Mohon tunggu...
Moh Vicky Indra Pradicta
Moh Vicky Indra Pradicta Mohon Tunggu... Dokter - Food safety and quality leader, an opinion writer and one health initiative

I’m Vicky, a food safety and quality leader who worked in food industry more than 7 years, a writer in opinion essay and One Health initiative. I am also content educator for food safety and quality, food registration and writing tips.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mewujudkan Universal Health Coverage (UHC) Tahun 2019 Melalui Percepatan Eliminasi Tuberkulosis

14 Maret 2018   13:16 Diperbarui: 14 Maret 2018   13:45 2006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bagi pemerintah, kejadian gizi buruk dan campak menjadikan hal ini sebagai fokus prioritas nasional dalam upaya pencegahan dan penanggulangan stuntingdi Indonesia. Untuk itu terdapat beberapa intervensi yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka penurunan stunting di daerah-daerah, antara lain 1) tablet tambah darah untuk remaja putri, calon pengantin dan ibu hamil, 2) pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil kurang energy kronik, 3) kelambu dan obat malaria, 4) promosi menyusui (ASI ekslusif), 5) promosi makanan pendamping ASI, 6) bina keluarga balita, 7) suplemen vitamin A, 8) suplementasi vitamin dan mineral, 9) pemberian makanan tambahan untuk balita kurus, 10) pemberian obat cacing, 11) kegiatan posyandu, 12) pendidikan anak usia dini, 13) kawasan rumah pangan lestari dan 14) program keluarga harapan.

Penanganan stunting memerlukan penanganan yang tepat. Hal tersebut disebabkan dapat timbulnya kondisi obesitas maupun gangguan system metabolisme terhadap anak kurang gizi dimana berisiko membawa penyakit tidak menular (PTM). Oleh karena itu, berbagai jenis intervensi dapat diharapkan dapat mencegah terjadinya stunting pada anak dimasa depan.

Isu Prioritas 3: Peningkatan Cakupan dan Mutu Imunisasi

Munculnya Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri di berbagai wilayah Indonesia baru-baru ini menunjukkan bahwa diperlukannya sebuah penguatan surveilans, cakupan serta mutu imunisasi, terutama terhadap penyakit infeksius.

Sebagaimana yang kita ketahui, pencegahan penyakit infeksius dengan kekebalan spesifik hanya dapat dilakukan dengan program imunisasi. Oleh karena itu, melalui Rakernas yang lalu, pemerintah, melalui Kemenkes, mengharapkan bahwa seluruh daerah dapat meningkatkan besaran cakupan program imunisasi dan surveilan sesuai target. Hasil studi menunjukkan bahwa daerah yang memiliki cakupan imunisasi tinggi serta surveilan yang efektif dapat mencegah transmisi penularan dan peningkatan kasus penyakit menular.

Mewujudkan Universal Health Coverage pada tahun 2019 memiliki banyak tantangan yang tidak mudah. Oleh karena itu, kolaborasi dan kerjasama lintas sector dan disiplin mutlak diperlukan agar penanganan terhadap masalah-masalah kesehatan yang menjadi prioritas nasional dapat dilakukan secara komprehensif dan holistic sehingga pada tahun 2019 Indonesia dapat benar-benar mewujudkan Universal Health Coverage (UHC) bagi seluruh rakyat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun