Pasca dicokoknya anggota DPRD DKI, Muhammad Sanusi (Partai Gerindra) dan menyusul penyerahan diri Presiden direktur PT Agung Podomoro Land, Arisman Wijaya, hari ini KPK cegah Bos Agung Sedayu Group.
"Iya benar ada pencegahan. Jumat sudah dilayangkan suratnya ke pihak Imigrasi," kata Plt Jubir KPK Yuyuk Andriati, Minggu (3/4/2016). Dalam surat cegah yang dilayangkan ke pihak Imigrasi, KPK meminta status cegah atas nama Sugiyanto Kusuma. Nama tersebut merupakan nama asli dari Aguan Sugianto.
Nama Sugiyanto Kusuma sudah dikenal dijagat bisnis property sejak awal 1970. Berbendera “ PT. Agung Sedayu”, perusahaannya sukses merambah dunia property hingga kini.
Momentum kejayaan Agung Sedayu diperoleh ketika sukses membangun Harco Mangga Dua (1991), yang merupakan mal elektronik terintegrasi pertama di Indonesia dan sekaligus membuktikan dirinya sebagai perusahaan pengembang properti papan atas di Indonesia. Buah karyanya saat ini tersebar di berbagai daerah yang cukup bergengsi, baik di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, terdiri dari superblock, apartment, office tower, township, mall, hotel, industrial estate.
Kelapa Gading Square, Mal of Indonesia dan taman Anggrek, adalah segelintir proyek revolusioner yang dikenal sebagai hunian elit di Jakarta atau popular disebut one stop living. Selebihnya puluhan property yang berlabel “Mansion”, semuanya sukses mengepung Jakarta.
Diluar bisnis property, keluarga Sugianto Kusuma juga merambah bisnis telekomunikasi dan perbankan. Beberapa decade lalu ramai diberitakan media, mengenai masuknya Dragon Bank International ke Indonesia. Bank yang berpusat di Vanuatu tersebut termasuk salah satu lembaga keuangan yang mengelola “uang haram” setelah menerima pemutihan uang (money laundering) dan salah satu pemiliknya adalah PT Yayasan Harapan Kita milik keluarga Presiden Soeharto. Namun seiring pergantian presiden, rumor ini lenyap ditelan waktu.
Dengan bisnisnya yang menggurita, maka tidak keliru jika Sugianto Kusuma dikenal oleh awak media sebagai bos Sembilan Naga. Jaringan geng ini kuat karena kedekatan mereka dengan kekuasaan.
Lepas dari rumor di atas, kini memasuki usia tuanya, Sugianto Kusuma menjadi relawan di Yayasan Budha Tzu Chi Indonesia. Nyaris seluruh waktu dan hidupnya banyak dihabiskan bersama-sama para relawan dalam menjalankan misi kemanusiaan.
Sementara, PT Agung Podomoro didirikan oleh Anton Haliman pada tahun 1969. Proyek pertamanya berupa kawasan perumahan di kawasan Simprug dan selesai dibangun pada tahun 1973. Di tahun 1973 itu pula, Agung Podomoro Group menjadi pioneer konsep perumahan real estate di kawasan Sunter Jakarta Utara.
Pada tahun 1986, perusahaan diserahkan dan dipimpin oleh Trihatma Kusuma Haliman, yang kemudian sukses mengakuisisi PT Indofica Housing yang memiliki lahan luas di kawasan Sunter. Agung Podomoro juga sukses menambah dan melakukan pengembangan 17 hektar lahan sebagai bagian dari pengembangan sebelumnya seluas 500 hektar, sekaligus menandai pencapaian luar biasa pengembangan real estate di Jakarta, dan semakin mengokohkan kawasan Sunter sebagai salah satu kawasan eksklusif di Jakarta Utara.
Karya Agung Podomoro diantaranya, untuk landed house yaitu Bukit Mediterania Samarinda, Podomoro City, Vimala Hills, Podomoro City Deli Medan, Borneo Bay Residences, Orchard Park Batam, SOHO @Podomoro City, SOHO Pancoran, South Jakarta, Baywalk Mall, Metro Park Residence, Grand Taruma. Untuk apartemen mereka sedang menggarap Marina Mediterania Residences, dan The Peak @Sudirman. Sedangkan untuk mixed-use, yang mereka garap diantaranya, Kalibata City, Seasons City, CBD Pluit Apartment, Blok M Square, Blok B Tanah Abang, Braga Citywalk Mall, Thamrin City.
Dalam musim kampanye presiden 2014, para bos corporate properti ini sempat diisukan mendanai kampanye Jokowi.
“Saya dengar Jokowi dicukongi konglomerat besar untuk memenangkan Jokowi dengan membuat pencitraan yang baik di masyarakat. Seumpama memang benar Jokowi ada cukongnya, itu kan tidak melanggar hukum,” kata Mahfud. Namun mantan Menhan di era pemerintahan Gus Dur ini tidak mempermasalahkannya. “Yang terpenting adalah tidak menggunakan uang negara,” tandasnya.
Dengan dicokoknya sejumlah bos konglomerat, kedepannya public tidak hanya disuguhi iklan real estate produk Agung Sedayu maupun Agung Podomoro yang ditayangkan Metrotv. Tapi juga akan mendapat tontonan tentang sosok para bos property yang lagi sial ini.
Ironis, dua corporaste besar berusia 40 tahun lebih yang pernah diisukan membiayai kampanye presiden 2014, kini sedang diusik Jokowi. Ditangan Jokowi, akankah kisah Sembilan naga sekedar mitos belaka? Publik menunggu.*
[caption caption="sumber kompas.com"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H