Mohon tunggu...
Prabu Bolodowo
Prabu Bolodowo Mohon Tunggu... wiraswasta -

" I WANT TO MAKE HYSTORY, NOT MONEY."

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bisa Pentas di Atas Kolam Renang, Iwan Fals: Ini Mukjizat!

14 Desember 2014   21:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:19 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepanjang perjalanannya bermusik, yang namanya Iwan Fals belum pernah pentas di café/restoran. Tentu hal ini bukan soal bayaran semata. Mungkin soal “energy” yang akan diperolehnya.

Bagi seniman sejati, orgasme itu hanya akan diperoleh ketika jutaan penonton atau ratusan ribu penontonnya histeris dan berjingkrak-jingkrak mengikuti irama music dan lagu yang dilantunkannya.

Nah, apa yang terjadi ketika Iwan Fals cs melantunkan Manusia Setengah Dewa, sementara penonton didepannya duduk manis macam kumpulan majelis taklim dengerin tauziah? Tentu sang legenda ini bengong.

Itulah pemandangan yang bikin heran Iwan Fals, saat manggung di sebuah café di Lippo cikarang, Jum’at malam (12/12/2014).

14185399972134696925
14185399972134696925

Iwan Fals,

Pentas yang bertajuk Friday Legend ini, disaksikan 400-an penonton. Menurut Iwan Fals sendiri, ini sebuah pentas yang mukjizat. Baik tempatnya maupun harga tiket yang amat mahal.

“Terus terang, sebelumnya aku tidak yakin bisa tampil di café. Siapa penontonnya? Kami biasa pentas dengan ratusan ribu penonton di lapangan”, ungkap Iwan Fals sebelum menyanyikan lagu pembuka.

Seperti diberitakan sebelumnya, Iwan fals barusan melakukan konser di Jawa Barat, di kota Karawang dan Bantar gebang . Di mana dalam konser tersebut tiket masuk cuma dijual Rp.10.000 dan mendapat rokok.

Namun ketika Jum’at malam itu, ia mau tampil di sebuah café di Lippo Cikarang dengan personil yang sama, ia pun galau.

Maka pelantun lagu Umar Bakri berusia 53 thn ini banyak mengeluarkan isi hatinya. Ia banyak curhat kepada penonton, yang menurutnya pasti orang kaya semua.

Iwan Fals bilang, "Bisa pentas disini dengan panggung di atas kolam renang adalah mukjizat".

Ia pun melanjutkan pertanyaan, "Kenapa di sini pada mau beli tiket yang amat mahal?"

Penonton tak menjawab, cuma terdengar gemuruh tepuk tangan, “plok… plokk… plokkk…!”

“Penonton di cafe ini juga tidak protes, saat aku banyak ngomong dibanding nyanyi. Beda saat aku pentas di lapangan Bantar Gebang, kalau aku banyak ngomong, penonton teriak-teriak ‘nyanyi… nyanyi…” ucap Iwan Fals keheranan menyaksikan penonton yang duduk manis dan adem-adem saja.

Pentas dibuka dengan lagu Manusia setengah dewa. Dan saat jeda, Iwan memperkenalkan alat music berupa pipa besi 4” sepanjang 60 cm.

“Ini alat musik yang tidak ada di dunia”, ia memperkenalkan sambil memukulnya dengan palu, “teng… teng… teng…”

Penonton sontak tertawa riuh. Saya sendiri tidak tahu fungsi alat tersebut. Yang aneh, saya pun ikut tertawa.

Tapi sepanjang yang saya ingat, alat musik tersebut dipukul-pukul Iwan Fals saat lagu penutup dilantunkan.

Malam itu Iwan menyanyikan 10 lagu. Lagu lama macam Tentara, tugu Pancoran, DPR, Galang rambu anarki, Bento sampai Bongkar yang dilantunkan di ujung konser.

1418540129848094543
1418540129848094543

[caption id="attachment_382521" align="aligncenter" width="594" caption="kami nonton Iwan Fals, lho. bukan dengerin tauziah. (dok. pribadi)"]

14185402952004169068
14185402952004169068
[/caption]

14185403992005438668
14185403992005438668
[/caption]

Sementara saat Iwan Fals banyak ngoceh, soal jJokowi, DPR, hingga tentang Rosi isterinya yang cemburu tak pernah dibikinin lagu, penonton dengan santun terus menyimak.

Hebatnya lagi, tak satupun penonton jingkrak-jingkrak mendengar lagu yang keluar dari sound system 500 ribu kva. Tak ada bau miras menyengat. Tak ada bendera fans maupun parpol berkibar. Hingga konser berakhir, penonton pun beranjak dari kursi dengan tertib.

Oke. Saya akhiri reportase ini dengan kirim pesan buat Iwan Fals, salut dengan ungkapan isi hatimu. Sejujurnya lagu-lagumu 24 tahun lalu adalah amunisiku buat mendobrak kekuasaan otoriter. Namun malam itu, aku lebih suka ocehan dan curhatmu dibanding kamu nyanyi. Karena lagu-lagumu itu sekarang lebih enak didengarkan lewat cd, sambil leyeh-leyeh di kamar pribadi. Hehehe...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun