dari lubuk hati yang terdalam, saya sangat berterimakasih langsung kepada Kak Anthon yang selama hidupnya telah mendedikasikan diri untuk mendidik, membentuk karakter anak bangsa lewat kegiatan kepramukaan (terutama yang berpangkalan di Sekolah Katolik). Saya-pun meminta maaf karena selama pandemi tidak berkesempatan untuk bertemu Kak Anthon di luar bumi perkemahan yang sudah lama dijanjikan, yaitu Toko Kopi Es Tak Kie. Jujur saja, masih banyak hal yang ingin saya dengar dari Kak Anthon dan ingin saya ceritakan kepada Kak Anthon. Tak apa, dengan rasa bangga dan hormat, Kak Anthon telah mengakhiri pertandingan yang baik (mengutip 2 Timotius 4:7).
Tulisan ini merupakan kenangan pribadiku tentang beliau. Begitu berkesan sosok beliau dibenak saya (dan saya yakin, hampir semua kakak-kakak yang pernah bertemu, kenal, dan dekat dengan Kak Anton juga merasakan hal yang sama). Walaupun pertemuan kami dapat dihitung dengan jari. Setidaknya, saya sangat beruntung telah dipertemukan dengan sosok Kak Anthon.
Sejak pertama bertemu dalam kegiatan Temu Pembina III pada tahun 2016 di Klaten hingga kali terakhir di tahun 2019 (sebelum pandemi) dalam kegiatan Dian Pinru dan Jumpa Karya Penegak di Curup, semangatnya tetap sama. Di usianya yang bisa dibilang tidak lagi muda, ia masih memilih tidur di barack bersama dengan Kakak-kakak yang lain, beralaskan selembar matras dan sleeping bag yang dibawanya sendiri.
Kak Anthon memberikan contoh kesederhanaan dan kesetaraan terhadap kami para pandunya. Status/kedudukan/posisi yang lebih tinggi bukanlah suatu alasan untuk mendapatkan fasilitas yang lebih mewah. Melainkan pengetahuan dan pengalaman yang lebih dalam menjadi alasan untuk terus berbagi, berdedikasi, mengabdikan diri demi membangun karakter generasi muda yang dibutuhkan negeri ini. Â
Kak Anthon merupakan sosok yang tegas, blak-blakan, disegani oleh banyak orang, tapi lain sisi, Kak Anthon merupakan pribadi yang futuris, visioner, dan peduli dengan masa depan anak bangsa. Kak Anthon percaya bahwa yang menjadi anak muda saat ini akan menjadi pemimpin di masa depan. Sehingga, karakter kepemimpinan harus dibentuk sedari dini agar kami menjadi pribadi yang rasional, tidak lepas dari nilai-nilai moralitas keagamaan, cinta tanah air, serta mementingkan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi. Â
Bagi kami, mengikuti kegiatan Pramuka telah menumbuhkan rasa percaya diri, jiwa kepemimpinan, semangat nasionalisme dan cinta tanah air. Hingga saat ini, mengamalkan Tri Satya dan Dasa Darma Pramuka menjadi bekal yang selalu kubawa kemanapun saya berpetualang -- menjalani kehidupan sehari-hari. Dan saya-pun yakin, Pramuka masih dibutuhkan sebagai pendidikan karakter calon pemimpin masa depan yang dibutuhkan bangsa ini.
Selamat jalan, Kak Anthon. Selamat berjambore abadi bersama Bapa di Surga. Doakan kami yang masih berziarah di dunia agar dapat melanjutkan perjuangan yang telah Kak Anthon wariskan! Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H