Mohon tunggu...
Prabu Bolodowo
Prabu Bolodowo Mohon Tunggu... wiraswasta -

" I WANT TO MAKE HYSTORY, NOT MONEY."

Selanjutnya

Tutup

Money

Kisah Sukses: dari Dua Gerobak, Kini 14 Pabrik Roti

30 Januari 2010   05:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:10 1151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditengah hegemoni kekuasaan Soeharto saat itu, Made mengayuh gerobak roti berkeliling kampong dan pusat keramaian. Kini, saat demonstrasi “besar” 28 Januari lalu melanda kota-kota besar negeri ini, produknya tetap gampang dijumpai. Dan bahkan telah menjadi konsumsi para demonstran bayaran menggantikan nasi padang yang duabelas tahun lalu merupakan logistic favorit. Bugil alias burger gila. Inilah bisnis yang dilakoni Made, pria asal Bali yang telah lama tinggal di Jalan Malaka Raya Nomor 84, Klender, Jakarta Timur. Pemilihan label bugil tak lain untuk memberi daya rangsang keingintahuan masyarakat terhadap burger tersebut. Orang akan bertanya-tanya dalam hatinya, seperti apakah burger yang bergelar ‘bugil’ itu. “Saat orang mendengar Bugil dan melihat burger Bugil, maka akan berfikir dan mengatakan ‘gila ada burger dalam ukuran besar’. Ini untuk menjadi brand image di masyarakat. Selain itu, kata tersebut sudah sangat familiar sehingga akan lebih mudah untuk mempromasikannya” ungkap Made dengan antusias. Made menambahkan, awal mula pembuatan burger Bugil didasari atas keinginannya untuk menciptakan suatu bentuk burger yang berbeda dari yang lainnya. Ketatnya tingkat persaingan dalam usaha makanan siap saji, membuatnya tak henti mengembangkan daya kreasi menu di cafe Edam Burgernya. Nama Edam adalah kebalikan dari nama pemiliknya, yaitu Made, lengkapnya Made Ngurah Bagiana. “Edam Burger akan terus selangkah di depan untuk bersaing dalam bisnis yang sejenis” kata pria yang dua decade lalu menjajakan burger dengan mengayuh gerobaknya. Kini, ia sudah memiliki 14 pabrik roti dan juga sekitar 4.000 mitra. Bahkan, untuk menjadi mitra usahanya cukup dengan modal Rp 17 ribu. Edam Burger dapat dijumpai di beberapa wilayah Jakarta, Jawa dan bahkan melakukan inviltrasi seantero nusantara, hingga burger Edam wajib dimakan orang Indonesia. Maka tak keliru jika Edam burger memasang motto “Burgernya Orang Indonesia”. Pria low profile berusia 53 ini dengan optimis menuturkan, kunci awal dalam mebuat konsep usaha makanan adalah harus bisa menciptakan suatu cita rasa yang khas yang digemari masyarakat sekitar. Misalnya, seseorang harus bisa mengetahui selera masyarakat Jawa Barat ataupun selera masyarakat Sumatra Selatan. Setelah mengetahui, barulah diikuti sehingga membuat produk tersebut akrab dengan selera masyarakat. Selanjutnya, ciptakan harga yang memadai sesuai dengan kemampuan masyarakat. Satu hal yang tak kalah penting juga ciptakan pelayanan yang terbaik. "Karena hal itu akan menciptakan imej tersendiri bagi masyarakat ataupun konsumen serta dapat menentukan maju mundurnya suatu usaha makanan," tutur Made. Dalam menjaankan usahanya, Edam Burger kini telah memiliki pabrikasi, artinya semua bahan baku disuplai dari pabrik Edam sendiri. Selain itu, Edam Burger juga memiliki distributor yang tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini Edam memiliki hampir 30 distributor yang berperan sebagai jembatan penghubung antara mitra usaha dengan Edam pusat. Sehingga dapat meningkatkan potensi usaha para mitranya itu. Untuk menjalin kemitraan dengan Edam Burger sifatnya sangat fleksibel. Edam Burger tidak menerapkan sistem royalti fee, melainkan menjual putus. Edam akan melayani semua pembelian yang dilakukan para mitra usaha. Selain itu, Edam Burger juga memberikan Bantuan Langsung Usaha (BLU), yaitu kegiatan sosial yang diberikan kepada setiap orang yang ingin memulai usaha. Made berharap apa yang dijalankannya bisa memberikan inspirasi bagi orang lain untuk memulai suatu usaha baru. Dengan demikian dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru. "Tidak ada kata sulit untuk memulai," ucap Made. Betul. Demonstran bayaran silakan memenuhi jalan atau mengepung istana. Korban penculikan silakan bersekutu dengan penculiknya untuk bikin partai. Dan Presiden silakan datang dan pergi. Namun, Edam Burger, memang tak ade matinye! [caption id="attachment_64585" align="aligncenter" width="220" caption="sejumlah penguasa yang mencoba berbisnis hamburger ini, telah mengalami kebangkrutan."][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun