Mohon tunggu...
Prabu Mulya Singacala
Prabu Mulya Singacala Mohon Tunggu... Relawan - Menulis itu merawat ingatan agar selalu diinggat

Mulya Institut (MI) pendor sekolah berkebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selamatkan Generasi Muda; Tanggung Jawab Siapa?

16 Juni 2024   23:32 Diperbarui: 16 Juni 2024   23:43 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana sudut trotoar yang dipadati roda dua memadati malam Idul Adha di keramaian kota, Gambar diambil jam 21.34. (Dok. Pribadi). 

Suara takbir bersahutan dari masjid yang tak jauh dari sudut kota, keriuhan para pengunjung bolak balik menyusuri ramainya suasana, kendaraan roda dua dan empat terparkir rapi di samping trotoar jalan menghiasai manisnya suasana yang terus beranjak malam dan suara takbir sayup-sayup turut menghilang ditelan dinginnya malam.

Kegelisahan sang Faqir bergelayut dalam pikirannya dan menusuk hati hingga merenungkan nasib yang terlintas di kepala, bagaimana generasi yang akan datang menantang zaman yang terus berubah bagaikan panah yang melesat dari busurnya, entah apa yang harus dilakukan. 

Mungkin renungan pemikiran ini bisa saja ada di pikiran banyak orang, bagi mereka yang peduli ini jadi bahan mencari jawaban dan bagi mereka yang acuh mungkin membiarkannya, itulah pandangan Manusia zaman sekarang, daripada yang so peduli akan lebih banyak yang acuh tanpa komentar. 

Keramaian yang disaksikan ada dan terjadi disaat malam hari raya idul adha, disudut sebelah sana tak jauh dari keramaian Sura Takbiran berkumandang, tapi keramaian ada sudut taman kota bukan masjid langgar dan musholla. 

Suasana pengunjung memadati luasnya lapangan bermain dimalam Idul Adha. (Dok. Pribadi). 
Suasana pengunjung memadati luasnya lapangan bermain dimalam Idul Adha. (Dok. Pribadi). 

Sungguh ironi, bagaimana nasib generasi ini kedepannya? 

Ada gambaran masa lalu dimana keriuhan malam hari raya adanya di masjid, langgar dan musholla, mereka memenuhinya sambil bertakbir dan bersilaturahmi ria, membicarakan apa yang akan dilakukan esok hari sambil membicarakan hal lainnya, keadaan ini terjadi di masjid, langgar dan musholla. 

Hari ini begitu beda dan bagaimana menyelamatkannya lalu siapa yang peduli kepadanya? 

Terdapat beberapa tips untuk menyelamatkannya: 

1. Pandanglah generasi muda sebagai pewaris kita, bagi orang tua ini sangat penting, kelangsungan keluarga ada pada pewarisnya. Bagi sebagian orang tua ada banyak yang menginginkan anak-anaknya dapat melanjutkan kebaikan yang telah dirintisnya, maka dalam pandangan Islam kondisi demikian sebagai Hifdzul Nasab. 

2. Jadilah Contoh yang baik, bagi orang tua memberi contoh yang baik menjadi kunci bagi anak-anak kita untuk mencontoh apa yang dilakukan, pepatah mengatakan garam tidak akan menetes keatas artinya kebaikan atau kebiasaan pasti akan diikuti anak-anak kita kelak, oleh karenanya Uswatun Hasanah menjadi modal besar selamatkan generasi dimasa yang akan datang. 

3. Ingatkan jadwal kepulangan ke rumah, bagi kita membuat jadwal anak pulang ke rumah menjadi modal utama, jadwal kepulangan yang disepakati akan menjadi kepedulian orang tua kepada anak menjadi semakin baik. Orang tua jangan membiarkan anak berkeluyuran lama diluar rumah, batasan pulang menjadi penting untuk dilakukan dan baik menjadi kesempatan bersama. 

4. Dorong komunikasi yang baik, siapapun orangnya, komunikasi menjadi modal utama dalam membangun generasi terdidik. Pesan suara modal yang akan cepat tersampaikan, suara lisan akan dipandang menjadi teman. Apabila suara itu baik dengan cara dan model penyampaiannya maka akan terjalin komunikasi yang baik antar generasi ke generasi, inilah wujud generasi yang akan datang. 

Selain tips diatas, untuk menjaga dan menyelamatkan generasi, perlu  keberpihakan pemerintah, karena dengan berbagai fasilitas yang digagas  jangan sampai dapat menjerumuskan generasi yang akan datang. Adapun hal yang dapat dilakukan pemerintah antara lain: 

1. Tingkatkan pengawasan dengan melibatkan unsur satpol PP dengan jalan edukasi dan literasi. 

2. Libatkan komunikasi lintas tokoh masyarakat dan organisasi kepemudaan. 

3. Maksimal komunikasi visual melalui melalui reklame, bener dan alat peraga lainnya yang mengangkat pesan moral. 

4. Maksimalkan model pentahelix atau model ABCGM (Akademik, Bisnis, Community, Gapetment dan Media). 

Dengan model kepedulian yang datang dari keluarga, komunitas dan pemerintah tentu yakin dan pasti generasi yang akan datang akan terselamatkan, jangan biarkan roda zaman menggilanya dan selamatkan sebelum terlambat. Semoga . 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun