Mohon tunggu...
Pradnya Almayra Ayudya K
Pradnya Almayra Ayudya K Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia, Sastra Belanda

Seorang mahasiswa Sastra Belanda di Universitas Indonesia yang mengombinasikan kecintaannya pada menulis dengan minatnya pada hubungan internasional, mempelajari isu-isu global, dan berupaya meningkatkan pemahaman antarbudaya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Narasi Visual Sejarah Kolonial Peter van Dongen dalam Krantenbank Zeeland 2020: 'Vergeten oorlog in Indonesie'

13 Juni 2024   18:21 Diperbarui: 14 Juni 2024   12:36 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halaman 48, 49, dan 50 Krantenbank Zeeland; Vergeten oorlog in Indonesië (2020)

"Empat puluh delapan tahun silam, Jeffrey mengikuti sang ibu yang blasteran Belanda tinggal di kediaman neneknya di negara itu. Jeffrey yang saat itu menginjak remaja memendam amarah saat membaca buku-buku sejarah sekolah di negeri Kincir Angin." Indopress.id (29/08/2017)

Pada tahun 2017, seorang aktivis keturunan Indonesia yang tinggal di Belanda bernama Jeffrey Pondaag telah berjuang keras untuk mengungkap kebenaran sejarah. Melalui Yayasan Komite Utang Kehormatan Belanda (K.U.K.B.), Pondaag telah berhasil membawa beberapa kasus hukum yang menuntut pertanggungjawaban pemerintah Belanda atas kekejaman yang dilakukan oleh tentara kolonial selama masa penjajahan. 

Salah satu kontribusi signifikan Pondaag adalah memaksa Belanda untuk membayar kompensasi kepada korban dan keluarga korban di Indonesia, yang mencapai miliaran rupiah.

Beberapa tahun setelahnya, Krantenbank Zeeland menyoroti narasi "Vergeten Oorlog in Indonesië" dalam majalahnya di tahun 2020. Melalui narasinya, majalah Krantenbank Zeeland mengambil beberapa potongan cerita terkait kesaksian kolonialisme Belanda melalui Cathy van Der Laar, seorang warga Belanda keturunan Indonesia. Dengan kesaksian yang berdasar sama, narasi tersebut juga menyorot kesaksian Jeffrey Pondaag atas peristiwa-peristiwa kolonial beberapa tahun silam dalam terbitannya.

Di tengah upaya untuk memahami dan mengatasi warisan masa lalu kolonial tersebut, karya-karya seni dan literatur sering kali menjadi alat penting untuk refleksi dan dialog. 

Salah satu seniman yang telah memberikan kontribusi signifikan dalam mengilustrasikan sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia adalah Peter van Dongen. Melalui ilustrasi-ilustrasi yang detail dan mendalam, terutama dalam majalah "Vergeten Oorlog in Indonesië", van Dongen menawarkan perspektif visual yang menggugah tentang masa kolonial dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Peter van Dongen adalah seorang komikus dari Belanda yang terkenal dengan karyanya tentang Indonesia pada masa penjajahan. Lahir di Amsterdam pada 21 Oktober 1966, Peter van Dongen memiliki nenek yang berasal dari Ternate, Maluku Utara. Ibunya lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada tahun 1941 dan menghabiskan masa kecilnya di Makassar, Sulawesi Selatan. 

Antaranews.com (7/3/2013) "Ibu saya pernah cerita tentang pengeboman di Manado di masa kolonial," ucap Dongen di Erasmus Huis Jakarta, Kamis. Berawal dari sana, Van Dongen berniat membuat karya tentang Indonesia dan setelah merilis debut Muizentheater (Teater Tikus) pada 1990, niat itu mulai dilaksanakan dengan mencari beragam referensi tentang Indonesia. 

Dalam terbitannya pada 30 April 2020, Krantenbank Zeeland menerbitkan artikel berjudul ‘Vergeten oorlog in Indonesië’ sepanjang tiga halaman. Artikel ini menampilkan kesaksian tentang kolonialisme Belanda melalui Cathy van der Laar, seorang warga Belanda keturunan Indonesia. 

Di halaman pertama (48), Cathy menceritakan pengalamannya sebagai warga Belanda yang lahir dan besar di Hindia Belanda, namun menjadi target para pejuang kemerdekaan saat berada di kamp konsentrasi Jepang di Kramat, Batavia. 

Dia mengungkapkan ketakutannya saat harus buang air di luar kamp dan ditembaki oleh anak-anak Indonesia yang bersembunyi di pohon kanari. Narasi ini didukung oleh ilustrasi van Dongen yang menggambarkan kondisi kamp yang kacau dan sulit. “De toiletten waren buiten het kamp. Als we moesten plassen, werd er op ons geschoten door Indonesische jongens in kanariebomen. Ik was ontzettend bang.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun