Mohon tunggu...
Pradiva HensaMunggaran
Pradiva HensaMunggaran Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

glow,grow

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cinta Lelaki Biasa

17 Maret 2021   17:40 Diperbarui: 17 Maret 2021   17:44 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak cara menilai bahwa sebuah karya sastra berkualitas atau tidak, contoh karya sastra yang baik adalah dapat menggambarkan hubungan antar manusia.

Memberikan pandangan terhadap hubungan yang terikat secara agama maupun negara yaitu pernikahan. Ini lah yang ingin disampaikan Asma Nadia dari salah satu karyanya yang berjudul " Bukan Cinta Lelaki Biasa" karya ini lah yang menyadarkan saya bahwa cangkupan

pernikahan tak sebatas perasaan yang kasat mata namun pukulan - pukulan mental dari berbagai arah pun akan menghampiri.

Karya ini menceritakan perjalanan cinta Nania gadis cantik cerdas nan sukses yang menjalani kisah cintanya dengan pria biasa penuh keterbatasan yang berani mengambil langkah melamar dan menjalani kehidupan cinta bersama Nania. Perjalanan cinta mereka mereka yang seolah-olah selalu dihujani bisikan bisikan tak perlu namun selalu hangat karena rafli yang tak pernah lelah memberikan tenanaga dan waktunya untuk Nania dan keluarga.

Nilai budaya dan sosial yang menjadi konfik utama karya ini sangatlah jelas menggambarkan bahwa pandangan masyarakat pria tidak boleh hanya

mengandalakan cinta untuk melamar seorang gadis. Karya ini tidak menggangkat cerita yang berat dan sulit dipahami, cerita ini mungkin sangat lekat dengan kehidupan masyarakat. Namun saya pikir inilah yang menjadi daya tariknya.

Banyak pesan yang dapat diambil dari karya ini, bagaimana kita harus berhenti mendengar hal negatif dari luar namun berfokus pada pada orang yang tulus mengorban waktu dan segenap tenaga bagi kitalah yang harusnya menjadi perhatian utama kita.

Kata-kata yang digunakan Asma Nadia juga sederhana kata-kata yang dapat dinikmati masyarakat awam, mudah dipahami. Namun mungkin kecepatan pergantian waktunya yang teralu cepat sedikit mengganjal. Akan lebih baik bila karya ini banyak ditambah detail dan konflik lain sebelum puncak masalah akan menambah sensasi pada karya ini.

Tokoh dan penokohan yang tepat juga menjadi perhatian saya, dari tokoh utama Nania dan Rafli banyak hal yang dapat kita ambil. Saya pribadi sangat menikmati membaca karya ini karena mereka berdua digambarkan sangat baik. Namun penyelesaian masalah dengan keluarga Nania juga tidak dituliskan dan dilewat begitu saja membuat saya dan mungkin pembaca lainya bertanya-tanya Mungkin ini hal yang menggantung namun menjadi salah satu daya tarik karya ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun