Mohon tunggu...
Pradista Intan
Pradista Intan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Negeri Semarang

Sedang menekuni bidang studi Linguistik. Memiliki minat di bidang kebahasaan, sosial humaniora, dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendekatan Pragmatik dalam Pengajaran BIPA: Membangun Keterampilan Berkomunikasi Sesuai Konteks dan Situasi Tutur

4 April 2024   12:18 Diperbarui: 4 April 2024   12:33 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengantar

Dalam upaya pengajaran bahasa kepada penutur asing, pendekatan yang tradisional cenderung menitikberatkan pada aspek tata bahasa, kosakata, dan struktur bahasa lainnya. Aspek-aspek tersebut penting untuk dipelajari dan dipahami oleh penutur bahasa asing yang ingin mempelajari bahasa Indonesia. 

Namun, jika hal yang ingin dicapai adalah keefektifan dalam berkomunikasi serta keterampilan berkomunikasi lintas budaya, aspek dan pendekatan yang sudah disebutkan tadi belum cukup untuk diberikan. Dalam hal ini, pragmatik sebagai cabang linguistik yang mempelajari penggunaan bahasa dalam situasi kontekstual muncul sebagai alternatif yang menarik dan relevan.

Dengan menyoroti peran pragmatik dalam memahami dan menggunakan bahasa secara efektif dalam konteks nyata, pengajaran bahasa kedua dapat diperkaya secara signifikan. Pragmatik menawarkan wawasan mendalam tentang bagaimana makna disampaikan, diterima, dan dipahami dalam interaksi sosial, memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan komunikatif yang lebih autentik dan kontekstual. 

Dalam tulisan ini, saya akan mengeksplorasi berbagai cara di mana pendekatan pragmatik dapat diterapkan dalam pengajaran BIPA melalui materi dan strategi ajar yang dapat meningkatkan efektivitas pengajaran bahasa Indonesia dan membantu siswa memperoleh keterampilan komunikatif yang dibutuhkan sesuai konteks atau situasi tutur yang sedang terjadi.

Miskomunikasi dan Kesalahpahaman Konteks

Suyono (1990) menyatakan bahwa dalam menelaah bahasa, pragmatik memperhatikan faKtor-faktor yang mewadahi pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat diartikan bahwa dalam pemakaian bahasa tidak hanya dituntut menguasai kaidah-kaidah gramatikal, tetapi juga harus menguasai kaidah-kaidah sosiokultural dan konteks pemakaian bahasa1. Masalah yang sering ditemukan adalah kesalahan pemahaman konteks. Sebagai contoh, dalam situasi percakapan antara penutur A (penutur bahasa Indonesia) dengan penutur B (penutur asing) di mana penutur B terlambat datang ke kelas.

A: "Jam berapa sekarang?"

B: "Jam setengah sepuluh pagi, Bu."

Dalam hal ini, penutur B tidak memahami makna atau konteks yang dimaksudkan oleh penutur A. Penutur A menanyakan pukul berapa saat itu, tetapi sebenarnya A bukan ingin mengetahui pukul berapa saat itu melainkan lebih pada keingintahuan sebab atau alasan mengapa B datang terlambat dan agar B mengetahui dengan sendirinya sudah berapa lama dia terlambat. 

Kesalahan lain mungkin juga ditemui ketika penutur asing datang ke salah satu daerah di Indonesia yang penuturnya sudah terbiasa menggunakan bahasa kasar yang mungkin bagi penutur asing terkesan tidak sopan, tetapi hal tersebut sudah menjadi norma di daerah tersebut. Pemahaman konteks sosial budaya di sini juga dibutuhkan demi meminimalisir adanya miskomunikasi atau kesalahpahaman.

Materi dan Strategi Pengajaran BIPA dengan Pendekatan Pragmatik

Dalam pembelajaran BIPA melalui pendekatan pragmatik, materi dan strategi pengajaran difokuskan pada beberapa aspek dalam ilmu pragmatik itu sendiri yang mencakup analisis tindak tutur, kesantunan berbahasa, pemahaman implikatur, penyampaian makna dengan intonasi dan ekspresi wajah, hingga analisis budaya dan konteks sosial. Berikut adalah penjabaran dari beberapa hal tersebut:

  • Analisis Tindak Tutur

Memahami tindak tutur yang lazim dalam Bahasa Indonesia adalah langkah penting. Hal ini termasuk mempelajari jenis-jenis ucapan seperti meminta maaf, memberi instruksi, meminta bantuan, dan menyatakan pendapat. Siswa dapat diberikan semacam pemantik (prompt) untuk kemudian dikembangkan menjadi dialog sesuai konteks atau siatuasi yang juga sudah ditemtukan sebelumnya. Selain itu, untuk lebih memahami tindak tutur, siswa dapat diberikan suatu dialog yang kemudian dipandu untuk mengidentifikasi dan memahami konteks di mana tindak tutur dalam dialog tersebut sesuai digunakan.

  • Kesantunan Berbahasa

Kesantunan bahasa adalah aspek penting dalam komunikasi yang harus dipahami oleh penutur asing yang ingin mempelajari bahasa Indonesia. Strategi pengajaran dapat mencakup diskusi tentang bagaimana mengungkapkan permintaan dengan sopan, merespons secara santun terhadap tawaran, dan menggunakan ekspresi kebahagiaan atau belasungkawa dengan tepat.

  • Pemahaman Implikatur

Mengajarkan siswa tentang implikatur, yaitu makna yang terkandung dalam ucapan tetapi tidak secara eksplisit diungkapkan, dapat membantu mereka memahami pesan yang disampaikan secara lebih dalam dalam percakapan sehari-hari. Latihan dapat mencakup mengidentifikasi implikatur dalam dialog dan menyusun situasi komunikatif di mana implikatur tersebut relevan untuk dituturkan.

  • Penyampaian Makna dengan Intonasi dan Ekspresi Wajah

Bahasa tubuh, intonasi, dan ekspresi wajah memainkan peran penting dalam menyampaikan makna dalam berkomunikasi. Siswa dapat diajarkan bagaimana menggunakan intonasi yang tepat dan ekspresi wajah yang sesuai untuk menunjukkan emosi atau maksud tertentu dalam berbicara. Latihan dapat berupa pemberian pemantik (prompt) yang berisi situasi tutur yang kemudian dikembangkan siswa dalam dialog dengan memperhatikan intonasi dan ekspresi wajah yang sesuai dengan situasi tersebut.

  • Analisis Budaya dan Konteks Sosial

Memahami budaya dan konteks sosial di mana bahasa Indonesia digunakan penting untuk penggunaan yang tepat dalam komunikasi sehari-hari. Materi pengajaran dapat mencakup topik seperti norma-norma budaya yang memengaruhi cara berbicara, situasi-situasi sosial di mana bahasa formal atau informal digunakan, perbedaan antara bahasa Indonesia formal dan informal, serta praktik untuk menggunakan bahasa Indonesia secara formal dan informal dengan situasi tutur yang sudah ditentukan sebelumnya.

Kesimpulan

Pendekatan pragmatik dalam pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing membawa manfaat signifikan dalam memperkuat kompetensi komunikatif siswa. Melalui pemahaman tindak tutur, kesantunan berbahasa, pemahaman implikatur, penggunaan intonasi dan ekspresi wajah yang tepat, serta analisis budaya, siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari. 

Pengajaran yang berfokus pada pragmatik membantu siswa tidak hanya memahami makna literal dari bahasa, tetapi juga mengerti bagaimana menggunakan bahasa sesuai dengan konteks sosial dan budaya. Dengan demikian, pendekatan ini memungkinkan siswa untuk memperoleh keterampilan yang lebih autentik dan relevan dalam penggunaan bahasa Indonesia di dunia nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun