Kita manusia-manusia yang hidup di abad ke-21 ini tentunya sudah tidak asing dengan Kapitalisme. Pertumbuhan ekonomi yang merajalela seolah menjadi wadah bagi kapitalisme juga bertumbuh pesat. Dalam teori Marxisme, kapitalisme dianggap sebagai sebuah pandangan yang menyengsarakan banyak orang. Hingga saat ini, kapitalisme memiliki imej yang kurang baik di mata Masyarakat.
Lalu apa sih sebenarnya Kapitalisme ini? Mengapa banyak orang yang menganggap bahwa Kapitalisme merupakan sistem yang jahat? Kapitalisme adalah sistem ekonomi di mana setiap individu memiliki kontrol penuh atas kegiatan ekonomi seperti perdagangan, industri, dan alat produksi dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. Kapitalisme berasal dari konsep ekonomi di Inggris pada abad ke-18 dan kemudian menyebar ke Eropa Barat dan Amerika Utara.
Dalam sistem kapitalisme, aset-aset kapital seperti pabrik, tambang, dan jalur distribusi dapat dimiliki dan dikendalikan secara pribadi, tenaga kerja dibayar dalam bentuk uang, keuntungan kapital diperoleh oleh pemilik pribadi, dan harga-harga ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Sistem kapitalisme merupakan kebalikan dari sistem sosialisme, di mana negara mengendalikan banyak alat produksi. Sistem kapitalisme adalah kebalikan dari sistem sosialisme, di mana negara mengontrol alat produksi, menetapkan harga barang atau jasa, dan menentukan upah pekerja.
Tidak adanya campur tangan negara adalah ciri yang paling menonjol dari penerapan kapitalisme. Semuanya ditentukan oleh pasar. Inilah yang disebut oleh Adam Smith sebagai teori Invisible Hand. Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan kapitalisme sebagai sistem atau paham ekonomi yang bertumpu pada modal swasta atau modal perusahaan swasta, dengan persaingan di pasar bebas.
Marxisme menganggap kapitalisme sebagai sistem ekonomi yang mengeksploitasi tenaga kerja dan mendistribusikan kekayaan dan kekuasaan secara tidak merata. Karl Marx, pendiri Marxisme, mengkritik kapitalisme sebagai sistem yang tidak stabil dan rentan terhadap krisis karena adanya kontradiksi internal.
Marx berpendapat bahwa kapitalisme dibangun di atas eksploitasi kelas pekerja (proletariat) oleh kelas pemilik modal (borjuasi). Para pekerja dipaksa untuk menjual tenaga kerja mereka kepada para kapitalis dengan imbalan upah, namun nilai tenaga kerja mereka jauh lebih besar daripada upah yang diterima. Kapitalis mendapatkan keuntungan dari nilai lebih yang dihasilkan oleh tenaga kerja buruh.
Perjuangan Kelas: Kaum Marxis percaya bahwa kapitalisme melanggengkan konflik kelas antara kaum borjuis dan proletar. Kaum borjuis berusaha memaksimalkan keuntungan dan mempertahankan posisi istimewa mereka, sedangkan kaum proletar mencari kondisi kerja yang lebih baik, upah yang lebih tinggi, dan pada akhirnya, penggulingan kapitalisme.
Keterasingan: Marx membahas bagaimana kapitalisme mengasingkan pekerja dari hasil kerja mereka, proses produksi, pekerja lain, dan pada akhirnya, diri mereka sendiri. Pekerja direduksi menjadi sekadar pelengkap mesin produksi, membuat mereka merasa tidak berdaya dan terputus dari pekerjaan mereka.
Kecenderungan Krisis: Menurut Marx, kapitalisme secara inheren menyebabkan krisis ekonomi karena kelebihan produksi, kekurangan konsumsi, dan kontradiksi dalam moda produksi kapitalis. Krisis-krisis ini menyebabkan kemerosotan ekonomi, pengangguran, dan ketidakstabilan sosial.
Imperialisme: Marxisme mengkaji kecenderungan ekspansif kapitalisme, yang mengarah pada imperialisme dan kolonialisme ketika kekuatan kapitalis mencari pasar baru, sumber daya, dan tenaga kerja murah untuk mendorong pertumbuhan mereka.
Secara keseluruhan, Marxisme melihat kapitalisme sebagai sebuah sistem yang penuh dengan kontradiksi internal dan ketidakadilan yang pada akhirnya akan berujung pada keruntuhannya, untuk digantikan oleh masyarakat sosialis atau komunis di mana alat produksi dimiliki secara kolektif dan kekayaan didistribusikan secara lebih merata.