Mohon tunggu...
Prabu Mulya Singacala
Prabu Mulya Singacala Mohon Tunggu... Relawan - Menulis itu merawat ingatan agar selalu diinggat

Mulya Institut (MI) pendor sekolah berkebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Ko" Gratis Masuk Masjid

1 Agustus 2024   21:14 Diperbarui: 1 Agustus 2024   21:27 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi masuk masjid, diakses dari Kor.Pangtre.com (01/01/24)

Ko geratis masuk masjid

oleh: Mulya

Dipintu masjid terpampang tulisan "Asshodaqotu Tudfaul Bala" dengan tulisan Arab yang di buat berdasarkan kaligerafi dengan khot kufi, tulisan terpampang sangat mencolok perhatian siapapun yang memasuki masjid, pengurus DKM sepertinya sengaja memasangkan tulisan itu agar mengingatkan pada semua jamaah masjid atas pentingnya sedekah. sedekah itu penolak bala (keruwetan, musibah dll). 

Entah bisa membaca atau tidak, para jamaah hanya mampu meliriknya saja, mungkin karena tulisan Arab tidak pamilier jadi pesannya tidak sampai, entah mengapa dan harus bagaimana. tulisan itu indah dan tidak mendatangkan keindahan. 

Pesan tulisan dalam ilmu komunikasi jadi intrumen utama dalam memberikan pemahaman kepada si pembaca, penulis harusnya faham bukan hanya pada keindahannya tetapi makna yang terkandungnya, begitu menurut para ahli komunikasi. pun begitu dalam Islam, pesan dibuat seringan mungkin agar siapa yang membaca dapat memahaminya dengan baik sehingga pesan itu cepat tersampaikan dan akan mampu di cerna dan diperlakukan. 

Tulisan mewakili pesan penulis

Awalnya kalam (ucapan, perkataan) yang sampai pada manusia, kalam biasa di pakai buat menyatakan firman Allah SWT, maka al-Qur'an dapat disebut sebagai "kalamullah" (kalam Allah). berbeda deng tulisan, maka tulisan itu pesan yang tersampaikan melalui tulisan dan pesan itu agar dapat di fahami oleh orang atau generasi berikutnya, pun dalam Al-Qur'an sekarang sudah menjadi tulisan dan tulisan itu akan dapat di fahami oleh siapa yang mengerti tentang tulisan itu. pada awalnya kalam dan selanjutnya menjadi tulisan, dan Qur'an yang ada sekarang dalam bentuk mushaf adalah kalam yang ditulis dan disebarkan. 

Untuk memahami tulisan itu, tidak semua orang bisa dan tidak semua orang faham. kelompok santri dan kaum agamawan akan dapat memahami dengan baik tetapi kalau kelompok lainnya mungkin mereka akan mencari-cari pesan apa yang ada dala tulisan itu, mungkin ini sebabnya Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, agar pesan itu difahami oleh bangsa Arab yang berbahasa Arab. 

pada pesan sedekah yang tertera di Masjid dengan tulisan kaligerafi yang khas, bisa saja pesan itu tidak sampai pada pembaca, ini dikarenakan dalam beberapa hal; pertama, mungkin pembaca tidak bisa membaca karena tidak cakap, kedua, mungkin bisa membaca tetapi tidak faham makna harfiah bahasa indonesianya, ketiga, mungkin faham tetapi enggan mengimplementasikannya. ini semua jadi problem dan bagaimana solusinya, tapi ini kan di masjid pastinya tulisan semacam itu sudah pasti harus dapat difahami dan ditunaikan maksudnya. semoga. 

Iya disini Gratis Kok  

belum ditemukan Masjid memasang tarif di pintu masuknya, sekelas Masjid Istiqlal saja pintu tetap terbuka lebar, walaupun ada penjaga di pintu masukny akan tetapi itu hanya mengarahkan saja. 

Berbeda dengan pintu WC, area WC sudah dipasang kotak dan lengkan dengan penunggunya, kita pernah bincangkan ketikan mentri BUMN melarang ada tarif WC di setiap pasilitas SPBU, ini menjadi pro dan kontra, disebagian SPBU ada yang melaksanakannya dan ada pula yang mengabaikan, ini masalah bisnis dan ya bisnis. 

Area WC jadi area transaksi, memasuki WC biasanya gratis tetapi keluar kita harus bayar, malu rasanya kalau tidak bayar karena kotak itu ada penunggunya yang dengan gimiknya meminta bayaran. haha. 

Ini tentang transaksi, dimanapun kita dihadapkan pada transaksi. toh muamalah itu terbagi pada dua bagian, pertama muamalah adabiyah (mengurusi tentang adab dan etika serta kesesuaian dengan yang lainnya) dan yang kedua muamalah maliyah (transaksional), dan kita lebih banyak transaksi mengenyampingkan adabiyah. 

Masjid Itu Geratis; WC Itu Bayar 

Tidak ada larangan siapapun memasuki tempat itu, masjid terbuka lebar, tanpa bayaran, tanpa tuntutan dan tanpa apapaun. siapaun yang masuk masjid pasti akan nyaman dan terlindungi ini janji pemilik Masjid karen Masjid sebagai Baitullah maka siapapun yang masuk pada Baitullah semua akan aman dan terlindungi. 

lainhalnya dengan WC, fenomena zaman ini menjadikan kencing pun harus bayar, tidak ada yang terlepas dari aktifitas manusia zaman moderen tanpa terhindar dari transaksi keuangan, termasuk masuk WC Bayar. 

Pelajaran yang di Dapat. 

Renungan masuk Masjid geratis sudah jadi pekerjaan rumah bagi kaum muslimin, Masjid harusnya menjadi prioritas dari tempat apapun, Masjid tidak boleh lebih buruk dari tempat tinggal, bahkan kalau disekeliling rumah megah harus ada masjid yang lebih megah baik dalam aktifitasnya maupun pengelolaannya. tulisa "asshadaqotu tudfaul bala" menjadi pengingat pada kita, dengan mngurus masjid kita akan terbebas dari kesulitan dan bencana. oleh karen itu, jangan kalah "kalao ke WC bayar tapi ke Masjid geratis" maka kita harus merubahnya "ke-Masjid bayar dan ke-WC bayar juga" boleh deh...kepentingan masjid jauh lebih mulia dibanding dengan yang lainnya. 

Membudayakan Rp 2000 masuk masjid menjadi lebih baik karena kebiasaan Rp 2000 masa ini sudah menjadi kebiasaan pada yang lain termasuk didalamnya WC dan parkir. retribusi masjid akan mengamankan pada keadaan Akhirat kelak, semoga terjaga dalam setiap transaksinya. yuuu cukup Rp 2000 saja. wallahualam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun