Bung Hatta merupakan salah satu tokoh negara yang berjuang bersama tokoh bangsa dalam memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia, sumbangan pemikiran serta dedikasinya terhadap bangsa ini tidak dapat diragukan lagi, pria kelahiran Bukit Tinggi 12 Agustus 1902 lini menjelma menjadi sosok intelek dengan berbagai perjuangan dan pergerakan, selama pengasingan oleh Belanda diberbagai tempat beliau selalu setia dengan buku, walau secara fisik beliau berada dalam pengasingan namun pikiran serta wawasannya meluas melalui buku sebagai jendela dunia. Puncak perjuangannya adalah menjadi bagian dari panitia 9 Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang diketuai IR. Soekarno dan beranggotakan tokoh pergerakan seperti M. Yamin, Wahid Hasyim, Agus Salim serta lainnya.
Dalam rangka mempercepat kemerdekaan, BPUPKI yang menjadi cikal Bakal PPKI ( Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) akhirnya dibentuk di Vietnam oleh panglima Asia Tenggara saat itu Jendral Terauchi, bung Hatta ditunjuk sebagai wakil ketua sementara ketuanya adalah Bung Karno. Beberapa hari kemudian bung Karno dan Bung Hatta diculik oleh sekelompok pemuda ke Rengasdengklok yang menuntut percepatan kemerdekaan Indonesia, bahwa kemerdekaan tidak boleh ditawar lagi sehingga pada akhirnya di proklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, pada saat itu bung Hatta merupakan Wakil Presiden pertama Indonesia.
Agresi Militer Belanda dan Konferensi Meja Bundar.
Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 ternyata tidak diterima oleh pihak Belanda, pihak Belanda akhirnya ingin menguasai kembali bumi Nusantara ini mengingat kekayaan alam yang melimpah, agresi militer Belanda ini memantik peperangan diwilayah NKRI dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. Pada akhirnya belanda mengajukan perundingan melalui Konferensi Meja Bundar yang dilaksanakan di Den Haag pada tahun 1949 delegasi Indonesia saat itu dipimpin langsung oleh bung Hatta. Adapun salah satu hasil dari KMB tersebut yakni pembentukan Republik Indonesia Serikat (Sistem Negara Federal).
Banyak kalangan yang menolak hasil perjanjian KMB karna mencederai semangat proklamasi, yang diinginkan adalah pengakuan bukan penyerahan kedaulatan apalagi intervensi terkait bentuk negara. Selain itu poin perjanjian lainnya juga mengharuska membayar hutang perang Hindia Belanda sebesar 4,5 Milyar Gulden.
Republik Indonesia Serikat (1949-1950)
RIS Terdiri dari 7 Negara bagian dan 9 daerah otonom