Mohon tunggu...
Pradipta Suarsyaf
Pradipta Suarsyaf Mohon Tunggu... Dokter -

Medical Doctor

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dukung Yetti Rusli Tuntaskan Gagasan Menjadi Menteri Kehutanan

9 Agustus 2014   11:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:59 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gagasan Dr. Ir. Yetti Rusli, M.Sc “GREEN ARSITEKTUR HUTAN INDONESIA”

Yth. Bpk Ir. H. Joko Widodo (Presiden RI Terpilih 2014-2019) Bpk Drs. H. M. Jusuf Kalla (Wakil Presiden RI Terpilih 2014-2019)

Surat ini merupakan dukungan dan harapan dalam melengkapi dan melanjutkan dukungan kami kepada pasangan Jokowi-JK mulai dari “Salam Dua Jari”, “Salam Tiga Jari” atau Persatuan Indonesia.  Informasi dari rakyat ini semoga berguna sesuai informasi polling http://www.jokowicenter.com/polling-menteri/ dan tidak hanya sekedar nama dalam daftar.

Ingin kami sampaikan sosok seorang rimbawan yang akrab dipanggil ibu Yetti Rusli dengan nama lengkapnya  Dr. Ir. Yetti Rusli, MSc. Pada masanya mungkin bidang pilihan tersebut (kehutanan) terasa aneh dan langka dipilih oleh seorang perempuan,

Dari berbagai informasi yang dapat saya kumpulkan dan diskusi dengan Ibu Yetti, menghantarkan pemahaman saya tentang pemikiran GREEN ARSITEKTUR HUTAN INDONESIA bahwa:

1. Hutan Indonesia perlu diselamatkan secara professional dengan landasan ilmiah dan empiris, tidak hanya terhanyut isu dan tanggapan sentimentil dunia yang pada beberapa tahun belakangan berkembang pembicaraan sepihak bahwa hutan Indonesia menjadi sumber emisi. Pandangan tersebut sangat tidak adil dan berpotensi menutup solusi cerdas yang dapat di sumbangkan oleh hutan Indonesia.

2. Selain manfaat hutan yang sudah dikenal umum, hutan Indonesia dapat menjadi solusi mengatasi krisis dan subsidi energi nasional yang setiap tahun meningkat tanpa terselesaikan.  Kemampuan tersebut dapat berkembang sampai penguasaan pasar dunia energi berbasis biomasa kayu dengan menanam lahan marginal terbengkalai dengan jenis kayu energi (kayu bakar) dan dengan cara tanam Short Rotation Coppice System (SRC) atau tanam tebang trubus.  SRC ini dapat menghasilkan biomasa siap digunakan hanya dalam waktu 1 tahun dengan hasil berkali lipat dibanding sistem tanam konvensional. Sampai saat ini pembangunan kehutanan konvensional belum menyentuh inovasi dan potensi tersebut.

3. Secara legal konstitusi, hutan menempati wilayah daratan Indonesia lebih kurang 65%, merupakan modal kebangkitan ekonomi Indonesia yang dapat menyentuh lapis akar rumput sampai ekonomi nasional dan global.  Teknik SRC juga dapat digunakan menggerakkan penanaman, pemeliharaan, dan hasil biomasa di lahan marginal dan terlantar di luasan 65% daratan Indonesia.  Teknik SRC seyogyanya juga digunakan untuk tanaman pulp dan paper atau kebutuhan biomasa lainnya sehingga produktivitas dapat ditingkatkan dengan berlipat ganda.

4. Sebagaimana publikasi FAO tentang hutan dan bumi 300 tahun kedepan (http://www.fao.org/docrep/018/i3364e.pdf) bahwa tantangan hutan kedepan sekaligus peluang adalah dalam memenuhi kebutuhan:

- lahan (deforestasi) - air bersih - sumber genetic (biodiversity protection) - simpanan karbon (biomasa) - sumber energi terbarukan dan bahan baku produk lainnya dari biomasa kayu Peluang diatas mutlak perlu didukung oleh teknologi (termasuk nano teknologi) dangovernance.

5. Dengan modal dasar yang ada dan dukungan sinergitas penyelesaian kebutuhan energi nasional serta mengatasi subsidi energi, di percaya bahwa hutan Indonesia dengan menanam kayu energi di lahan kosong dengan sistem SRC, mampu dikembangkan menjadi solusi ekonomi dan pembangunan nasional dalam waktu singkat. Periksa juga link berikut http://www.linkedin.com/groups/Indonesia-could-be-one-biggest-4110549.S.5819305708406988801Indonesia could be one of the biggest producer of biomass for energy worldwide”. Sistem SRC hanya butuh waktu 1 tahun sudah dapat menghasilkan biomasa siap digunakan dengan teknologi pilihan berbasis biomasa padat maupun gas (mulai dari teknologi sederhana sampai teknologi terkini).

6. Modifikasi pengelolaan hutan lestari juga dapat dibangkitkan melalui pembangunan kehutanan rendah karbon dan konservasi karbon hutan (peluang green investasi dan padar karbon) yang juga menjadi harapan dunia.

7. Pengelolaan hutan Indonesia tidak bisa diabaikan oleh masyarakat apalagi pemerintahan, karena Indonesia merupakan negara kepulauan dimana jarak antara pantai relatif dekat dan diantaranya terdapat lereng dan gunung. Untuk keberlanjutan pembangunan, kehidupan dan ketahanan terhadap perubahan iklim (adaptasi) pada kondisi geomorfologi demikian, menuntut sistem penataan ruang dilakukan dengan cermat.  Pepohonan dan hutan merupakan penutup bumi yang terbaik, dan landscapetersebut dengan kriteria yang jelas telah dikenal dalam tataruang fungsi hutan yaitu Hutan Konservasi dan Hutan Lindung (dilarang oleh undang-undang menebang pohon), Hutan produksi (untuk budidaya) dan Hutan yang berada pada Areal Penggunaan Lain.

Butir diatas semakin menarik lagi ketika beliau bicara perubahan iklim dan kehutanan yang cenderung berbeda dengan media publik nasional bahkan global yang hanya terkesan mengedepankan kerusakan hutan Indonesia khususnya terkait perubahan iklim.  Banyak media melihat hutan seolah-olah hanya sumber bencana tanpa makna dan tanpa nilai potensi apapun untuk bangsa.  Alangkah ruginya bangsa ini jika yang dipahami hanya persoalan dan petaka.  Beliau memperlihatkan dokumen-dokumen intervensi pada sidang perubahan iklim PBB (UNFCCC – United Nations Framework Convention on Climate Change) yang berisikan penjelasan berimbang sesuai fakta dan tidak hanya di tuduh sebagai petaka dan sumber emisi.

Secara berimbang hutan Indonesia adalah obat untuk perubahan iklim dengan memahami fotosintesa (menyerap CO2 Gas Rumah Kaca dari atmosfir) selama 11 jam setiap hari dan sepanjang tahun. Tulisan hutan dan perubahan iklim dapat diperiksa melalui alamat http://goo.gl/N8ndkt . Bagaimana kebijakan nasional dan dunia bidang kehutanan yang dapat mendorong secara optimal kemampuan geografis, demografi, dengan insentif GREEN DEVELOPMENT bisa didudukkan pada tempatnya.  Anda dapat melihat sepak terjang beliau dalam hal ini melalui alamat situswww.forestforlife.web.id. Web tersebut juga menyajikan informasi lain yang lebih lengkap tentang beliau.

Hutan dalam Green Arsitektur Pembangunan telah pula dibuktikan oleh beliau ketika menginisiasi dan memperjuangkan Peraturan Pemerintah nomor 2 tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berasal dari Penggunaan Kawasan Hutan (ketika pak JK menjadi Wapres Kabinet Indonesia Bersatu).  Bahwa kebutuhan pembangunan bidang tambang dapat digerakkan dan diatur melalui insentif dan disinsentif PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) sehingga dengan ketentuan tersebut memaksa pelaku untuk menerapkan good practice mining di kawasan hutan. Info terkini pada alamathttp://industri.bisnis.com/read/20140225/99/205771/pemerintah-naikkan-tarif-pnbp-kehutanan.

Berikutnya hasil pemikiran biomasa energi telah pula diterapkan di Kabupaten Bangkalan Madura melalui tanaman kaliandra merah seluas 214 hektar dengan sistem SRC dan sudah dipanen perdana untuk percobaan olahan pellet kayu. Dapat dilihat antara lain di http://www.thejakartaglobe.com/news/indonesia-can-develop-biomass-energy/

Pada intinya bahwa ibu Yetti menyebutkan Green Arsitektur Hutan Indonesia yang luasnya secara konstitusi lebih besar dari setengah luas daratan atau seluas 133 juta hektar, menjadi peluang kebangkitan ekonomi Indonesia rendah karbon, menjangkau ekonomi lokal masyarakat sampai pada lapis akar rumput dalam konteks pemerataan dan mengatasi kemiskinan, solusi kebutuhan energi dan subsidi energi nasional, serta sumber peluang pasar dunia energi biomasa kayu dan green produk lainnya.

Beliau menyarankan kepada saya, juga yang lain terutama rimbawan untuk melihat arsitektur hutan dunia 300 tahun yang akan datang untuk kehidupan dan penyelamatan bumi yang ditulis pakar kehutanan dunia melalui link publikasi FAOhttp://www.fao.org/docrep/018/i3364e.pdf ;http://www.unece.org/fileadmin/DAM/timber/meetings/20131209/2-Forests_in_300_years.pdf dan http://www.rightsandresources.org/wp-content/uploads/Juergen-Blaser_Forests-in-300-years2_pdf.

Sebagai pelengkap, kami ingin sedikit mengenalkan sosok sederhana dari ibu Yetti dimulai dengan sekelumit kisah perjalanan anak desa yang kemudian memilih menjadi rimbawan sejati sebagai profesinya dapat dilihat dari wawancara dengan Ibu Suhariyanto (juga relawan Rimbawan Salam Dua Jari) ditulis dua tahun silam dalam majalah Rimbawani No. 18 April 2012 ISSN 1412-8179  melalui link berikut :http://www.forestforlife.web.id/2013/07/dr-ir-yetti-rusli-msc.html

Dukungan untuk Bu Yetti Rusli Jadi Menteri Kehutanan Setelah kemenangan pemilihan presiden 9 Juli lalu, Pak Jokowi-JK melalui Timses nya melakukan gebrakan yang patut diapresiasi, menjaring informasi dari masyarakat siapa saja sosok yang pantas menjadi Menteri-Menterinya di Kabinet.

Oleh karena itu, saya yakin dengan kontribusi profesional dan inovatif yang sudah dilakukan oleh Dr. Ir. Yetti Rusli, M.Sc, beliau layak menjadi Menteri Kehutanan Republik Indonesia era Pak Jokowi-JK. Kita rindu Kabinet yang diisi oleh orang-orang profesional, yang kompetensi nya tidak diragukan seperti beliau. Harapan saya melalui surat terbuka "Dukung Yetti Rusli Turun Tangan menjadi Menteri Kehutanan" ini masyarakat bisa mengenal & mendukung sosok yang kredibel mengisi posisi Menteri Kehutanan RI 2014-2019.

Mari dukung orang baik ini untuk mengisi otoritas kehutanan negeri kita, demi masa depan hutan kita :) Dukungan bisa diberikan dengan : 1. Sharing link petisi ini kepada siapapun 2. Mengisi form dukungan petisi disini 3. Berkontribusi mendukung Bu Yetti Rusli via link yang disediakan Pak Jokowi-JK disini

Semoga surat terbuka "Petisi Dukungan" ini bermanfaat bagi yang ingin tersenyum bersama pasangan Presiden dan Wapres pilihan Jokowi-JK. Salam Persatuan Indonesia.

poem of “TREES FOR BETTER LIFE” Heal the world by planting trees Planting more means absorbing more CO2 Planting more means produce more green products These are the anchor of forest for climate change solution.. HEAL THE WORLD BY PLANTING TREES..

Informasi Lengkap mengenai Dr. Ir. Yetti Rusli, M.Sc silakan klik link ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun