Mohon tunggu...
Moh Vicky Indra Pradicta
Moh Vicky Indra Pradicta Mohon Tunggu... Dokter - Food safety and quality leader, an opinion writer and one health initiative

I’m Vicky, a food safety and quality leader who worked in food industry more than 7 years, a writer in opinion essay and One Health initiative. I am also content educator for food safety and quality, food registration and writing tips.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Olive, Master Chef Indonesia and Persistence

26 Juli 2021   16:56 Diperbarui: 26 Juli 2021   17:04 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Setelah delapan kali masuk pressure test, tepat babak tujuh besar akhirnya olive hari ini resmi tereliminasi. Betul. Saya sedang cerita tentang episode Master Chef Indonesia (MCI) hari ini.

Bagi yang belum pernah atau jarang nyimak MCI, olive ini merupakan salah satu peserta dengan jumlah terbanyak untuk urusan masuk zona tidak aman. Bahkan juga dianggap lawan yang paling lemah bagi peserta lainnya. Atas dasar itu sangat wajar, banyak yang tidak ekspektasi dia dapat melaju jauh. Saya sendiri pun juga sempat menganggap dia hanya bermodal keberuntungan saja.

Tapi pelan-pelan ternyata semua anggapan itu terpatahkan. Pelan tapi pasti, olive dapat menunjukkan spirit pantang menyerah. Diluar pembawaannya yang kalem. Dan pada babak tujuh besar ini merupakan puncaknya. Meskipun dia harus tereliminasi tapi dia pulang dengan rasa bangga.

Apa yang bisa kita pelajari dari olive ini?

Well. Personally yang bisa diambil adalah semangat pantang menyerah. Jatuh, bangun, jatuh lagi, bangun lagi sampai berusaha mencapai limitnya.

Berkali kali diremehkan tetapi sama sekali tidak marah. Dipikirannya mungkin hanya ada satu kata 'fokus'. Fokus untuk mengembangkan skill dan pengetahuannya. Finally, she proved it!.

Nah seringkali ini yang kita tidak pernah sadari. Apa respon utama yang kita tunjukkan ketika diremehkan? Marah, emosi, ngedumel atau bahkan lebih ekstrem bisa melabrak orang yang merendahkan kita. Respon tersebut tentu sangat wajar tapi ternyata hal tersebut tidak menguntungkan.

Belajar dari Master Chef ini, apa yang harus kita lakukan adalah fokus pada pengembangan diri kita. Menganggap underestimate menjadi bahan bakar untuk berusaha lebih baik. Meskipun sebenarnya hal ini merupakan klise yang semua orang sudah tahu. Cuma bedanya implementasinya yang susah. Mudah diomongkan tapi sulit dilakukan. Ya begitulah kira-kiranya.

Jangan takut untuk lakukan improvement sedikit demi sedikit. Gag apa cuma sedikit yang penting selalu ada progress setiap harinya. Terkadang kita pengen hasil yang instant. Lebih baik progress 1% tapi konsisten setiap hari daripada 50% tapi nunggu 6 bulan.

Jadi kalo begitu apa kesimpulannya?

Yang bisa disimpulkan adalah setiap ada halangan, cercaan ataupun hinaan ambil sudut pandang itu sebagai cara untuk diri kita berkembang. Tidak peduli berapa kali usaha kita jatuh tetapi selalu ada cara kita untuk bangkit. Dan yang terpenting lagi adalah berprogress setiap harinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun