Mohon tunggu...
Pradana Sidiq Izzulhaq
Pradana Sidiq Izzulhaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - ey

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (20107030092)

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Dilanda Pandemi, Omset Batik Mulai Menurun

26 Juni 2021   12:46 Diperbarui: 26 Juni 2021   12:49 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa sih dari kalian yang tidak mengenal batik? Nah, pastinya sudah banyak orang yang mengenal batik dari kalangan anak remaja hingga dewasa. Batik sebagai warisan budaya di negara indonesia tidak diperkirakan sudah memiliki popularitas tersendiri di mata dunia. 

Saking terkenalnya, batik bahkan sudah menjadi identitas bangsa di negara indonesia. Selain sebagai warisan budaya dari negara kita sendiri, batik juga merupakan bagian yang sangat erat dari abad ke dua puluh satu yang menyokong mata pencaharian bagi sebagian besar kelompok masyarakat di negara indonesia. Tak hanya itu saja, batik juga terus menginspirasi kreativitas baru dan berbagai produksi terbarunya dengan teknologi masa kini. 

Diharapkan, batik tidak sekadar keunikan motif atau bahan material yang digunakan untuk menunjukkan keistimewaannya, akan tetapi batik bisa dilihat mulai dari sejarah dan proses pembuatannya. Tak hanya itu saja, batik juga bisa dilihat dari nilai filosofis yang terkandung di dalam setiap motifnya bahkan hingga karakter pemakainya yang sarat melambangkan nilai-nilai ajaran kehidupan.

Batik merupakan hasil karya bangsa negara indonesia yang merupakan perpaduan antara seni dan teknologi oleh leluhur bangsa negara indonesia sedangkan motif batik merupakan corak atau pola yang menjadi kerangka gambar pada batik berupa perpaduan antara garis, bentuk dan ukir menjadi satu kesatuan yang mewujudkan batik secara keseluruhan dan bisa juga disebut kain di negara indonesia yang bergambar unik dengan pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu yang memiliki kekhasan tersendiri.

Melihat kondisi di masa pandemi covid-19 para pengrajin batik kini mulai kehilangan pelanggan dikarenakan sepinya pesanan, para pengrajin juga menghadapi kendala seperti kekurangan bahan baku untuk membatik karena tempat produksi bahan baku batik mulai melakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar atau yang sering kita sebut dengan arti PSBB. Namun dengan adanya wabah yang melanda dunia atau yang biasa disebut covid-19 tidak menghancurkan semangat para pengrajin batik dalam membuat kreatifitas motif pada batik.

Para pengrajin pun membuat produksi terbarunya yaitu membuat batik dengan motif covid-19, yang memiliki makna salah satu bentuk kepedulian dan keprihatinan para pengrajin terhadap wabah covid-19 serta merupakan salah satu ekspresi para pengrajin batik untuk melawan wabah covid-19 dengan sebuah bentuk kesenian dan kreatifitas.

Produksi batik bermotif virus covid-19 tersebut merupakan salah satu bentuk keprihatinan perajin terhadap covid-19 serta salah satu ekspresi perajin untuk melawan covid-19 dengan kreativitas. 

Semenjak datangnya covid-19 yang menyebabkan adanya kebijakan lockdown secara masal, para pedagang batik yang menggantungkan hidupnya dengan berjualan di pinggir jalan malioboro semakin kesulitan dalam mencari pendapatan, dikarenakan para pembeli batik yang waspada terhadap adanya covid-19 ini.

Salah satu kebijakan pembatasan mobilitas tersebut diwujudkan melalui penutupan tempat-tempat wisata atau tempat hiburan. Tentu dari penutupan tersebut seluruh pihak baik instansi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya harus mengalami kerugian.

Kerugian yang dialami masyarakat utamanya ialah yang menggantungkan pendapatannya melalui penjualan produk atau jasa dari para wisatawan. Sebab dari para wisatawan pendapatan mereka berasal, jika tempat wisata atau tempat hiburan ditutup maka artinya sumber pendapatan mereka juga ikut berkurang.

Miyarni (40) merupakan satu dari sebagian masyarakat yang juga turut menggantungkan pendapatannya dari pedagang batik. Miyarni atau yang biasa dipanggil dengan Ibu Sri ini berjualan batik setiap harinya di tempat malioboro dia berjualan menyalurkan batik kepada pedagang kaki lima yang berjualan batik juga. Ketika pemerintah daerah mengeluarkan kebijakan untuk mengamankan tempat wisata tersebut, misalnya setiap memasuki wilayah kawasan malioboro harus mencuci tangan terlebih dahulu dan suhu badannya di tes, cara tersebut berguna untuk memastikan wisatawan agar terhindar dari covid-19 yang sangat bahaya ini.

sumber: dokpri
sumber: dokpri
Batik pada masa kini tersebut mendapat tanggapan yang baik  dari para pembeli batik tersebut. Permintaan batik bermotif covid-19 pun kini melonjak. Banyak dari perajin melakukan produksi terbaru untuk menarik minat pembeli. Mereka tetap memproduksi batik agar tidak sampai memberhentikan karyawannya. Ibu sri yang biasa berjualan dengan harga Rp. 120.000 per plastiknya turun menjadi Rp. 110.000 ujar ibu sri. 

Di sisi lain penjualan batik di toko  pun kini mulai sepi pengunjung. Para perajin di beberapa daerah kini beralih menjual produknya melalui media sosial seperti, instagram, whatsaap, line dan lain-lain. Hal ini dilakukan karena adanya larangan jaga jarak terhadap orang lain maupun dekat yang menjadi penyebab para pembeli tidak mengunjungi pedagang kaki lima.

Pandemi covid-19 sekarang ini masih melanda di negara indonesia. Sudah terdapat banyak masyarakat yang terkena dampak dari pandemi ini. Terutama sektor industri batik. Tidak sedikit pula perajin batik di berbagai daerah yang mengalami penurunan omset di tengah pandemi ini. Untuk mengatasi hal tersebut, sebagian dari perajin batik menekuni dengan membuat batik kontemporer yang bermotif virus covid-19 dan sebagian lagi mengubah sistem penjualan batik serta ada yang berkreasi membuat masker dari batik. 

Semenjak covid-19 pendapatannya menurun dari biasanya, Ibu Sri tetap memproduksi namun tidak sebanyak hari-hari biasanya. Karenanya, produksi makanan angkringan pun turut menurun seiring menurunnya jumlah pembeli. Di samping memproduksi batik t ini yang menjadi lebih singkat, pandemi juga  yang memberikan dampak kepada beberapa pekerja yang menjahit ini. 

Pembelinya pun ada yang di daerah malioboro dan ada di sekitar rumah yakni para tetangga-tetangga  sendiri. Namun meskipun begitu,  memproduksi batik ini tetap gigih membuka usahanya ditengah-tengah pandemi. diiringi usaha dan doa, pasti ada rezeki yang mendekat, begitu ujar ibu sri.

sumber: dokpri
sumber: dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun