Kelurahan Jember Lor merupakan sebuah wilayah di daerah Jember kota, Kecamatan Patrang. Kelurahan Jember Lor mempuyai luas 247.176 Ha yang terdiri dari 101.530 ha sawah, 88.5 ha tegal, 14,5 ha perkarangan dan lain-lain 42.646 Ha.Â
Terdiri dari 6 dusun atau lingkungan, 24RW dan 88 RT. Daerah dengan kode pos 68118 ini memiliki jumlah penduduk hingga 19.897 jiwa dengan luas 2,98 km2.
Seiring berjalannya waktu, di daerah kelurahan ini banyak melahirkan umkm. Adanya UMKM di daerah ini tentunya sangat diharapkan dalam membantu pemerintah dalam hal meningkatkan kondisi ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Karena hadirnya UMKM memiliki dampak yang positif dalam ranah perekonomian suatu negara.
 Hal ini dikarenakan dengan adanya UMKM menjadikan penyumbang PDB (produk domestik bruto) terbesar. PDB adalah jumlah atas suatu produksi barang dan jasa yang dihasilkan negara dalam jangka waktu tertentu, sehingga nantinya dapat diharapkan sebagai tolak ukur perekonomian suatu negara.
Kehadiran pandemi yang tidak diharapkan memiliki dampak yang sangat serius bagi UMKM. Mau ataupun tidak, semua UMKM pasti mengalami dampak akibat adanya pandemi ini. Salah satunya adalah Usaha produksi tempe mentah milik bapak syafiudin yang terletak di kelurahan Jember Lor, lebih tepatnya berada di Link. Pagah Jl. PB. Sudirman X RT.01 RW.17.Â
Pada awalnya bapak Syafiudin mampu menghabiskan 100kg hingga 120kg kedelai per harinya yang digunakan untuk memproduksi tempe. Namun 2 tahun akhir sejak adanya pandemi produksi tempe menurun drastis, hal ini disebabkan karena kondisi pasar yang sepi.Â
Faktornya adalah para konsumen takut untuk datang ke pasar karena menyebabkan nantinya akan menimbulkan kerumunan, yang dapat dengan mudah tertular ataupun menulari virus, hingga dibatasinya jam operasi di pasar. Saat ini bapak Syafiudin dalam memproduksi tempe hanya menghabiskan kedelai sebanyak 50 kg saja.Â
Setelah berjualan barang dagangannya pun sering tidak habis. Maka dari sinilah saya Pradipta Imam Ezra, mahasiswa KKN BTV 3 UNEJ mempunyai berbagai macam ide dan inovasi untuk membantu mengembangkan dan menyetabilkan kegiatan produksi yang dilakukan bapak Syafiudin ini.
KKN BTV 3 UNEJ ini merupakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Back To Village seri ke-3 yang dilakukan mahasiswa ketika adanya pandemi COVID-19 ini.Â
Kegiatan yang dijalankan ini yaitu memanfaatkan penjualan tempe yang tersisa, yang pada awalnya sisa tempe hanya terbuang dan membusuk begitu saja, dengan adanya KKN ini menjadikan inovasi baru, yaitu memanfaatkan tempe sisa untuk dibuat keripik tempe, dengan kemasan dan logo yang menarik serta dengan macam varian rasa yang kekinian.Â
Tidak hanya itu saja, denga perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini saya mengharapkan agar mitra juga dapat memanfaatkannya dengan baik, yaitu memasarkan produknya baik keripik tempe maupun tempe melalui jalur media sosial dan e-commerce sehingga dapat menambah sasaran serta memperluas jangkauan pasar, jadi tidak hanya berfokus pada penjualan dipasar saja.Â
Dalam memanfaatkan perkembangan teknologi, tentunya nanti mitra mendapat tambahan ilmu dan wawasan baru melalui pelatihan yang bertema digital marketing yang akan dijalankan.Â
Tidak hanya itu, nantinya mitra juga akan mendapat pengetahuan baru melalui pelatihan kelas online dengan tema lain seperti Pelatihan Manajemen, Pelatihan penjurnalan akuntansi, dan Bagaimana strategi pengembangan suatu UMKM.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H