Mohon tunggu...
Pradhany Widityan
Pradhany Widityan Mohon Tunggu... Buruh - Full Time IT Worker

Full Time IT Worker

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Mewujudkan yang Tak Berwujud Lewat Patung

21 Januari 2019   00:16 Diperbarui: 21 Januari 2019   15:51 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Garuda Wisnu Kencana 'kecil'. (Dok. Pribadi)

Dari ruang utama, kita akan diarahkan ke halaman belakang museum. Sebuah amphitheater kecil berpayung hijau rindangnya pepohonan dan dikelilingi patung-patung berukuran besar, cocok untuk bersantai melepas lelah. Jika ingin sambil bersantap, di sana ada Laxmi Cafe yang artsy. Nuarta sepertinya tidak hanya menjadikan tempat ini sebagai museum, tapi menjadikan patungnya dapat dinikmati dari semua sudut.

Menangkap yang tak kita sadari

"Durjana" menyambut saat saya memasuki lobby. Patung besar berbentuk lelaki kekar dan telanjang ( dengan sensor bagian penisnya) khas patung-patung dewa Yunani itu mencuri perhatian saya. "Durjana" menyiratkan makna tentang kekejian hati manusia di balik kegagahan tubuh dan kejatmikaan parasnya. Tubuhnya terbelah dua, dengan efek transisi di bagian tengahnya. Mukanya memandang burung yang hinggap di tangan kirinya dengan senyuman penuh arti.

Tapi, sisi kanan badannya berlainan sifat. Tangan kanannya menyembunyikan pedang di belakang tubuhnya. Saya mengartikan bebas patung itu sebagai sifat manusia dengan sisi jahat dan baiknya. Penempatan penis di bagian kanan (sisi jahat) juga pasti punya makna. Setidaknya menurut saya. Sama halnya seniman yang bebas berkarya, pengunjung juga bebas mengartikannya, kan?

Patung dokpri
Patung dokpri
Karya-karya Nuarta juga menangkap emosi seorang manusia. Beberapa tentang kemuraman, kepasrahan, hingga kekalahan. Seperti patung "Condemned" berwujud seorang lelaki yang duduk di kursi sambil tertunduk lesu dan tampak kalah. "Condemned" berarti terhukum (dijatuhi vonis), terkutuk, atau ditolak publik.

Pesan yang bisa ditangkap yaitu, ada hal-hal dalam menjalani hidup yang jika kita lakukan bisa menyebabkan kita menjadi "Condemned". Dan konsekuensinya, kita akan merasa 'kecil', terasing, kalah, terhina, bahkan bosan hidup.

Tema lain yang juga banyak adalah menangkap yang tak terlihat. "Tarian Daun" menjadi salah satu patung yang mencoba menangkap wujud angin. Angin memang tak bisa dilihat, tapi gejala adanya angin bisa terasa. Daun yang beterbangan digunakan Nuarta untuk menggambarkan adanya hembusan angin.

Peristiwa di negeri ini juga tak luput dari kepekaan Nuarta. Salah satunya peristiwa yang diulik adalah peristiwa kerusuhan 1998 yang lekat dengan SARA. Chaos yang terjadi meninggalkan kenangan buruk bagi etnis Cina. Mereka jadi sasaran kekejian. Sayangnya, sampai sekarang kasusnya tak kunjung 'nampak wujudnya'.

Patung
Patung
"Nightmare" berwujud wanita yang tidur terlentang. Patung yang melintang ini tampak sempurna jika dilihat dari lantai atas. Wanita itu adalah seorang Cina yang menjadi korban kekerasan seksual. Sebuah puisi juga disematkan di samping judul patung itu. Dalam kesendirian, dalam kepedihan / Dalam bathin yang tersayat-sayat / Terenggut dalam sejarah yang kusam.

Kehidupan sosial juga dipotret dan dihidupkan oleh Nuarta. Karya "Oplosan" dan "Rush Hour" misalnya. "Oplosan" menceritakan kehidupan (khususnya) mahasiswa yang gemar nongkrong di tangga kampus. Tak jarang sambil sedikit banyak menenggak minuman keras. Dengan dompet tipis mereka, oplosan menjadi siasat alternatif. Tak jarang alkohol mahal dioplos dengan sari buah saset.

"Rush Hour" juga bercerita kehidupan masyarakat urban yang lekat dengan kata terburu-buru. Digambarkan seorang pria dengan sepeda ontelnya melaju kencang dengan tatapan serius ke depan. Efek gerak hingga membuat lima bayangan menggambarkan seberapa tergesanya pria itu.

Patung
Patung
Dalam buku autobiografi Bob Dylan berjudul Bob Dylan Chronicle, Paman Bob mengatakan tiga unsur utama dalam berkarya adalah pengalaman, pengamatan, dan kreatifitas. Unsur-unsur itu melekat pada patung-patung beragam tema, bentuk, objek dan pesan milik Nuarta.

Bagi saya, berkunjung ke galeri atau museum seni adalah salah satu cara untuk menikmati keindahan, mengasah rasa, dan melihat apa yang selama ini ada namun tak kita sadari wujudnya. Tak peduli benar atau salah dalam mengartikan, saya hanya perlu membebaskan pikiran untuk mengartikan karya sesuai keinginan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun