Mohon tunggu...
Pradhany Widityan
Pradhany Widityan Mohon Tunggu... Buruh - Full Time IT Worker

Full Time IT Worker

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Lombok 03 : Indahnya Segara Anak dan Jalur Torean, Gunung Rinjani

17 Juni 2016   05:34 Diperbarui: 26 Juni 2016   11:32 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama Kokok Putih (Dok. Pribadi)

Belum habis cerita tentang Gunung Rinjani. Suguhan bentang alamnya menurut saya malah baru dimulai setelah kita terbangun di tepi danau Segara Anak. Summit hanyalah satu dari sekian hal yang dapat diceritakan oleh Gunung Rinjani pada para pendakinya, Danau Segara Anak adalah cerita indah lain si Dewi Anjani. Disambut suara riuh orang-orang di luar tenda, sinar matahari yang sudah terang, dan hawa pagi di samping danau Segara Anak, saya bangun dengan tenaga yang serasa kembali terisi. Enam jam perjalanan di malam sebelumnya terbayar dengan tidur yang nyaris tanpa mimpi saking nyenyaknya.

Segara Anak yang menjadi latar puncak Gunung Rinjani, kini menyambut saat saya membuka tenda. Biru dan tenang airnya, lengkap dengan matahari yang cerah pagi itu. Walaupun sesekali kabut turun menutupi danau dan Gunung Barujari yang tampak gersang di tengah danau. Bermalam di sini adalah paket wajib yang biasanya diambil oleh para pendaki. Setelah lelah “dihajar” perjalanan dari bawah hingga summit, beristirahat semalam dan berkegiatan yang menyenangkan di tepi danau menjadi penawarnya.

Di tepi danau seluas 1.100 ha dan berkedalaman 230 m ini, kita bisa menyaksikan riuh pendaki yang camping di sana. Beberapa memasak, berfoto, beberapa lain ada yang memancing. Ya, memancing ikan di danau ini memang tidak aneh. Ikan di sana memang banyak. Ditambah airnya yang jernih, yang tidak bisa memancing pun dijamin akan langsung bisa.

Perkembangbiakan ikan-ikan di sana diawali pada tahun 1985 oleh Pemprov NTB. Mereka menyebar bibit ikan nila, mujair, dan mas untuk menarik wisatawan. Sirkulasi air danau yang baik menyebabkan ikan dapat tumbuh baik di sana. Hasilnya, pendaki menjadikan hasilnya pancingannya sebagai lauk makan siang.

Tips dari saya, jika mendapatkan ikan yang terlalu kecil, lebih baik dilepaskan saja. Percuma, jika dimasak dagingnya hanya sedikit. Dan untuk memasak yang enak dan efektif, bisa coba teknik seperti dipresto menggunakan nesting. Ikan cukup dimasukkan ke dalam nesting dengan air, garam dan irisan bawang serta cabai. Lalu dimasak hingga airnya habis. Cara ini membuat daging tidak terbuang seperti jika digoreng atau dibakar.

Kita mempraktekkan ini atas saran Bang Edam, anggota SAR yang saya temui di sana. Di Rinjani, saat peak season memang ada saja Tim SAR yang ditugaskan. Tujuannya, agar jika ada kecelakaan bisa dilakukan penanganan yang tepat dan cepat. Walaupun mereka tampak seperti pendaki biasa saja dan berbaur bersama pendaki lain, namun teknik dan pengetahuannya akan gunung Rinjani sangat baik dan presisi. Informasi yang diberikannya tepat dan detil. Dari Bang Edam pulalah kita diberi petunjuk jalur turun yang amazing namun belum populer. Jalur Torean.

Torean

Waktu bersenang-senang di danau akhirnya usai. Perjalanan pulang harus dilanjutkan. Kita akhirnya memilih jalur Torean. Jalur tembus dari desa langsung ke Segara Anak. Jalur ini memang belum populer karena tebing dengan kemiringannya yang mencapai 60 derajat harus dilalui. Belum lagi jalur sempit di samping jurang tanpa penghalang. Seringnya longsor saat hujan lebat juga menjadikan jalur ini dirasa kurang aman.

Merayap Di Tepi Tebing Jalur Torean (Dok. Pribadi)
Merayap Di Tepi Tebing Jalur Torean (Dok. Pribadi)
Jalur ini biasanya digunakan oleh warga Desa Torean dan Desa Sambi Elen menuju danau untuk memancing, mandi air panas, atau ritual-ritual yang memang sering dilakukan di Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak. Umat Hindu Lombok dan masyarakat Suku Sasak memang mengeramatkan gunung ini. Dan Danau Segara Anak diyakini sebagai pusat spiritual di Tanah Sasak. Ada upacara Wettu Telu yang dilakukan sebagian umat Islam Sasak untuk menghormati roh-roh leluhur, termasuk penunggu Rinjani, yaitu Dewi Anjani. Kemudian Upacara Mulang Pakelem dan Bumi Sudha. Upacara umat Hindu ini tergolong besar. Di Bali pun, upacara yang bertujuan menjaga keseimbangan manusia dengan alam, atau merupakan refleksi dari konsep Tri Hita Karana, ini diadakan. Di Lombok sendiri berpusat di Danau Segara Anak.

Hari kita turun sudah menjelang sore. Menurut Bang Edam, di samping sungai sebelum masuk hutan adalah tempat yang nyaman. Namun sebelum itu, kita memanfaatkan fasilitas lain Rinjani. Pemandian air panas (Aik Kalak). Ya, beberapa mata air panas alami memang dapat ditemui di gunung ini. Tempatnya tak jauh dari Danau Segara Anak. Ada yang ramai, namun ada yang sepi. Kita memilih tempat yang sepi dan tenang dengan airnya yang sangat jernih. Hanya ada warga sekitar yang berendam mata air ini. Banyak warga yang memang sengaja datang ke sini hanya untuk mandi. Mereka tahu, khasiat air panas alami dengan kadar belerang yang tinggi memang sangat banyak.

Namun, kabar tidak enak terdengar beberapa hari setelah kita turun. Seorang pendaki tewas di pemandian air panas. Walaupun bukan tempat yang sama dengan kita. Kabarnya karena terseret arus. Sedahsyat itukah arus di sana? Selemas atau seletih itukah si pendaki? Penjelasannya, ternyata memang dalam kondisi kerja organ tubuh yang sudah berubah karena dinginnya hawa gunung, mandi air panas di atas 40 derajat bisa menyebabkan badan lemas. Rileks dan nyaman memang terasa, namun tanpa kita sadari sebenarnya tubuh kita banyak berkeringat dan organ tubuh kita bekerja keras menyesuaikan suhu tubuh yang mendadak berubah panas. Jika terlalu lama berendam maka tenaga perlahan malah hilang. Rasanya seperti malas padahal tubuh lemas dan kelelahan. Mungkin itu yang terjadi pada pendaki malang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun