Mohon tunggu...
Lalu Ridho Arindi
Lalu Ridho Arindi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

penyuka sastra dan pemerhati politik dan pemerintahan,keseharian sebagai pamong dan praktisi kehumasan di salah satu kabupaten di Pulau Lombok. follow me @Ridho19

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Di Indonesia ada Gladiator?

29 September 2014   19:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:03 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian pembaca yang pernah nonton film Gladiator, akan bertanya demikian. Untuk menemukan jawabannya, sangat mungkin, apalagi melihat Negara Indonesia yang luasnya hampir sama dengan lima puluh negara Eropa, include Italia, negara asal Gladiator.

Bersyukur, kita di anugerahi kekayaan alam yang melimpah dengan jumlah pulau 17 ribuan lebih, dengan tiga zona waktu. Keren kan? Adapun suku yang menghuni Indonesia jumlahnya ribuan. Disamping penduduknya yang sangat heterogen, bentang alam yang berbeda-beda melahirkan bermacam corak budaya, satu-satunya di dunia.

Nah, ini dia jawabannya. Mungkin bagi sahabat yang dari luar Lombok, selama ini berwisata ke Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat indentik dengan wisata alam, baik berupa pantainya yang indah dan gunungnya yang menakjubkan. Taruhlah Pantai Senggigi, Gili Trawangan dan Gunung Rinjani, ini sudah mainstream banget. Lalu apa dong?

Nah lho! Suku Sasak yang menghuni Pulau Lombok, memiliki banyak tradisi yang unik sehingga menarik untuk disaksikan, atau lebih dikenal dengan wisata budaya. Mulai dari tradisi Bau Nyale, Ritual adat Ngayu-ayu dan banyak lagi. Kali ini penulis mau berbagiseputar Presean.

Presean adalah seni bela diri tradisional asli Suku Sasak mirip Gladiator begitu. Hii, seram ya? Tapi jangan bayangkan ada bunuh-membunuh kayak di film Gladiator, yang menjadi tontonan para bangsawan Romawi untuk menghormati Dewa-dewa mereka. Bedanya, awal mulanya Presean digelar sebagai persembahan untuk mendatangkan hujan, sekaligus sebagai simbol kejantanan pemuda-pemuda Sasak. Seiring perubahan zaman, tradisi ini terlepas dari unsur-unsur mitologi dan lebih identik sebagai permainan biasa, dipertandingkan pada waktu-waktu tertentu dan digelar di lapangan terbuka.

Mengenai sejak kapan mulai dikenal, tidak ada catatan sejarah yang pasti, menunjukkan penanggalan yang tepat, konon sudah ada semenjak penulis belum lahir,..hehe..

Presean berupa adu pukul antara dua orang pepadu atau petarung dengan peralatan berupa Ende (perisai) dari kulit kerbau dan tongkat dari kayu rotan, ujungnya lapis aspal. Kebayangkan? Tapi tenang aja, pukulnya gak sembarang. Presean ini memunyai aturan yang lengkap. Para pepadu hanya diperbolehkan memukul dari kepala sampai pinggang dan ada wasitnya juga lho, yang biasa disebut pekembar. Pertandingan dilangsungkan tiga sampai lima ronde, dengan alokasi waktu 1-2 menit tiap ronde.

Lalu dimana seninya? Pada saat petarungan berlangsung akan diiringi oleh tabuhan gamelan tradisional para pepadu sesekali melakukan gerak tari yang elegan dan atraktif.

Menariknya, ketika pertandingan berlangsung, para pepadu benar-benar saling bermusuhan, saling pukul hingga tubuh lebam-lebam dan mengeluarkan darah. Jika ada pepadu yang bocor di kepala, secara otomatis pertarungan dihentikan. Menurut sebagian pepadu, mereka melibatkan hal-hal magis, sehingga bagaimana pun luka yang dialami, tak merasa kesakitan walaupun setiap pertandinganharus ada dampingan tenaga medis.

Usai pertandingan para pepadu akan saling rangkul, tak menampakkan suasana permusuhan dan bagi pepadu yang baru pertamakali berjumpa di arena, biasanya akan makin akrab. Uniknya, di partai final tidak mesti ada juara tunggal, tetapi bisa berakhir draw. Aturannya tidak ada yang kalah jika tidak ada yang mengalah sampai jeda waktu yang ditentukan habis. Adapun pesan-pesan yang bisa diambil dari peresean adalah kerendahan hati, keberanian dan keinginan yang tinggi akan persahabatan.

Bagi pembaca yang ingin menyaksikan Gladiator ala Indonesia, disarankan datang pada bulan Agustus karena akan banyak digelar dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI. Siap-siaplah menahan nafas. (ridho)

[caption id="attachment_326275" align="alignnone" width="720" caption="suasana arena presean"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun