Kehidupan malam di sana bagi saya tidak terlalu cocok untuk wisatawan lokal. Hingar bingarnya memang cocok bagi bule pecinta party. Mungkin mereka baru selesai keliling Lombok, bahkan hingga puncak Rinjani, kemudian kangen kehidupan malam di negaranya. Apalagi, bir di sini dijual bebas. Party pun lengkap rasanya. Makanan western, bar-bar mewah yang spesifik untuk negara tertentu dan pernak-pernik kuliner asing lainnya pun berderet di pintu masuk yang memberi kesan pertama pada pengunjung.
Semakin ke selatan atau ke utara memang keramaian mulai berkurang. Dari hotel-hotel gaya urban, menjadi hotel-hotel privat dan eksklusif. Dengan pekarangan luas yang privat, kamar yang saling terpisah dan sepi, pelayanan eksklusif, buffet mewah, bahkan wahana kolam renang yang memanjakan anak-anak.
Rasa Lokal
Memang bagi wisman dan pelancong yang bergaya mewah, gili ini begitu memanjakan. Namun jangan salah, menikmati gili ini tanpa hingar-bingar pun bisa. Tak hanya menjual keramaian, gili terbesar di antara ketiga gili ini juga memiliki panorama alam yang indah. Pasir putih masih bisa dinikmati dengan sedikit menjauh dari deretan café-café yang tidak dipungkiri memang pusat perputaran ekonomi masyarakat pulau ini. Pantainya yang menghadap kedua sisi menjadikan “Gili T”, sebutan populer bagi para wisman, memiliki sunrise dan sunset sekaligus.
Bagi yang ingin “merakyat” di malam hari pun bisa. Di sebuah lapangan di salah satu sudut keramaian, pada malam hari digelar “night market”. Disini penjual lokal menjajakan jajanan dan makanan lokal ala kali lima. Harganya relatif lebih murah dibanding masuk ke café-café. Night market ini sangat terkenal akan seafood dan jajanan sate warna-warni berbahan dasar jenis seafood yang beragam. Semua memang dikemas merakyat dengan bangku plastik yang biasa disebut “bangku bakso” dan meja panjang seperti halnya pasar malam di kota-kota lain. Inilah tempat yang tepat menikmati keramaian pulau ini dengan rasa lokal. Walaupun sebenarnya bule-bule pun banyak yang memilih bersantap malam di sini.
Inilah Gili Trawangan. Pulau yang begitu tersohor hingga mancanegara yang dibangun untuk memanjakan wisatawan mancanegara. Namun, kehidupan lokalnya tetap bisa terpisah tanpa saling mengganggu satu sama lain. Layaknya warga biasa ada sekolah, tempat ibadah, balai warga, dan norma-norma yang telah disepakati. Keragaman fasilitasnya dengan panorama yang indah bisa dinikmati oleh segala kalangan. Tinggal pintar-pintar memilih mana yang pas dengan selera dan kantong kita. Yang terpenting adalah Gili Trawangan menjadi salah satu penggerak pariwisata Lombok yang banyak berkontribusi menyedot wisatawan asing dan lokal dengan akses yang mudah dijangkau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H