[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="Pantai Pidakan"][/caption]
Semoga hari ini cerah. Sepanjang hari, sampai malam, agar rencana camping di pantai kami berhasil. Tak terucap tapi benar-benar terpikir sebagai harapan saat bangun tidur.
Hari ini (20/3) kita akan menjajah pantai bagian timur Kabupaten Pacitan. Tadinya hanya akan ke Pantai Soge dan Pantai Taman. Tapi kita mendapat informasi dari pengunjung Pantai Teleng Ria, kalau ada pantai yang menarik lagi, yaitu Pantai Pidakan.
[caption id="attachment_357464" align="aligncenter" width="490" caption="Pantai Soge dari JLS"]
![142736144769645316](https://assets.kompasiana.com/statics/files/142736144769645316.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Letak Pantai Pidakan sejalur dengan Pantai Soge dan Pantai Taman, yaitu sepanjang JLS (Jalan Lintas Selatan) yang menghubungkan Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Trenggalek. Karena ada tambahan destinasi, rencana kita ubah (lagi). Kita akan ke Pantai Pidakan dan Pantai Soge. Baru besoknya (21/3) ke Pantai Taman.
Salah satu jalur menuju pantai yang mengagumkan yang pernah saya tempuh adalah JLS ini. Jalan raya yang cukup lebar ini terasa sangat mulus dan jarang sekali ada lubang. Di luar infrastruktur yang baik, jalur ini menyuguhkan pemandangan yang mengagumkan pada kanan dan kirinya. Sawah, bukit-bukit yang seakan membentuk tembok, sungai, dan pastinya pantai serta laut bergantian menghiasi perjalanan kita. Tambahannya adalah langit yang siang itu sangat biru dan bersahabat.
Imajinasi saya langsung liar teringat video clip Blaze Of Glory – Bon Jovi. Di video itu Jon, sang vokalis, dengan gitar akustiknya bernyanyi di atas bukit gersang Amerika yang mirip dengan bukit di sepanjang JLS. Dengan gaya khas koboy tanah Amerika.
Sambil berkendara dengan sepeda motor di jalan raya yang luas dan sepi, saya berkhayal sedang mengendarai motor besar dengan knalpot garang dan kecepatan 120 km/h. I’m a devil on the run, a six gun lover, a candle in the wind.
Pantai Pidakan
Sebuah papan bertuliskan “Wisata Keluarga, Pantai Pidakan” terpampang di pinggir JLS. Arahnya menunjukkan ke sebuah gang kecil dengan jalan menurun. Dengan retribusi 2.000 rupiah, sebuah pantai dengan bebatuan, karang, bukit, bahkan tebing dapat dinikmati. Pantainya memang bukan pasir lembut, tetapi penuh bebatuan dan kerikil namun keindahannya tidak kalah.
Sambil beristirahat di saung-saung yang disediakan gratis, pemandangan lautan lepas tanpa batas membebaskan jarak dan arah pandang kita. Gradasi laut (bumi) dan langit mematahkan ungkapan “berbeda, bagai bumi dan langit”. Ungkapan itu menjadi "bumi dan langit bersatu membentuk keindahan".
Karena dekat dengan perkampungan penduduk, selain pengunjung dari luar daerah, penduduk lokal juga tampak beraktivitas disana saat air sedang surut.
[caption id="attachment_357465" align="aligncenter" width="378" caption="Bebatuan Pantai Pidakan"]
![1427361538304382032](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1427361538304382032.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Ada ibu-ibu mencari kerang yang menempel di karang-karang untuk dimasak. Ada yang memancing, lebih jauh ke tengah. Ada juga anak-anak yang mencari ikan-ikan kecil dengan modal kemasan gelas plastik air mineral. Kita ikut seru-seruan bersama anak-anak itu. Namanya, sebut saja, Ren dan temannya. Dengan bahagia dan telaten, kita ikut mencari, menggiring ikan ke arah gelas, lalu menangkapnya dan memasukkan ke botol. Entah untuk apa ikan-ikan tersebut.
Datanglah ke Pantai Pidakan menjelang sore. Selain menikmati sunset, nikmati juga aktivitas-aktivitas orang-orang laut saat mereka berinteraksi dengan alam.
Jangan sekali-sekali mengambil batu di sana walaupun sedang musim batu. Banyak tulisan larangan mengambil batu. Ada yang mengatakan ada mitos mistisnya. Di luar itu, sebenarnya kerusakan berawal dari sedikit demi sedikit eksploitasi. Maka menjaga sekecil mungkin aktivitas perusakan harus ditegakkan dan didukung semua pihak.
Pantai Soge
Di serial manga Jepang, One Piece, ada tokoh bernama Sogeking. Saya jadi curiga, Sogeking berasal dari Pacitan, tepatnya di Pantai Soge. Ah, itu cuma khayalan!
Pantai Soge, letaknya tepat di pinggir JLS, tanpa harus masuk gang. Pantainya sepi, belum banyak ada penginapan. Tiba di sana menjelang petang, kita langsung mendirikan tenda. Sambil berfoto, kita melepas kepulangan matahari. Meninggalkan jejak merah gelap yang terbias pada awan-awan mendung.
[caption id="attachment_357466" align="aligncenter" width="490" caption="Yoga di Pantai Soge"]
![14273618581190657691](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14273618581190657691.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770)
Tidak banyak yang kita eksplor di sana, karena malam keburu datang. Kami memutuskan menikmati suara ombak yang syahdu dari depan tenda. Kami bercerita apa saja, memasak, bernyanyi, dan makan malam sambil bermandi kehangatan api unggun yang kita buat. Malam sudah larut dan semakin sunyi. Kami tidur.
Pantai Soge sangat sepi ketika malam. Kita sedikit merasa was-was. Saya sampai menyiapkan pisau di jangkauan tangan saya. Untuk jaga-jaga saja. Tapi sampai pagi hari, tidak terjadi apa-apa walaupun hanya tenda kami yang berdiri di sana. Akhirnya camping di pinggir pantai hari itu sukses karena malam itu doa kita terkabul. Malam yang cerah dengan suasana yang cerah pula.
Orang Eropa zaman dahulu berlayar untuk mencari Gold, Glory, Gospel. Pantai Soge saya juluki Beach Of Glory, karena hanya kita yang bermalam di bawah selimut malam. Dan saya merasa “I’m the only Glorious King of that Beach”.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI