Mohon tunggu...
Prabu Mulya Singacala
Prabu Mulya Singacala Mohon Tunggu... Relawan - Menulis itu merawat ingatan agar selalu diinggat

Mulya Institut (MI) pendor sekolah berkebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kasih Sayang Satu Rumpun

8 Maret 2024   20:36 Diperbarui: 8 Maret 2024   20:54 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama Prof. Iriana (Malayasia) dengan Dr. Kania (Indonesia) tampak serasi (dok. pribadi)

Pertemuan layaknya sebuah perhelatan yang akan terlepas apabila pada waktunya telah tiba, waktu jadi penanda dimana kita ada dan tentu ada yang mengadakan dan waktu jadi model bagi orang-orang yang selalu berfikir dan berdzikir. Berfikir yang baik jadi modal dan tentu akan jadi nilai dzikir yang para guru serukan "berfikirlah kamu atas kuasa Allah dan berzikir atas karunia-Nya".

Manusia diciptakan untuk selalu mengenal, dengan perkenalan akan tercapai tujuan kehidupan, saling cinta, kasih sayang dan kedamaian. Tuhan telah mengisyaratkan bahwa Aku ciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling kenal (al-Hujurot:13).

Allah selalu pilih manusia pilihan yang selalu ditemukan dimana pun anak Adam itu berada, pasangan hidup itu bagian dari pilihan, teman yang baik bagian dari pilihan pun juga sahabat yang datang dari jauh itu pun pilihan

Pilihan terkadang jadi takdir dan kesadan atas pilihan itu jadi nilai syukur tertinggi yang manusia hadapkan kepada pemiliknya. Nabi Muhammad yang Allah pilih pun diberikan sahabat terpilih jua sehingga pilihan itu jadi nilai prerogatif tuhan dalam penentuannya.

Kedatangan dan sajian tuhan tidak akan salah, pertemuan jadi nilai dalam menemukan makna silaturahmi yang sesungguhnya.

Foto bersama Prof. Iriana (Malayasia) dengan Dr. Kania (Indonesia) tampak serasi (dok. pribadi)
Foto bersama Prof. Iriana (Malayasia) dengan Dr. Kania (Indonesia) tampak serasi (dok. pribadi)

Lintasan MBZ

Tituk jemput riuh bersama pada penjemput dari berbagai daerah dengan tujuan para sahabat dan keluarga yang ditunggu datang dengan raut gembira dan suka cita, tidak ketinggalan kegembiraan menyelimuti kami penjemput yang ditugaskan lembaga karena tamu yang datang merupakan sahabat serumpun yang belum dikenal tapi suaranya sudah sampai pada telingan dan pikiran kami.

Tak lama dari kerumunan pjntu sebelah kiri dari hadapan, terlihat wajah yang dikenalkan melalui foto dan tidak ragu coba kami sapa dengan penuh percaya diri "Assalamualaikum, ini yang mau ke Majalengka ya, terlihat anggukan" menandakan benarnya pilihan sahabat yang di jemput di tengah riuhnya para penjemput lainnya.

Suasana akrab dan hangat, lanjut menyusuri koridor 5 menuju tempat jemputan umum yang tak jauh dari tempat jemputan sebelumnya. Suasana semakin hangat seolah telah lama sahabat jumpa dan sesegera masuk mobil yang telah kami siapkan dengan gembira membawa sahabat serumpun menuju Majalengka tempat kami menumpahkan gagasan dan pikiran serta pengabdian.

Cerita perjalanan sangat ramai, jadikan kenangan dan cerita yang diingat-ingat di pasca perjalanan, sembari memutar musik yang bernuansa Sunada, Pop Indonesia dan diakhiri dengan Pop Malayasia sebagai penghormatan sabahat serumpun tiba di Indonesia.

MBZ ya itu jalan yang kami lintasi, cerita lucu dimulai, dengan mengutip layaknya Kiyai Besar bahwa jalan ini dibangun atas inpirasi ayat yang ada di Surat Al-Fatihah "Ihdinasyirothol Mustaqim" maknanya tunjukan kami pada jalan yang benar/lurus Jalan yang di Ridhai Allah. Hemm ini lain, ini hanyalah pemecah rasa cape dan ngantuk di mobil yang kami tumpangi, ya itu jalan yang kami lalui sangat lurus dan nyaman, Muhammad Bin Ziyad panjangnya jadi inpirasi perjalanan tidak melelahkan.

Selesai jalan MBZ, kami kembali pada lintasan pantura sebutannya dan mampir di Rest Area dengan jumlah pengunjung sangat banyak. Suguhan cerita ada di Shalat Magrib 6 Rakaat, tercengang memang "ya kok bisa" satu sahabat menimpalinya,,, iya doong, cerita sebenarnya bahwa shalat Magrib di masjid itu ada dua Imam dan saling bergantian dalam satu waktu, ini dikarenakan banyaknya jamaah yang menginginkan shalat berjamaah jadi terlihat seolah Magrib jadi 6 Rokaat. Hahahah... sajian masjid yang di susul paket makan malam dengan pilihan yang sangat mengenyangkan, hahah bungus...bungkus....bungkus...

Perjalanan dilanjutkan, pengisi lintasan hanyalah Pop Indonesia yang diputar melalui Blutut HP Anroid sehingga perjalanan tidak terasa dengan cepat sampai di Majalengka. Selamat datang di Majalengka, Ahlan Wasahlan bihudurikum wa insya Allah sihatan wa salamatan min liqoi malayasia. assik sampai juga.

Mobil Bak Terbuka

Penyebutan mobil Bak terbuka terlalu halus, kami sebut Kol Buntung, kenapa Buntung-karena belakangnya ga ada atapnya atau tutupnya layaknya mobil minibis dan lainnya. Mobil ini biasa di gunakan untuk angkutan barang bukan orang, tapi ini sere-seruan saja jadi tumpangan orang. Tujuannya Panyaweyan satu area wusata yang sangat Viral dijagat maya dan bernar adanya, ini Majalengka dengan sebutan Majalengka Exotic Sundaland.

kegembiraan menyelimuti mereka dalam melakukan perjalanan wisata ke Terasering Panyaweuyan Kabupaten Majalnegka. (dok. Peribadi)
kegembiraan menyelimuti mereka dalam melakukan perjalanan wisata ke Terasering Panyaweuyan Kabupaten Majalnegka. (dok. Peribadi)

Woooow indah sekali, masya Allah... kat apertama yang terdengar... maklum manusia spiritual itu wajib hukumnya mengucapkan Masya Allah.. kita lebih mengakui kekuasaan Allah yang menyajikan hamparan Dunia indah dipandang, bahkan dapat dikatakan Tuhan Ciptakan Indonesai dalam Keadaan Tersenyum (kompasiana.com).

Keindahannya mencuri perhatian, tubuh ini tidak terasa lelah, sangat menikmati perjalanan sampai kami di puncak Panyaweyan dengan bertemu petani penanam bawang san berusaha mewawancaranya layaknya wartawan kawakan. Ini hanya iseng saja dan menghibur sahabat serumpun kita.

Ku tengok sebelah kanan dari puncak berdiri kokoh masjid mungil banya UPO yang turun tanpa pemberitahuan, mengela sejenak sambil menikmati pemandangan sehabis pandangan. Hah rasanya luar biasa, tak peduli hujan akan turun tetap ku nikmati pemandangannya pantas Tuhan Tersenyum dan karena keindahannya.

Puncak Terasering merupakan destinasi wisata Kabupaten Majalengka yang banyak di kunjungi oleh turis lokal dan Internasional, tampak dari kanan Prof. 
Puncak Terasering merupakan destinasi wisata Kabupaten Majalengka yang banyak di kunjungi oleh turis lokal dan Internasional, tampak dari kanan Prof. 

Habislah cerita panyaweyan, lanjutkan perjalanan telaga biru Panten kecamatan Sindang melalui susur hutan bambu yang elok bagaikan terowongan. Pohon bambu menjulang kuat ujungnya menyapa satu dan lainnya membentuk trowongan yang mengabumkan sampai cahaya matahari hilang dari pandangan, ini perjalanna mengesankan kawan dan aku yakin sangat mengesankan yang akan di ceritakan kelak di sana sahabat serumpun kita. Hehe

Panorama alam yang tak luput dari pandangan dengan sajian jepretan alami dari OPPO A77s. (Dok Peribadi)
Panorama alam yang tak luput dari pandangan dengan sajian jepretan alami dari OPPO A77s. (Dok Peribadi)

Jam menunjukan pada nagkan 13.45 harusnya kami lakukan makan siang dengan nasi kebul yang dihidangkan. Ini jadi kelupaan karena indahnya Seyuman Tuhan sajikan Alam Indonesia yang kami pandang. Tiba di tempat makan jam 14.50 kami bergegas pesan daging tusukan (sate) yang cepat bakar dan lahap menyantapnya.

Makan diatas Mobil Bak

Sate telah tersaji diatas piring yang dibagi berdasarkan jiwa yang lapar.. hujan sambut suasana dengan pikiran yang tenang baknya sufi yang meditasi tapi kami memulai makan dengan lahat menyambung tenaga utuk lanjutkan perjalanan ke Cipanten yang tak jauh dari tempat kita makan.

Ya makan ku di atas mobil terbuka, ini engga terbuka amat karena diatas kepala kami ada titupnya dengan terepan biru bagaikan tempat hajatan sunatan di depan rumah. Cuap dan lahatnya jadi keseruan dan ami nikmati makan dengan turunnya hujam yang semakin membesar.

Panten

Inilah telaga biru yang kami ceritakan, catatan sejarah tidak begitu gamlang menyebitkan kapan ditemukan dan siapa penemunya serta dari mana nama itu ada. Tapi ini telaha CIPANTEN yang kami kenal sekarang. Telaga ini sajikan air yang terlihat biru dari kejauhan.

Sayang... sayang ... hujan menyambut kami sampai tidak sempat mengelilingi dan hanya terdiam di kedai kopi yang sajian Ibu saji memperlihatkan keramahan sebagai pribumi. Inilah panten kami perkenalkan ke sahabat serumpun kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun