Guru PAUD; pilihan perempuan atau laki-lakiÂ
Oleh: MulyaÂ
Setiap tahun penerimaan mahasiswa baru (PMB) universitas Majalengka prodi pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) selalu didominasi calon mahasiswa berjenis kelamin perempuan, tidak ada dari mereka yang berjenis kelamin laki-laki, entah kenapa?., apakah PAUD diperuntukkan untuk kaum perempuan saja?, atau ada hal lain. Tulisan ini sengaja diangkat untuk menjawab pertanyaan diatas, maki kita simak jawabannya.Â
Latarbelakang PAUD
PAUD merupakan lembaga pendidikan yang mengurusi anak-anak dibawah 6 tahun, mereka identik dengan asuhan dan bimbingan yang telaten, sehingga mereka sangat cocok di bimbing atau diasuh oleh perempuan.Â
Pengasuhan perempuan dalam beberapa teori tidak lebih baik dibanding dengan pengasuh laki-laki, dalam kisah Lukman yang Allah catat dalam Al-Qur'an bahwa Lukman itu laki-laki yang memberikan nasihat-nasihat baik pada anaknya, "wahai anaku janganlah kalian syirik kepada Allah, karena syirik itu adalah dosa yang sangat besar", begitu gambar pendidikan seorang ayah yang memberikan ketegasan pada anak disaat masa pengasuhan.Â
PAUD sudah menjadi bagian ilmu pengetahuan, PAUD bagian dari ilmu pendidikan dalam Islam, dimana ada pendidikan anak, remaja dan bahkan dewasa. Mengenal PAUD, masuk pada golongan mumayiz (anak dibawah pengasuhan) kewajibannya tidak hanya pada Ibu melainkan pula pada ayah.Â
Pada pase perkembangan anak, Islam memandang pada tiga bagian, pertama janin, kedua mumayiz, dan ketiga baligh. Masa janin dimana ada dalam kandungan ibu, para pakar pendidikan menyatakan bahwa pendidikan anak dimulai sejak dikandung, apakah dengan asupan makanan yang baik, mengelola emosional dengan bijak dan lain sebagainya sehingga hubungannya erat dengan spiritualitas ibu.Â
Pada pase mumayiz, anak berusia belia, dikatakan 6 tahun ke bawah atau belum masuk pada masa pra baligh dimana ketika 7 tahun anak harus didik dengan tegas dan bahkan dipukul apabila belum terbiasa melaksanakan titah agama seperti shalat, mumayiz menjadi model pendidikan pra sekolah, pendidikan yang disiapkan dengan kesenangan dan perhatian perkembangan otak anak.Â
Sementara masa baligh, masa dimana anak mempu menjadi diri sendiri dan anak mempunyai tanggung jawab secara Agama dan individu nya. Fase baligh ini menjadi fase dimana anak akan terlihat baik apabila mempunyai latarbelakang yang baik dan begitu pun sebaliknya.Â
Disini peran PAUD yang di doreng dan lebih banyak pendidik dari mereka kaum perempuan bukan laki-laki.Â
Fitrah perempuan
Guru PAUD sepertinya sudah menjadi takdirnya perempuan, 5 lembaga PAUD yang di temui dan dilakukan wawancara 4 lembaga PAUD 100% diisi oleh guru berlatar belakang kalamin perempuan, sementara 1 lembaga ada laki-lakinya.Â
Yang menarik perhatian dari 1 lembaga itu, perbandingan laki dan perempuan itu 2:1 artinya 2 perempuan dan 1 laki-laki. Memang Guru PAUD itu tidak banyak, per satu lembaga dihuni oleh rata-rata 4 guru saja.Â
Dalam hal perempuan, terdapat pertimbangan yang menjadi latarbelakang kenapa perempuan lebih tertarik pada PAUD daripada laki-laki, hal ini menunjukkan bahwa perempuan dalam beberapa studi lebih apik, telaten, bisa menjaga emosi dan Tetu yang paling menarik adalah lebih dekat dengan anak-anak. Oleh karena itu fitrah perempuan menjadi guru PAUD tidak bisa dipertanyakan lagi.
KesimpulanÂ
Dari fenomena sebagaimana digambarkan diatas, maka guru PAUD lebih banyak perempuan dan sangat sedikit dilakukan oleh kaum laki-laki walaupun sejarah mencatat pendidikan terbaik yang dicatat Alqur'an adalah Lukman dan Lukman itu menunjukkan pada kaum laki-laki. Wallahualam.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H