Mohon tunggu...
Prabu Mulya Singacala
Prabu Mulya Singacala Mohon Tunggu... Relawan - Menulis itu merawat ingatan agar selalu diinggat

Mulya Institut (MI) pendor sekolah berkebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sudut Kota Bersahaja

14 Agustus 2024   09:02 Diperbarui: 14 Agustus 2024   09:09 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sudut Kota Bersahaja 

Oleh: Mulya 

Kamulyan Permai, sebuah pemukiman yang terhapit dua jalan besar depan dan belakang, jalan depan dinamai jalan KH. Abdul Halim tokoh pahlawan Nasional dari Majalengka juga pendiri organisasi keagamaan PUI bersama-sama dengan KH. Ahmad Sanusi dari Sukabumi, sedangkan jalan belakang dinamai jalan pemuda, jalan ini terbentang mulai dari perempatan emen selamet sampai Munjul dan bertemu Jalan KH. Abdul Halim. 

Pemukiman ini baru di diami kurang lebih 30 KK yang berprofesi macam-macam, ada PNS, wiraswasta dan karyawan perusahaan swasta, mereka hidup brsahaja, membangun suasana yang aman, nyaman dan tertib. 

Kamulyan Permai jadi nama pemukimannya. Didalamnya terdapat tiga lembaga sekolah, satu milik pemerintah dan dua lainnya milik yayasan. Ketiga sekolah tersebut turut meramaikan suasana dan menyumbang aktivitas religiusitas keadaan sosial masyarakatnya. 

Jalan Ahim Apandi

Ini jalan kesepakatan seluruh penghuni kompleks Kamulyan Permai, pertemuan dilaksanakan  Delapan tahun lalu pada bulan Agustus 2013-an. Warga bersepakat untuk mengangkat nama tokoh pembuka wilayah Kamulyan Permai yang bernama H. Ahim Apandi. 

Perdebatan nama jalan ini tidak lama, cukup satu malam dengan persetujuan keluarga Almarhum nama tersebut di jadikan nama jalan yang terhubung dari depan KH. Abdul Halim dan dari belakang jalan Pemuda dan jalan yang terhubung itu dinamai Ahim Apandi. 

Sekolah Pemerintah yang memberi pelajaran berharga 

Tidak terbayangkan oleh semua warga akan berdampingan dengan sekolah pemerintah yang menyelenggarakan sekolah inklusif, ini memang luar biasa dan sangat memberikan pelajaran. 

Sebuah sekolah luar biasa (SLB) berdiri megah dengan status negeri warisan penggagas H. Ahim Apandi sekaligus kepala sekolah pertama, ini alasan pertama kenapa H. Ahim Apandi dijadikan nama jalan di kompleks Kamulyan permai. 

Aktifitas sekolah dengan kebutuhan husus memberikan pelajaran bagaimana memperlakukan manusia sesungguhnya, kita sadar betul betapa susahnya memperlakukan manusia dan memanusiakan manusia dan ada pelajarannya di SLB ini. 

Kebutuhan manusia untuk diperlakukan sebagai manusia menjadi tuntutan utama kehidupan sosial, bagaimana kita menengok Hak Asasi Manusia yang didalamnya Manusia mempunyai keluhuran harkat dan martabat yang perlu dijaga oleh dirinya dan orang lain, dsini peran SLB memperlakukannya. 

Dua Sekolah Swasta 

Kebersahajaan tidak hanya ada di SLB ada juga di dua sekolah milik yayasan yaitu SD Alfarizi dan Kober Alfarizi. Ini bulan sekolah luar biasa melainkan sekolah biasa yang sama mempunyai tugas mencerdaskan kehidupan bangsa dengan menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak dan budaya. 

Awalnya hanya TK (Taman kanak-kanak) selanjutnya berkembang menjadi SD dan keber (kelompok bermain). Sekolah ini melayani anak usia dini dan menjelang remaja. 

Suasana sekolah yang ada di dalam komplek menjadi modal besar untuk mendidik anak-anak supaya tidak terkontaminasi nilai luar. Sekolah tertutup dengan kehidupan sosial yang ajeg akan menjadikan sekolah itu baik dan membantu anak-anak berkarakter. 

Modal lainnya adalah, bahwa kehidupan masyarakat sosial komplek Kamulyan Permai mempunyai penghuni hang menjunjung tinggi nilai pendidikan, hal ini terlihat nampak jelas, bahwa penghuni komplek 70 persen terdiri dari para pendidik. 

Sudut kota bersahaja jadi julukan tambahan dimana komplek Kamulyan Permai menjadi hunian yang menjunjung tinggi nilai pendidikan. Wallahualam.

Mulya@unma.ac.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun