Mohon tunggu...
pracoyo Wiryoutomo
pracoyo Wiryoutomo Mohon Tunggu... Konsultan - Wartawan dan Pengusaha

Mengawali karir sebagai wartawan di majalah Forum Keadilan bersama Karni Ilyas, kemudian majalah Panji Masyarakat bersama Uni Z. Lubis, kemudian pindah ke Trans TV dan Trans7. Posisi terakhir sebagai Wakil Pemimpin Redaksi Trans7. Mulai tahun 2016 menjadi pengusaha di bidang jasa konsultan media dan kehumasan (lihat www.spora.co.id)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Belajar dari Seorang Niken Tantyo Sudharmono

12 Maret 2021   10:17 Diperbarui: 12 Maret 2021   18:46 6284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya berkenalan dengan Niken Tantyo Sudharmono belumlah lama. Sebagai konsultan di bidang media, saya berkewajiban menjalin jejaring seluas mungkin. Dengan banyak jejaring itu, potensi untuk mencari jalan mendapatkan klien, akan semakin luas. Tak terkecuali dengan Niken Tantyo Sudhramono.

Singkatnya kami berkenalan. Saya bary tahu, ternyata untuk menjadi menantu seorang wakil presiden, tak semua enak. Selalu saja ada orang memandang dengan sudut yang selalu positif.  Ah, sudahlah, sekarang kita lihat profil Niken dulu ya.

Niken Tantyo Sudharmono bukan berasal dari keluarga yang bisa dibilang mampu. Ayahnya adalah pegawai negeri biasa. Di masa itu, gaji sang ayah bisa dikatakan pas-pasan. Jangankan untuk sekolah di tempat mahal, untuk makan sehari-hari saja keluarganya harus berhemat.

Untuk menambah penghasilan, ayah Niken kemudian berjualan beras. Sementara sang ibu membuka jasa jahit pakaian. "Ibu saya jago jahit Mas," katanya saat ngobrol dengan kamu. Langkah itu dilakukan ibunya sebagai   antisipatif jika usaha suami berhenti di tengah jalan. Maklum, ayah niken harus mengutamakan kewajibannya sebagai abdi negera. Untuk menutupi kekurangan, sang ayah, sampai harus jualan beras. "Kadang Bapak sampai pulang dini hari, karena harus ambil beras ke Tasikmalaya," katanya.

Saat duduk di bangku sekolah, Niken terbiasa dengan hidup sederhana. Ia tak seperti kebanyakan teman-temannya yang selalu punya mainan terbaru atau jalan-jalan ke luar negeri saat libur sekolah tiba. Di sela kegiatan sekolahnya, Niken kecil lebih banyak menghabiskan waktu bermain piano, organ, gitar, atau menari bali.

Kemahiran Niken bermain piano tak disia-siakan. Saat sekolah menengah pertama (SMP), Niken pernah menjadi guru les piano untuk anak-anak "bule". Tentu tak semulus yang dikira. Untuk mendapatkan klien, ia harus berulang kali memasang iklan baris di beberapa surat kabar. Bahkan, Niken juga pernah diusir petugas keamanan rumah "bule" lantaran tak percaya anak sekecil itu bisa mengajar piano.

Saat dirinya masih pelajar, orangtua Niken lebih sering memberikan petuah ketimbang memberikan mainan mewah. "Jadi apa saja boleh, yang terpenting jadilah yang terbaik di bidang yang kamu pilih." Itulah salah satu pesan yang selalu diingat Niken. "Doktrin" itu pula yang menjadikan Niken sebagai orang ambisius. Bahkan setelah menikah dengan Tantyo Adji Pramudyo Sudharmono dan memiliki anak, dia tidak mau mengerjakan sesuatu setengah-setengah.

Melepas Jabatan Strategis

Dengan kerja keras dan motivasi penuh, Niken berhasil menggapai satu per satu keinginannya. Puncak karirnya, ia ditarik oleh perusahaan multinasional yang berpusat di Jerman untuk membangun bisnis mereka di negara-negara lain, seperti beberapa negara di Eropa, Indonesia, Singapore dan China, sebagai business development.

Di kalangan keluarga dan orang terdekatnya, sifat ambisius Niken memang sangat terlihat. Itu sebabnya mereka tidak kaget dengan berbagai pencapaian yang didapat. Namun hal yang tidak terduga adalah ketika pada tahun 2010 Niken memilih pensiun dini dari perusahaan yang membesarkannya. Rupanya Niken punya pertimbangan lain. Ia rela mengakhiri karirnya di perusahaan tersebut demi menemani suami dan anak-anak.

Bisnis Sosioprenership 

Kemandirian secara finansial tentu saja berkurang. Beruntung sebelumnya Niken sempat mendirikan usaha bernama CoklatChic. Itu adalah kuliner pertama di Indonesia yang mengusung cake berbetuk 3D berlapis coklat bukan fondant, sebagai bentuk kampanye no sugar.

Setelah pensiun ia juga kembali memperdalam "keisengannya"  di bidang trading forex. Niken yang setelah pensiun sering menemani suami keliling daerah sebagai pekerja sosial, menemukan peluang untuk menyalurkan hobinya itu. Di beberapa daerah, Niken kerap menemukan ibu rumah tangga yang "dirumah" saja. Sebagian besar dari mereka sebenarnya menginginkan mandiri secara finansial namun tetap bisa mengawasi anak-anak, tanpa repot pergi dari rumah.

Dari sanalah Niken terinspirasi untuk membuat sekolah forex khusus para ibu rumah tangga dan disabilitas secara cuma-cuma, padahal pendidikan semacam itu relatif mahal. Sekolah forex yang mulai berjalan sejak 2017 ini menjadi bisnis sosioprenership Niken kedua setelah CoklatChic. Ia berharap dengan adanya tambahan wawasan dan pengetahuan, para istri bisa lebih termotivasi serta membantu suami secara finansial tanpa mengesampingkan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.

Didiagnosa Autoimun

Nat mulia tersebut terpaksa harus berhenti sementara. Itu dikarenakan Niken didiagnosa autoimun (hipertiroid). Ia pun harus lebih memperhatikan kondisi kesehatan lebih ketat lagi.

Bagi sebagian orang, mengalami penyakit autoimun mungkin menghancurkan semangat. Namun tidak bagi Niken. Ia justru termotivasi dan lebih memperdalam pengetahuan tentang dirinya sendiri. Apalagi, ketika kelas 2 SMA, Niken juga kehilangan ayahnya karena penyakit liver bernama sirosis. Hal itu pula yang kemudian menjadi "cambuk" untuknya sehingga lebih mendalami soal ilmu kesehatan.

Niken Tantyo Sudharmono (lahir di Bandung 4 juli 1973) adalah seorang sosiopreneur dengan pengalaman lebih dari 25 tahun mengelola penjualan, pemasaran, operasional, personel dan merchandising untuk perusahaan jaringan telekomunikasi. Dengan latar belakang pendidikan teknik  di Jerman, Niken Tantyo Sudharmono ditarik oleh perusahaan multinasional yang berpusat di Jerman untuk membangun bisnis mereka di negara-negara lain, seperti beberapa negara di Eropa, Indonesia, Singapore dan China, sebagai business development.

Sukses sebagai profesioal di perusahaan asing, Niken memilih tetap mengurus rumah tangga. Kecintaan pada anak, membuat dia mendahulukan anak. Tetapi, kesibukan tak berarti berhenti. Karena mengalami autoimun, Niken menjadi banyak belajar tentang kesehatan. Hingga dia pun expert di bidang Kesehatan.

Niken juga dikenal sebagai sosioprenur. Denga Warung Berkah, Niken setiap hari berbagi kepada kaum yang tidak berpunya. Sebagai menantu mantan Wakil Presiden Sudharmono, Niken juga aktif sebagai mentor bisnis. Pengalaman Niken berbisnis mulai dari Forex, hingga skincare membuat dia enjadi pebisnis yang handal.

Sekarang Niken banyak berbagi ilmu tentang Kesehatan, tentang bisnis dan kecantikan  melalui media sosial. "Saya hanya ingin berbagi pengalaman saja. Biar lebih bermanfaat untuk orang lain," kata  Niken. Ini akun Instagramnya, yang kepo tentang beliau  di IG @NikenTSudharmono

Salam

@coypracoyo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun