Mohon tunggu...
Pradipta Aditya Siagian
Pradipta Aditya Siagian Mohon Tunggu... Relawan - Dog & Cancer

Seorang penggemar bola yang sangat mudah diajak ngobrol dan menikmati hidup. Fokus pada tulisan olahraga (terutama bola), politik, sains-teknologi, dan dunia hiburan (terutama musik).

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kegagalan Piala Dunia Inggris dalam Representasi Liga Jawara Eropa

1 Oktober 2018   20:50 Diperbarui: 1 Oktober 2018   20:53 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kiprah Inggris di pentas sepakbola termegah di dunia bisa dikatakan sangat dibawah ekspektasi. Terkenal sebagai negara yang menemukan (meskipun ide ini dapat didebat dengan sangat keras) sekaligus menjual sepakbola ke seluruh antero penjuru dunia, The Three Lions malah selalu dikenang sebagai timnas yang siap memberikan suguhan hiburan yang menggelitik. 

Tayangan Liga Inggris yang mendominasi layar kaca Indonesia membuat timnas  Tiga Singa menjadi salah satu timnas langganan yang mendapat dukungan dari pendukung bola di Indonesia, namun kenyataan di lapangan justru berkata sebaliknya. Meskipun Inggris selalu menjadi timnas yang disegani keberadaannya, namun kenyataan di lapangan sungguh berbeda. 

Prestasi yang diraih justru sangatlah mengecewakan, hanya menjadi Juara Piala Dunia 1966 dan Tiga Besar Piala Eropa 1968 yang menjadi penghias entri Wikipedia Timnas Inggris. Padahal klub-klub Liga Inggris selalu menjadi langganan Liga Champions, liganya para juara di kancah tertinggi sepakbola di Eropa. 

Tercatat pada musim 2018/2019, Inggris mengirim empat perwakilan di Liga Champions. Dari argumen ini, Inggris seharusnya dapat berbicara lebih di kancah sepakbola Internasional, bukan?

Data dari Gracenote (2018) mengatakan bahwa terdapat korelasi antara kesuksesan sebuah tim nasional dengan jumlah representasi pemain dari negara tersebut yang bermain di Liga Champions.

Representasi ini tidak harus dalam konteks klub dari timnas dari asal pemain tersebut terdaftar di FIFA, namun juga mencakup para pemain yang bermain di luar negaranya sendiri. Inggris, dari data yang dihimpun dari Tifofootball.com, masih tertinggal sangat jauh dari negara-negara rivalnya, baik dalam lingkup benua Eropa maupun dunia (dalam hal ini, Amerika Selatan/Amerika Latin). 

Sejak 1999, atau 19 tahun semenjak UEFA (sebagai badan otoritas tertinggi di kancah persepakbolaan Eropa) memperbanyak jatah para tim yang berlaga di Liga Champions menjadi 32 tim, negara-negara yang memenangi Piala Dunia (dan juga Piala Eropa) adalah negara yang menjadi Lima Besar penyuplai pemain yang bermain (atau lebih sering disebut sebagai starter) pada musim tersebut. 

Inggris, secara historis semenjak tahun 1999, hanya menduduki peringkat Tujuh dan Sepuluh, dengan musim 2018/2019 hanya menduduki peringkat Sembilan melalui representasi dari 26 pemainnya (dengan beberapa di antaranya, meskipun sangat sedikit jumlahnya, bermain di luar Inggris). 

Peringkat yang rendah ini seharusnya menjadi pengingat bagi para pemangku jabatan sepakbola di Inggris untuk mulai meragukan kemampuan Timnas Inggris dalam kancah sepakbola yang lebih besar, yakni Piala Dunia.

Tabel Representasi Pemain Inggris pada gelaran Champions League (Sumber Gambar: Tifofootball.com)
Tabel Representasi Pemain Inggris pada gelaran Champions League (Sumber Gambar: Tifofootball.com)
Data dari tabel diatas memperlihatkan jumlah representasi pemain Inggris dalam kancah Liga Champions. Dari data di atas, jumlah pemain Inggris terbanyak adalah pada tahun 2000/2001 dengan 30 pemain, lalu berjalan pada musim 2002/2003 dengan 28 pemain, lalu mencapai jumlah 24 pemain pada tahun 2004/2005 (tahun Liverpool menjuarai Liga Champions dengan sangat dramatis, sekaligus mendapatkan gelarnya yang ke 5). 

Jumlah tersebut kemudian mengalami penurunan dimana pada musim 2007/2008 (terjadi Final sesama Inggris, dimana Manchester United mengalahkan Chelsea melalui drama adu pinalti sekaligus mengangkat Trofi si Kuping Besar untuk ketiga kalinya) hanya terdapat 21 pemain Inggris dan mencapai jumlah terendah pada tahun 2008/2009 (saat United mencapai final kedua beruntun namun dikalahkan oleh Barcelona) dengan representasi 20 pemain Inggris. 

Jumlah tersebut kemudian mengalami tren kenaikan dimulai pada tahun musim 2010/2011 dengan 24 pemain, dan kemudian disusul pada musim 2011/2012 (Chelsea merengkuh gelar Liga Champions yang pertama) dan sangat disayangkan mengalami tren penurunan kembali hingga musim 2017/2018 (Liverpool dikalahkan oleh Real Madrid yang mendapatkan gelar ketiga belasnya sekaligus membuat rekor sebagai tim pertama dalam era Liga Champions modern yang dapat memenangkan trofi tiga musim berturut-turut) dengan 25 pemain Inggris yang bermain starter.

Bila dilihat dari penjabaran data diatas, sejatinya pencapaian tim Inggris sangatlah rendah. 26 pemain bila diratakan hanyalah cukup untuk dua tim, meskipun rerata tim Inggris yang melaju di Liga Champions adalah empat tim, artinya serapa pemain timnas Inggris di pentas Liga Champions hanya kurang lebih 50%. 

Jumlah ini sejatinya sangatlah rendah dan mengkhawatirkan, karena melalui data berikut akan terlihat bagaimana empat negara besar lain yang mengalahkan representasi pemain-pemain Inggris, baik secara kuantitas maupun kualitas.

Tabel Pemain Spanyol, Prancis dan Jerman (serta Brazil sebagai pembanding dari kawasan Amerika Latin relatif terhadap jumlah Pemain Inggris). (Sumber Gambar: Tifofootball.com)
Tabel Pemain Spanyol, Prancis dan Jerman (serta Brazil sebagai pembanding dari kawasan Amerika Latin relatif terhadap jumlah Pemain Inggris). (Sumber Gambar: Tifofootball.com)
Melalui tabel ini dapat terlihat bahwa rendahnya serapan pemain Inggris relative terhadap tiga negara Eropa pembanding (Spanyol, Prancis dan Jerman) serta Brazil sebagai representatif dari daerah Amerika Selatan. Jumlah pemain Spanyol pun bahkan mencapai hampir tiga kali lipat dari jumlah pemain Inggris!

Dari data tersebut terlihat bahwa represntasi Inggris sangatlah lemah, hanya negara Jerman saja yang posisinya berada di bawah Inggris pada kisaran musim 2002/2003 hingga 2006/2007, lalu sempat seimbang hingga tahun 2008/2009 dan 2009/2010 (tahun dimana Bayern Munich dikalahkan oleh Inter Milan yang menggapai titel yang ketiga kalinya) Jerman mampu menyalip Inggris. Bahkan tabel berikut memperlihatkan bagaimana Itali, negara yang tidak lolos Piala Dunia kemarin, bahkan siap menggulingkan posisi Inggris.

Tabel Italia sebagai trajektori relatif terhadap jumlah Pemain Inggris (Sumber Gambar: Tifofootball.com)
Tabel Italia sebagai trajektori relatif terhadap jumlah Pemain Inggris (Sumber Gambar: Tifofootball.com)
Jumlah ini memperlihatkan bahwa sepakbola Italia bahkan sedang berusaha untuk bangkit, dan tidak menutup kemungkinan bahwa Italia akan mampu menyalip Inggris pada musim-musim berikutnya mengingat jumlah tim Italia yang bertanding di Liga Champions musim ini semakin kuat secara histori (dengan keberadaan Inter Milan yang memiliki histori kuat di Liga Champions).

Dari dua tabel di atas, keberadaan pemain yang bermain di kasta tertinggi di Eropa akan berdampak positif bagi kompetisi serta kompetensi pemain tersebut ketika kembali membela negaranya masing-masing. Kelima negara pada tabel terakhir (Brazil pada tahun 2002, Italia pada tahun 2006, Spanyol pada tahun 2010, Jerman pada tahun 2014 dan Prancis pada tahun 2018) masing-masing telah memenangi setidaknya satu Piala Dunia dalam edisi 18 tahun terakhir. 

Di Piala Eropa juga (dengan tidak memasukkan Brazil) hubungan antara representasi pemain dan kesuksesan tim juga terbukti. Lagi-lagi jika dilihat dalam jangka waktu 18 tahun terakhir, maka dapat dilihat pencapaian seperti tahun 2000 dimana Prancis sukses menjadi juara, disusul dengan Yunani yang menjadi negara keempat terbesar penyumbang pemain starter aktif di Liga Champions (merupakan jumlah tertinggi dari negara Yunani, meskipun tidak masuk tabel) pada tahun tersebut, disusul oleh dua kali juara Eropa beruntun pada tahun 2008 dan 2012 oleh Spanyol. 

Tahun 2016 memperlihatkan Portugal sebagai juara Liga Eropa dengan pencapaian Lima Besar, yakni urutan kelima (tidak masuk dalam data) dan menjadi jumlah tertinggi oleh Portugal di musim bersangkutan, yakni 2015/2016. Dari penjabaran di atas dapat ditarik sebuah benang merah yakni Lima edisi Piala Dunia serta Lima edisi Piala Eropa selalu dimenangkan oleh negara yang memiliki representasi pemain starter aktif di Liga Champions dengan peringkat lima besar.

Dari penjabaran di atas sejatinya dapat menjelaskan kondisi Timnas Inggris dalam persiapannya menghadapi agenda terdekat, yakni Piala Eropa 2020. Menurut hemat penulis, Inggris harus mampu terus mendorong pemain-pemainnya untuk terus dapat mendapatkan jatah bermain di Liga tertinggi di Eropa tersebut. Sepuluh besar setidaknya menjadi target yang harus dipertahankan, namun target ini menjadi semakin berat karena Inggris bisa saja disalip oleh Italia. 

Kemudian ditambah dengan fakta bahwa jatah klub Liga Inggris yang berkurang jumlahnya tahun ini (berkurang satu, sehingga hanya menyisakan Manchester City, Manchester United, Liverpool dan Tottenham Hotspur) dan tidak ada tim dari Skotlandia yang lolos (dan terpaksa bermain di Liga Malam Jumat, Europa League)  memberikan pekerjaan rumah besar tersendiri bagi seluruh entitas sepakbola Inggris, terutama FA. 

Keberadaan Jadon Sancho di Borrussia Dortmund, Reiss Nelson di Hoffenheim (yang dipinjamkan dari Arsenal) serta Jonathan Panzo di AS Monaco juga tidak memberikan jaminan berarti, karena ketiganya bukan merupakan starter di klubnya masing-masing. 

Adalah pekerjaan yang sangat berat dan cenderung riskan untuk menitipkan tanggung jawab atas menit bermain dan kepastian merumput sebagai starter kepada empat tim Inggris yang tengah berlaga di Liga Champions, yang ironisnya adalah tidak ada dari keempat tim tersebut yang dilatih oleh orang Inggris. 

Football is not coming home yet (even for a long time), right mate?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun