Mohon tunggu...
Pradhany Widityan
Pradhany Widityan Mohon Tunggu... Buruh - Full Time IT Worker

Full Time IT Worker

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ubud dan Ruang Imajinya

14 November 2015   23:36 Diperbarui: 15 November 2015   06:55 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Ubud, buah imajinasi tidak hanya tertuang pada kanvas, batu, kain, dan kayu saja. Bumi pun menjadi media dalam berkarya. Berkunjung ke Tegalalang, karya seni nampak tertuang di tanah persawahan. Undakan-undakan sawah yang sebenarnaya adalah sistem pengairan sawah, Subak, bertambah fungsi sebagai pemanja mata. Saat padi sedang bersemai, sawah-sawah berundak itu menyajikan pemandangan alam yang artistik untuk menjadi objek berfoto.

Pembangunan resort juga tak lepas dari upaya memajukan Ubud menjadi sentra seni dan budaya Bali. Kontur tanah yang berbukit-bukit dimanfaatkan sebagai tempat pembangunan resort. Private room ,dengan pemandangan alam yang tersaji saat membuka jendela kamar, menjadi salah satu yang menarik. Spesifikasi penginapan seperti itu banyak terdapat di Ubud. Sangat cocok untuk melepas penat kehidupan kota. Memberi ketenangan tanpa bisingnya suara kendaraan. Hanya ada suara jangkrik di tengah malam, dan cericit burung yang menyambut fajar. Memberi ruang pada pikiran untuk melepas dan mengosongkan beban sejenak.

[caption caption="Wanita Bali Penjual Canang, Pasar Ubud"]

[/caption]

Yang tak boleh terlewatkan adalah wanita Bali sebagai subjek sekaligus objek yang berperan bagi lestarinya budaya Bali di Ubud. Objek lukisan Don Antonio Blanco yang banyak mengambil tubuh wanita Bali adalah contoh wanita Bali sebagai objek seni. Penjual canang (sesaji untuk ibadah) dan sampian (hiasan khas Bali untuk pesta pernikahan) di Pasar Ubud adalah wanita-wanita bertangan telaten. Selain itu, di tangan wanita-wanita ini, satu kebudayaan akan tetap hidup, yakni Balinese Massage.

Pijat tradisional khas Bali ini “diperankan” oleh wanita-wanita Bali sebagai budaya warisan yang terus bertransformasi. Inti dari Balinese Massage adalah pijatan yang lembut dan bertujuan untuk relaksasi tubuh dan pikiran. Musik klasik atau suara gemericik air yang mengiringi ritual pijat khas Bali membawa kita pada ketenangan yang seringnya membuat kantuk. Bahan-bahan dari alam sebagai bahan baku produk perawatan seperti scrub, minyak dan wewangian, membuktikan bahwa sinergi antara budaya dan alam dapat menghasilkan sesuatu yang indah. Klepon Manis, salah satu judul Balinese Massage yang saya nikmati, menggunakan bahan untuk membuat klepon, yakni parutan kelapa dan gula merah, sebagai bahan scrub. Sungguh menenangkan pikiran setelah seharian beraktifitas.

Ruang imaji yang tercipta saat kita berkunjung ke Ubud memang luas. Alam, manusia, dan Tuhan (kepercayaan) memberikan semua kekuatannya untuk menuju satu titik saat kita berada di Ubud. Ketiga kekuatan utama pembentuk rupa tanah Ubud akan berkumpul menciptakan sesuatu yang hebat. Bagi saya, sesuatu itu adalah “kekosongan”.

 

[1] Bembi Dwi Indrio dan M.Hermawan Kartajaya, Ubud: The Spirit of Bali, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009. Hlm 60

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun