Mohon tunggu...
Prabu Mulya Singacala
Prabu Mulya Singacala Mohon Tunggu... Relawan - Menulis itu merawat ingatan agar selalu diinggat

Mulya Institut (MI) pendor sekolah berkebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Money

Jurus Jitu: Ya BLT

4 April 2022   21:05 Diperbarui: 4 April 2022   21:11 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumen pribadi) foto ini diambil bahwa minyak goreng belum sampai dapur emak-emak.

Kelangkaan minyak goreng jadi resah masyarakat hususnya kaum emak-emak yang setiap hari menyajikan makanan yang di tanak dengan cara digoreng, mereka berteiak ngantri dan bahkan ada yang kehilangan nafasnya yang kemudian dinyatakan meninggal dunia, ya inilah minyak goreng yang penuh misteri. 

Negara kita penghasil Sawit terbesar di dunia, kita mampu ekspor tetapi kita tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dalam negeri sendiri, sangat ironis bukan... Kenapa ini bisa terjadi, ya entah kenapa dan kita hanya rakyat biasa. 

Berbagai TV memberitakannya, bahkan melakukan wawancara dengan para ahli dalam memecahkan pertanyaan itu, tetapi jawabannya tetap abu-abu, tidak bisa dijadikan rujukan dan tidak bisa menjelaskan secara gamblang... Ooh minyak goreng. 

Kelangkaan bukan hanya di pulau Jawa pulau Sumatra, Kalimantan dan bahkan Papua sekalipun, tak peduli konplik tapi minyak goreng betapa jadi idola emak-emak untuk dicari dan berani ngantri. 

Selama pengamatan kurang lebih dua bulan, minyak goreng tetap setia dengan majikannya, tidak berani menampilkan kemasan yang eksotik, ukuran yang mengemaskan dan terdiam entah dimana. 

Emak-emak itu rajanya, majikan utamanya bukan cukong dan bukan pelaku monopoli tetapi majikan utama minyak goreng yang emak-emak yang selalu setia merasakan hangat dan panas ketika menanak makanan kesukaan keluarga. 

Penomena lain kelangkaan ini dihadapkan pula pada bulan Ramadhan, dimana harga bahan pokok merangkak naik dan ini bagian dari tradisi dimana Ramadhan tiba makanan pokok ikut berbahagia sebahagia orang yang menyambut puasa. 

Minyak goreng turut berbahagia sebahagia kebutuhan pokok lainnya, begitulah Ramadhan menyambutnya. 

Aksi pemerintah. 

Terdengar sangat miris ketika Mentri perdagangan tak berani memerangi para kartel, cukong dan pelaku monopoli lainnya, pernyataan ini terungkap sangat gamlang ketika rapat dengar pendapat dengan komisi DPR RI yang membidanginya. 

Sangat disesalkan, negara kalah dengan segelintir orang padahal UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa kebutuhan masyarakat banyak harus diprioritaskan dan diperhatikan. 

Kita punya pemerintah, representasi masyarakat banyak, minyak goreng hanya sebab bagaimana pemerintah memerdekakan Masyarakat dari Kungkungan kartel-kartel yangenguasai hajatnya. 

Kemerdekaan hakiki terdapat di bagian kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dengan baik, pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya jadi nilai kemerdekaan yang sebenarnya untuk di perjuangkan. 

Pemerintah telah ambil keputusan, dengan data statistik bahwa masyarakat miskin dan dibawah garis kemiskinan akan digelontorkan BLT sebagai jawaban memerdekakan mereka dari gempuran kartel-kartel nakal. 

Ya itulah BLT sebagai solusi, padahal apabila mau pemerintah dapat membuat berbagai kebijakan yang mungkin kontroversi tetapi masyarakat akan merdeka. 

Kebijakan diantaranya adalah cabut ijin pelaku usaha, usut tuntas para penimbunan dan lakukan reformasi bidang perdagangan agar masyarakat merdeka dan berdaulat dalam makanan pokok yang terjangkau dan memanusiakan. 

Saya ingat beberpa tahun lalu semasa Orde Baru, ketiak pagi saya menonton berita TVRI ada informasi harga rujukan bahan pokok, walaupun hanya di pasar Induk Gadebage, Caringin dan Tanah Abang. Tetapi ini sangat memberikan harapan bagaimana daya beli emak-emak di wilayah dapur dapat terkendali dengan baik. 

Hari ini dan kedepan Kuta tak akan bisa tau berapa harga minyak goreng dan bahan pokok lainnya, yang kita tahu sudah naik dan berubah harga. Dan inilah penjajahan sebenarnya. 

Solusi utama mungkin BLT dan BLT akan terus jadi alat bagaimana masyarakat disuruh ngantri, panas-panasan dan bahkan meninggal dunia. 

Itulah minyak goreng dan sampai pada solar, pertalit dan mungkin pertamak yang akan naik dan mungkin sudah naik. Selamat kepada para raja yang dilayani banyak kartel-kartel nakal. Wallahu alam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun