Mohon tunggu...
Humaniora

Aksi Bela Ulama atau Bela Habib Rizieq?

23 Januari 2017   11:22 Diperbarui: 23 Januari 2017   11:35 784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Demo yang mengatasnamakan “Aksi Bela Ulama” pada 23 Januari 2017 hari ini sebetulnya menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat luas. Terlebih demo ini sangat erat hubungannya dengan sejumlah kasus hukum yang menjerat Imam Besar FPI, Habib Rizieq. Mengapa menjadi pro kontra? Sebab masyarakat Indonesia kebanyakan masih meragukan atau lebih tepatnya kurang setuju jika Habib Rizieq disebut sebagai seorang ulama yang perlu dibela. Disatu sisi banyak juga yang menganggap apapun kesalahan yang dilakukan ulama ini tidak boleh dikriminalisasi. Dampaknya adalah media sosial dijadikan medan peperangan argumentasi dan gagasan tentang siapa dan apa yang dibela,  yakni Aksi Bela Ulama atau Aksi Bela Habib Rizieq?

Sepengetahuan penulis bahwa Indonesia sebagai negara mayoritas penduduk beragama Islam jelas memiliki banyak ulama yang disegani, tidak hanya di Indonesia bahwa hingga di luar negeri. Setiap ulama pun memiliki para pengikutnya masing-masing, dan tidak jarang membawahi sebuat organisasi masyarakat tertentu. Setiap ulama juga memiliki gayanya masing-masing dalam berdakwah. Namun yang perlu diingat adalah ulama yang baik pastinya mendakwahkan ilmunya sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW.

Dan yang menjadi pertanyaan penulis, apakah Habib Rizieq itu adalah ulama yang sesuai tuntunan Nabi Muhammad SAW?

Jika mengutip pendapat salah satu ulama besar Nahdlatul Ulama, yakni KH Said Aqil Siradj bahwa tingkah laku para petinggi FPI itu tidak sejalan dengan ciri khas seorang ulama pada umumnya. Seorang ulama itu dituntut untuk menyebarkan ilmu agama, tanpa menghasut dan tak mudah terpancing emosinya.

“Seorang ulama itu harus taklim menyampaikan pengajian atau ilmu agama. Masa orang ceramah tiap hari menghasut terus, bukan ulama itu. Kalau sekali-kali marah pantas, tapi sesekali aja. Mustinya kan taklim, kalau tiap hari isinya menghasut ya bukan ulama," kata Kyai Said di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.

Ironisnya pernyataan Kyai Said ini justru dianggap sebagai bentuk perlawanan terhadap Islam dan ulama itu sendiri. Berbagai macam tuduhan, hinaan dan caci maki diarahkan kepada Kyai Said. Jika para pendukung Habib Rizieq ini menggaungkan aksi pembelaan ulama, kemudian apa alasan mereka menghina Kyai Said yang juga seorang ulama? Situasi ini pun yang semakin memperjelas adanya kedangkalan ilmu para pengikut FPI.

Seharusnya ketika belajar Islam harus juga belajar tentang cara menghormati ulama. Jika ingin Habib Rizieq dihormati sebagai ulama besar di Indonesia, bahkan ingin dinobatkan sebagai Imam Besar Umat Islam Indonesia, seharusnya belajarlah menghormati perbedaan pendapat diantara ulama. Jika ingin menggelar aksi bela ulama maka hormati dulu ulama-ulama yang lain, tidak hanya ulama dari kalangan kalian.

Perlu diingat bahwa sepeninggal Rasulullah tidak ada seorangpun yang ma’sum (terbebas dari kesalahan). Begitu pula orang alim, dia pun tidak akan lepas dari kesalahan. Seseorang yang terjatuh dalam kesalahan, janganlah kesalahannya itu digunakan untuk menjatuhkan dirinya. Dan tidak boleh kesalahannya itu menjadi sarana untuk membuka kejelekannya yang lain dan melakukan tahdzir terhadapnya. Seharusnya kesalahannya yang sedikit itu dimaafkan dengan banyaknya kebenaran yang dia miliki.

Dalam hal ini penulis menilai Habib Rizieq sebagai seorang ulama yang cukup disegani dan memiliki jamaah yang loyal. Namun demikian sangat disayangkan jika arogansi dan kesombongan justru menguasainya. Seharusnya sebagai ulama yang baik, Habib Rizieq mau mengakui kesalahannya. Jika memang ada kesalahpahaman, seharusnya Habib Rizieq meluruskannya. Selain itu Habib Rizieq seharusnya mampu meredam reaksi para jamaahnya yang saat ini mengarah pada kebencian dan kekerasan.

Tidak ada maksud penulis untuk menggurui, penulis sangat percaya bahwa Habib Rizieq merupakan ulama yang baik, karena tujuannya jelas yakni menegakkan ajaran Islam dan memberantas kemunkaran di Indonesia. Tetapi memobilisasi jamaahnya untuk aksi unjuk rasa dan jamaahnya juga melakukan perang argumentasi di media sosial, menurut penulis menjadi hal yang membuat kebanyakan umat Islam di Indonesia menjadi tidak hormat kepada Habib Rizieq.

Bahkan sebagian besar umat pun lagi percaya bahwa Habib Rizieq adalah seorang ulama. Apalagi ketika melihat para jamaahnya yang berlaku kasar dan keras, tidak terkecuali kepada para ulama ataupun umat Islam lain yang berbeda pendapat dengan mereka. Jika Habib Rizieq beserta para jamaah dan rekan-rekannya hanya membawa gengsi dan arogansi, maka yang ada justru akan membuat perpecahan diantara umat Islam di Indonesia.  

Demo 23 Januari ini, Aksi Bela Ulama atau Bela Habib Rizieq? Inilah pertanyaan yang sejatinya perlu direnungkan oleh seluruh umat Islam di Indonesia, khususnya para pendukung FPI.

FPI, berhentilah mengorbankan umat Islam hanya untuk memuluskan tujuan dan kepentingan kelompok atau pribadi tertentu saja. Berkacalah pada Islam yang sejatinya adalah Rahmatan lil Alamin, dimana  dalam dakwah harus mampu memberikan rahmat bagi umat muslim lewat kebaikan dan kedamaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun