[caption id="attachment_390441" align="aligncenter" width="493" caption="Palace in the park, dilihat dari pos jaga"][/caption]
"Palace in the sky" yang berupa mansion ini berada di pucuk tertinggi sebuah gunung di Tagatay, 2 jam bermobil dari pusat kota Metro Manila ke arah selatan.
Jalan menuju kesana mengingatkanku seperti jalur puncak. Udaranya sejuk. Namun anginnya sangat kencang. Bahkan nyaris menerbangkan hp saat kugunakan memotret.
[caption id="attachment_390443" align="aligncenter" width="300" caption="dari puncak mansion ini, Marcos memantau demontrans."]
Rumah besar (mansion) ini berlantai tiga. Dari lantai teratas yang luasnya 4 kali lapangan basket, wow... kulihat panorama yang indah. Kita dapat melihat gunung api Taal di tengah danau, jalan berkelok dan deretan bukit hijau. Sejauh mata memandang, akan menggelorakan jiwa.
[caption id="attachment_390444" align="aligncenter" width="300" caption="kini, mansion menjadi tempat pelancong menikmati panorama gunung api Taal"]
Namun panorama sekitar yang penuh inspiratif ini sangat kontradiktif dengan mansion yang kupijak ini. Toilet tidak ada airnya. Hujan telah membuat keropos plafon. Begitupun pintu dan jendela hilang. Tembok kusam dan berlumut.
Di lantai dua terdapat beberapa kamar besar. Dan saat ini dipakai restourant yang interiornya kusam. Sementara lantai dasar disesaki sekitar 50 pedagang souvenir.
Sosok Marcos, dipuncak kekuasaannya tiada kemustahilan untuk mendapatkan yang diinginkan.
Konon, sebelum membangun mansion pada akhir 1982, Marcos menggusur ribuan petani yang biasa becocok tanam nanas, bawang, sawi dsb, di pucuk gunung tersebut.
"Tak ada yang dapat pesangon sesenpun para petani lalu pindah ke tempat lain. Isteri Marcos berperan besar dalam pelaksanaan proyek ini", begitu cerita sopir jepney.
Langkanya literatur resmi tentang mansion ini, membuat pengunjung tak memperoleh info berarti.
Sebuah koran di manila (1986) menulis, Marcos memulai kontruksi mansion ini pada akhir1982. Lebih US $10 juta dihabiskan, termasuk membuat jalan beraspal mulus.
Disela pekerjaan pemangkasan tanah, Marcos mendapat telpon dari gedung putih Washington, AS. Yang mengabarkan bahwa bulan november 1986 Reagan akan berkunjung ke Manila. Mendapat kabar ini Marcos girang. Segera ia mengebut pembangunan mansion dengan mengirim 2000 kuli bangunan. Serta menilpon toko2 material agar mempercepat pengiriman semen dan besi.
Namun menyusul terbunuhnya tokoh oposisi, Benigno "Ninoy" Aquino yang tewas ditembak saat tiba dibandara Manila, setelah pulang dari pengasingan pada agustus 1983, mendadak Reagan membatalkan kunjungan sekaligus menyetop donasi untuk menyelesaikan pembangunan mansion.
Marcos panik. Terbunuhnya Ninoy Aquino menyulut demonstrasi tiap hari. Ia pun pusing ketika para bos toko material berani menagih uang. Dan ia semakin frustrasi, ketika rakyat Tagatay yang ia pikir loyal, ternyata ikut menyalahkannya atas terbunuhnya mantan senator senior tsb.
Awal 1986 saat mansion tinggal finishing, keburu revolusi meletus. Isteri mendiang Aquino, Corazon "Cory" Aquino, memimpin people power.
Menghindari mati konyol, Marcos bersama kroninya langsung kabur ke Hawaii. Hingga kematiannya, istana yang ia namakan "people park in the sky", tak pernah diinjaknya.
30 tahun kini, setelah berganti-ganti presiden, rupanya nasib istananya makin kumuh.
Masih banyak orang miskin dan gelandangan tidur diemperan toko-toko di Manila. Lalu- lintasnya semrawut karena jalanan didominasi beragam transportasi publik macam jepney, taksi sedan, taksi MPV, threecycle, pedicup yang saling berebut penumpang.
Dibanding Jakarta, Manila lebih buruk.
Namun hebatnya, meskipun sama-sama pengekspor TKW terbesar, PSSI keok olehnya.
Demikian dilaporkan dari Metro Manila, 11 Januari 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H