Mohon tunggu...
Pradipta Annurwanda
Pradipta Annurwanda Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

Menjadi pembelajar sejati untuk mengaktualisasikan diri dan menemukan hal positif setiap hari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kegagalan Bukanlah Hal yang Menakutkan

29 Mei 2018   06:36 Diperbarui: 29 Mei 2018   08:51 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada pepatah lama tetapi masih berlaku yaitu: "Apa yang Anda pikirkan akan menjadi kenyataan". Ya, berpikirlah seperti seorang juara dan Anda akan menang.

Berbicara masalah belajar, apakah aset kita yang paling berharga? Kecerdasan kita? Gen kita? Atau bahkan latar belakang pendidikan kita? Semua ini berperan dalam meningkatkan kemampuan belajar kita. Namun ada sesuatu yang lain yang dapat memengaruhi proses belajar melebihi gabungan dari semua hal tersebut. Aset kita yang paling berharga adalah sikap positif.

Dalam impian kita, tentu banyak hal yang ingin kita wujudkan. Tetapi, adakah suatu hal yang telah kita coba lakukan dan kita yakin bahwa kita tak akan gagal? Sebagai misal memulai bisnis sendiri? Mencari karier yang lebih mapan? Menulis buku? Melanjutkan kuliah?

Lalu, apa saja yang menghambat kita melakukan hal-hal tersebut? Jika jawabannya adalah rasa takut, maka hal itu sama dengan jawaban saya. "Wajar kali ya?" Takut gagal, takut ditolak, takut keluar dari zona nyaman ke daerah yang penuh dengan risiko. Rasa takut membuat kita jauh dari penjelajahan dan penemuan kemampuan kita yang tak terbatas.

Seperti anak kecil yang belajar merangkak, kita melihat orang-orang lebih dewasa berjalan dan kita memutuskan untuk mencobanya. Sedikit demi sedikit kita mengembangkan keterampilan yang kita butuhkan untuk belajar berjalan. Mula-mula kita belajar membuat tubuh berdiri, belajar menyeimbangkan diri dengan kedua kaki, bergerak beberapalangkah sambil berpegangan pada meja atau jari jemari orang tua.

Tak jarang tersandung beberapa kali dan kadang-kadang terasa sakit. Tetapi, pernahkah kita berhenti dan berpikir bahwa,"sepertinya saya bukan seorang pejalan, saya akan merangkak saja selamanya?" Tentu saja tidak! Nyatanya sampai detik ini, kita masih diberikan kemudahan mencapai titik tertentu dengan berjalan. Patut kita syukuri,"Alhamdulillah". Contoh kecil ini menunjukkan bahwa kita terus berusaha, belajar dari rintangan setiap hari dan membuat perubahan kecil dalam diri kita.

Hal penting dari pengalaman belajar berjalan itu adalah cara kita memandang kegagalan. Ini bukanlah hal yang menakutkan dan negatif yang membuat kita merasa sedih atau bodoh dan tertahan dalam mencapai tujuan. Ingat-ingat kembali ketika kita terjatuh, kita tidak berpikir, "Waduh, betapa malunya saya, semoga orang lain tidak melihatku!" Sebenarnya hanya setelah kita belajar segala sesuatu yang kita dapatkan dari setiap kegagalan, kita akan memperbaiki kesalahan dan mencapai puncak keberhasilan. No Pain No Gain!

Tentu kita pun dapat memulai mencapai tujuan kita sekarang dengan cara yang sama dengan ketika kita belajar berjalan. Namun, dalam kehidupan sehari-hari kita selalu muncul komentar-komentar dan umpan balik negatif dari orang-orang di sekeliling kita. Kebanyakan komentar ini tidak disengaja oleh orang yang mengatakannya.

Seringkali orang mempunyai niatan baik dengan mencoba untuk mengurangi rasa sakit kita. Misalkan pada suatu hari, kita pulang sekolah dengan perasaan kesal karena tidak lulus ujian matematika. Sesampainya di rumah lalu Ibu berkata,"Jangan kecewa Nak, tak semua orang pandai dalam matematika" Ini adalah komentar polos namun  mengandung makna bahwa kita sebaiknya tidak membuang-buang waktu karena tak akan pernah pandai dalam matematika.

Hal-hal sederhana semacam itu merupakan awal dari sikap negatif. Saat kita remaja, semakin jelas bagi kita bahwa banyak hal yang tidak dapat kita lakukan. Kalau kita terima semua ucapan orang yang bermaksud baik kepada kita, kita segera menyimpulkan bahwa kita bukanlah pemain tenis karena kita telah mencoba beberapa kali memasukkan bola agar melampaui net, tetapi gagal dan akhirnya menyerah.

Kita bukan ahli bahasa Inggris, kita bukan pemain sepak bola, kita bukan penyanyi, kita bukan pebisnis online, kita bukan mahasiswa berprestasi yang mendapat beasiswa, dan seterusnya. Kita tidak yakin siapa kita sebenarnya hanya karena kita tidak mempunyai keyakinan untuk mencoba sesuatu cukup lama sehingga kita berhasil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun