Mohon tunggu...
Praditya Bagus
Praditya Bagus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Available

Not Yet

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Hari Pers Kolonial di Indonesia

24 Februari 2022   10:45 Diperbarui: 24 Februari 2022   10:50 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah pers di Indonesia diawali dengan munculnya berbagai kantor berita yang disponsori oleh orang-orang Eropa, khususnya Belanda. Media ini sengaja diterbitkan untuk melayani kepentingan pemerintah, namun tidak jarang ditemukan surat kabar dari kelompok ini yang kritis terhadap pemerintah Dukungan Kolonial untuk Pribumi Misalnya dalam kaitannya dengan kemungkinan pendidikan barat untuk Pribumi.Kebijakan ini  ditentang oleh media kolonial.

Peredaran surat kabar kolonial sangat bervariasi dari ratusan hingga ribuan eksemplar per hari. Surat kabar besar seperti Java Bode dan Soerabaiasch Handelsblad pada 1930-an dan 1940-an memiliki antara 6.000 dan 9.000 eksemplar, sedangkan Bataviasche Nieuwsblad pada awal 1930-an juga termasuk dalam kategori ini. Yang terakhir menyusut menjadi antara 3.000 dan 6.000 pemerintah kolonial di awal 1940-an, baik VOC maupun pemerintah Hindia Belanda. ikatan. Dibandingkan dengan surat kabar  Jawa, oplah surat kabar di Sumatera jauh tertinggal secara tematis.Selain itu, interpretasi kutukan dilakukan untuk menghasilkan pabrik bersejarah.  

Pers Pada Masa VOC

Sejarah percetakan di Indonesia dimulai dengan diperkenalkannya percetakan oleh misionaris dari Gereja Protestan pada tahun 1624. Mesin cetak yang dibawa dari Belanda  pada awalnya ditujukan untuk penerbitan literatur Kristen dan  kegiatan lainnya. cukup lama menganggur. Upaya untuk menggunakan mesin cetak ini tidak dilakukan sampai tahun 1659 dengan kedatangan Kornelis Pijl, seorang misionaris dari Belanda. Orang ini tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan media cetak pada perdagangan Belanda. perusahaan Nusantara. , Vereenigde East Indian Compagnie (VOC).Pijl menggunakan media cetak terutama untuk menyebarkan Injil di kalangan pribumi.Setelah Pijl berhasil menghasilkan tijdboek, sejenis almanak atau jurnal, pada tahun 1659, pejabat VOC ingin menggunakan media cetak saudagar Belanda untuk keperluan administrasi.

Penggunaan mesin cetak melalui VOC baru dilakukan selama pemerintahan Gubernur Jenderal Baron Van Inhoff, yang  memprakarsai pembangunan kesan dan membawa alat cetak yang lebih baik langsung dari Belanda dan Sultan Hassanuddin Dai Makassar.Document, dia Mencapai Hendrick Brant The Who With Mid 1668 memiliki lisensi pemerintah untuk mencetak dan menghubungkan buku atas nama VOC.Jordens, seorang pengusaha muda yang diperbantukan pada  administrasi Sekretariat Jenderal VOC.

Pada tanggal 8 Agustus 1744 di Batavia Jan Erdman Jordens menerbitkan surat kabar Bataviasche Nouvelles oleh Jan Erdman Jordens. Meskipun media ini diijinkan terbit selama 3 tahun namun baru beberapa bulan terbit de Heeren Zeventien melalui suratnya tertanggal 20 November 1744 meminta kepada Gubernur Jendral Hindia Belanda untuk penerbitan media itu dihentikan karena dianggap membahayakan kepentingan VOC. Akan tetapi, penghentian penerbitan Bataviasche Nouvelles baru terjadi pada tahun 1746. Meskipun Bataviasche Nouvelles hanya berusia 3 tahun namun keberadaannya sangat berarti bagi perkembangan media pers di Nusantara pada masa berikutnya. Dari sinilah awal munculnya media pers di Indonesia. 

 Sekitar 30 tahun setelah kematian Bataviasche Nouvelles, kota Batavia kembali mengalami kemunculan surat kabar VOC dengan terbitnya surat kabar Het Vendu Nieuws (Lelang Berite).Seperti namanya, surat kabar mingguan ini hanya memuat berita tentang lelang barang. Kembalinya VOC  ke Belanda dan penjualan beberapa perkebunan besar dan beberapa pengumuman komersial. Smith mengatakan pelelangan yang dijalankan oleh perusahaan dagang VOC diiklankan secara gratis, sedangkan pengiklan lain di surat kabar membayar selama periode VOC. 

Sumber: Chaniago, Mahmud Dail dan Umi Rusmiani Umairah, Sejarah Pers Kolonial Di Indonesia, UIN Imam Bonjol Padang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun