Mohon tunggu...
Prabu Mulya Singacala
Prabu Mulya Singacala Mohon Tunggu... Relawan - Menulis itu merawat ingatan agar selalu diinggat

Mulya Institut (MI) pendor sekolah berkebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Buku yang Terbengkalai di Pojok Taman

22 Juni 2024   20:54 Diperbarui: 24 Juni 2024   07:36 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ide cerdas menggambar pemimpin cerdas, tetapi tak selaras dengan tujuan utamanya, mereka hanya mampu berdiri tak lebih dari 2 tahun saja dan kesananya terbengkalai dikunci saja. 

Buku-buku sangat menunggu mata intim melihatnya, tangan baik dan halus merabanya dan menunggu sautan bibir komat-kamit mengeja kalimat yang tersusun di lembaran-lembarannya. Itulah harapan setiap buku, toh kalau bisa menyerukannya. Ya entah siapa yang bisa sampai padanya. 

Hanyalah debu kecil yang masuk dari sela-sela kaca yang membungkus dan melindunginya, bukan membuka dan mengelus apalagi komat-kamit kalimat melainkan malah membuat dirinya usang dan lusuh tak terjaga dan nangis rasanya. 

Begitulah Gambaran buku-buku yang nasibnya jadi penjaga sejarah Kolecer terbengkalai di sudut kota Taman Raharja. 

Katanya Hilang Anggaran

Bukan sebuah pengamat dan bukan pula hasil pengamatan, ini hanya mungkin kejadiannya karena anggaran. Sejak tiga tahun lalu sejak induk semang ini menghilang asal dan usulnya, mungkin soal anggaran. Kenapa demikian? Karena ini dikelola berdasarkan pada anggaran pemerintah, maka wajar ketika anggaran tidak cair maka terputuslah segala kegiatan. Ini budaya atau ini kebiasaan. Mungkin. 

Sempat wawancara ketika induk semang itu urus mereka, kami tanya, bagaimana ini kelanjutannya. Mereka bilang selama kami diberi tanggungjawab maka ini bisa dinikmati masyarakat, tapi entah sampai kapan. Saya masih diminta laporan, berapa pengunjung yang membaca, dari komunitas mana dan dari mana. Itu masih di catat dan dilaporkan, katanya. 

Ya itu administrasi prosedur untuk anggaran, ada input pasti ada output, hukumnya begitu. Semenjak tiga tahun entah kenapa, buku administrasi sama tertumpuk di dalam saja membebani buku-buku yang tak tersentuh tangan halus masyarakat, ya begitulah...

Rasanya pahit dan ketir, niat mulia dan lantas berlanjut terus menerus hingga jabatan purna, Jabar Juara lahir batin slogan yang diupayakan dan berakhir tanpa berputarnya Kolecer menerangi warga.

Wallahualam. Semoga ada asa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun