Mohon tunggu...
Prabu Kiansantang
Prabu Kiansantang Mohon Tunggu... -

Warga negara yang mengharapkan keadilan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Terjerat Jaringan Opsus

16 Agustus 2014   02:42 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:26 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14081061631110882467

Soeharto pada awal era orde baru membentuk Aspri (Asisten Pribadi). Kelompok kecil penopang kekuasaan yang diisi orang dekat Soeharto dari Kodam Diponegoro seperti Ali Murtopo, Soedjono Hoemardani, dan Yoga Soegama. Bahkan selain jabatan Aspri Yoga Soegama dipercaya Soeharto menduduki kepala Bakin (Badan Koordinasi Intelijen), dan Ali Murtopo memegang Deputi III Bidang Penggalangan, serta kepala unit intelijen yang diberi nama Opsus (Operasi Khusus).

Opsus mempunyai tujuan melumpuhkan mereka yang dianggap berpotensi melawan Soeharto. Ali Murtopo dan Soedjono Hoemardani untuk menandingi gagasan dari kelompok lain juga mendirikan CSIS (Centre for Strategic and International Studies) bersama Harry Tjan Silalahi dan Lim Bian bersaudara. Sampai kemudian peristiwa Malari (Malapeta 15 Januari 1974) Aspri dibubarkan, namun peran Ali Murtopo semakin berkibar dalam konstelasi politik orde baru.

Khas pola Opsus melakukan politik belah bambu: satu pihak disanjung dan satu pihak lainnya diinjak. Ramadi seorang agen Opsus dekat dengan kelompok Islam diberi kewenangan mengendalikan GUPPI (Gerakan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam). Ramadi menggunakan jaringan Islam yang diorganisirnya untuk menunggangi demonstrasi mahasiswa. Karena disusupi orang-orang binaan Ali Murtopo aksi damai menjadi kerusuhan tak terkendali dalam peristiwa Malari.

Operasi lain yang dilakukan Opsus adalah upaya menjinakan jaringan DI/TII. Ali Murtopo menunjuk Pitut Suharto dan Aloysius Sugiyanto mendekati Danu Muhamad Hasan, Ateng Jaelani, Hispran, dan Dodo Muhammad Darda. Ali Murtopo memunculkan isu bangkitnya komunis yang memancing jaringan Islam fundamentalis, dan setelah terpancing lalu dijaring. Para pengikut tokoh DI/TII Kartosoewirjo akhirnya menyerah menyatakan kesetiaan. Danu Muhamad Hasan ayah dari Ustad Hilmi Aminudin Ketua Majelis Syuro PKS dan keluarga besar Ateng Jaelani sekarang berkiprah mengembangkan bisnis minyak.

Benny Moerdani dekade selanjutnya dipercaya Ali Murtopo sebagai penerus Opsus. Operasi fenomenal Benny Moerdani berhasil membebaskan pembajakan pesawat Woyla di Bandar Udara Dong Muang, Bangkok. Inilah cikal bakal dibentuknya Detasemen Penaggulangan Teror (Sat 81 Gultor) dengan Komandan Pertama Luhut Panjaitan.

Benny Moerdani menanamkan pengaruhnya di berbagi lini pemerintahan orde baru. Jaringan intelijen pun tak lepas dari orang-orang yang dibina langsung oleh Benny Moerdani. Seiring keluarga besar Cendana mabuk kekuasaan dan mulai dicurigainya jaringan Opsus otak gerakan perlawanan aktivis kiri. Pendulum berubah Soeharto merapat kepada kelompok Islam dan menginisiasi pendirian ICMI (Intelektual Cendekiawan Muslim Indonesia). Perlawanan jaringan Opsus yang paling kentara memunculkan Megawati Soekarno Putri melalui Kongres Luar Biasa PDI tahun 1993 di Surabaya. Agum Gumelar bekas ajudan Ali Murtopo dan Hendropriyono kader terbaik Benny Moerdani disinyalir berada dibalik operasi ini.

Tentu jaringan Opsus bukan hanya benteng kekuasaan orde baru, tapi juga jadi pengamanan bisnis konglomerat. Tidak aneh para konglomerat yang didominasi etnis tionghoa rontok oleh krisis moneter 1997/1998, ketika pemerintahan Presiden Megawati mendapat perlakuan khusus. Megawati menandatangani Surat Keterangan Lunas (SKL) atas kewajiban pembayaran utang BLBI.

Kini 16 tahun berlalu pasca reformasi 1998. Kembali muncul sosok Jokowi, capres yang didukung jaringan Opsus. Setidaknya Hendropriyono, Luhut Panjaitan, dan Lim Bian Kun paling depan membela Jokowi bukti Jaringan Opsus masih mengendalikan konstelasi politik.

Jokowi anak Widjiatno Miharjo komandan operasi perlawanan rakyat PKI Boyolali Jawa Tengah. Desas-desus ini harusnya ditepis kalau Jokowi steril dari pengaruh PKI. Berdasarkan investigasi latar belakang keluarga Jokowi terkait PKI memang tidak bisa dibantah. Dukungan ormas Seknas Jokowi yang mayoritas di dalamnya para aktivis kader Dedi Delanggu seorang tokoh PKI memperteguh kecurigaan.

Lantas apa tujuan jaringan Opsus/CSIS memunculkan Jokowi? Jelas latar belakang Jokowi PKI, mereka mempunyai kartu truf mengendalikan Jokowi. Apalagi Megawati Ketua Umum PDIP sejak awal figur yang diciptakan Benny Moerdani. Jaringan Opsus lihai memainkan emosi kelompok Islam dan kiri radikal yang sebetulnya semata-mata demi kepentingan oligarki rakus. Seorang tokoh PKI lainnya almarhum Rewang pernah memberi peringatan atas melesatnya popularitas Jokowi. Peringatan Rewang itu, hal yang wajar dan sangat logis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun