Mohon tunggu...
prabowo awaludin
prabowo awaludin Mohon Tunggu... -

Saya eorang Mahasiswa semester 6 fakultas Tarbiyah jurusan bahasa inggris STAIN Salatiga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dampak Tawuran, Siapa yang Salah?

1 November 2012   06:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:08 3647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Prabowo Putro Awaludin*

Baru-baru ini kita mulai dipanaskan kembali dengan budaya tawuran di antara para pelajar, baik yang masih duduk di bangku Sekolah maupun mereka yang sudah menyandang status mahasiswa. Tawuran yang terjadi di kalangan mereka dinilai tidak manusiawi yang hanya main tangan tetapi mereka juga menggunakan senjata tajam untuk saling melukai bahkan hingga terjadi korban jiwa. Melempar batu dan parang contoh senjata yang selalu mereka  gunakan bahkan mereka juga menggunakan bom molotop guna melumpuhkan lawan mereka dengan cepat. Mengapa kita harus saling melukai dan menyakiti, jika semua permasalahan dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah?

Tawuran, bagi sebagian remaja tak lagi dipandang sebagai hal yang berbahaya. Bahkan tak sedikit mereka yang mengatakan bahwa tawuran adalah salah satu tradisi atau budaya pelajar jaman sekarang. Pemahaman mengenai arti tawuran yang demikian justru akan menimbulkan banyak dampak negatif, tidak hanya dapak bagi diri sendiri, akan tetapi orang lain, keluarga, teman maupun guru juga akan merasakan dampak tersebut. Fasilitas umum seperti pasar, terminal, kaca pertokoan menjadi rusak akibat dari tawuran itu sendiri yang mungkin hanya disebabkan oleh hal-hal yang sepele.

Perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja. Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis kenakalan yaitu situasional dan sistematik. Pada kenakalan situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat. Sedangkan pada kenakalan sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, mereka bangga kalau dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya

Tawuran yang belum ada henti-hentinya selalu menjadi bahan perbincangan setiap tahunnya di Negara kita membuat kita harus lebih peduli dengan para remaja. Tawuran yang kini menjadi ajang kekerasan sudah menjulur menjadi sebuah kasus kriminal. Perhatian dari orang tua, guru, dan masyarakat sekita sangat diperlukan oleh anak remaja yang dimana emosi mereka masih labil dan belum bisa terkontrol, terlebih mereka yang berada di usia remaja dimana mereka sedang mencari jati diri mereka masing-masing. Hal ini membuktikan bahwa tidak seharusnya kita menganggap bahwa tawuran sebagai permasalah yang ringan, banyak kisah tawuran antar pelajar yang justru menimbulkan permasalahan yang besar dan panjang hingga merenggut nyawa teman atau saudara kita sendiri. Mengapa kita tega melakukan hal yang demikian?

Pentingnya Peran Agama Bagi Pendidikan Remaja

Setiap agama yang kita yakini tentunya didasari oleh kebenaran dan kebaikan baik terhadap Sang Khalik maupun terhadap sesama manusia. Agama adalah pedoman hidup yang menjadi tuntunan dan penyelamat kita selama di dunia maupun di akhirat kelak. Oleh karena itu nilai-nilai agama sangat penting kita tanamkan kepada jiwa anak-anak di usia dini, supaya kelak nantinya mereka akan menjadi pemimpin yang berakhlak mulia, amanah dan dapat dipercaya serta didasarkan oleh tuntunan agama.

Banyaknya perilaku yang tidak terpuji di Negara kita dikarenakan faktor utamanya adalah mereka yang belum mengkaji dan mempelajari secara dalam dan benar ajaran agama mereka. Kurangya pengetahuan tentang pendidikan agama yang seharusnya didapatkan oleh para remaja sejak dini akan menimbukan pemahaman yang salah dalam menyikapi kasus sosial yang ada di lingkungan sekitar mereka. Pembentukan karakter terhadap perilaku anak yang tumbuh menjadi remaja akan lebih mulia bila didasarkan dengan pendidikan agama yang lebih matang.

Pendidikan agama tidak lain adalah sesuatu yang menjadi benteng dan petunjuk bagi seseorang ketika kita sedang dihadapkan dengan kasus sosial dan bagaimana supaya kita bisa berinteraksi dengan sosial dan Sang Khalik. Ketika para remaja sudah merasa bahwa Tuhan selalu mengamati dan mengawasi mereka, kapan dan di manapun, pasti mereka selalu mendapatkan petunjuk untuk berbuat baik dan bersikap lembut terhapap siapapun tanpa adanya kekerasan.

Tawuran yang didasari oleh ego dan perilaku tidak terpuji juga salah satu perilaku yang tidak baik yang ditimbulkan karena mereka (para pelaku) yang kurang akan pendidikan agama. Mereka menganggap bahwa mereka yang paling kuat dan hebat hingga mereka tidak segan-segan untuk saling melukai teman mereka sendiri. Pemikiran yang cerdas tidak menjamin akan mereka bisa berperilaku mulia. Apalagi mereka anak muda yang masih mencari jati diri, mengambil keputusan tanpa berpikir ulang bila tidak dikenalkan dengan pendidikan agama, tentunya mereka akan menjadi brutal dan cenderung dalam hal yang berbau kekerasan termasuk tawuran.

Selain mengajarkan pendidikan agama terhadap keseharian anak, banyak hal yang harus dilakukan untuk menanggulangi terjadinya tawuran seperti menciptakan rasa saling menghargai, menjaga keamanan dan kenyamanan terhadap sesama, melakukan pembinaan khusus di sekolahan misalnya mengenai kegiatan bela negara bersama TNI. Dalam Pendidikan agama juga diajarkan bagaimana seharusnya sikap kita terhadap sesama, supaya kita tidak menyinggung perasaan orang lain, menghargai pendapat sesama dan hubungan keluarga yang selalu memperlihatkan hubungan harmonis terhadap keseharian anak.

Sekolah Vs Sekolah

Belajar tidak lain adalah tugas utama seorang pelajar, dengan belajar mereka akan mendapatkan banyak pengetahuan yang kelaka berguna bagi dirinya sendiri mupun orang lain. Seorang pelajar dididik dalam forum pendidikan (Sekolahan/Universitas) supaya mereka menjadi pendidik yang berdasarkan nalar dan pikiran yang jernih dalam menyikapi permasalahan sosial. Tugas lembaga pendidikan yang harus mengarahkan dan mendidik juga harus diimbangi dengan perilaku yang terpuji yang mencerminkan perilaku yang dapat ditiru oleh anak didiknya.

Pendidikan salah satu komponen yang juga berperan penting kepada anak-anak usia muda dalam pembentukan karakter mereka. Oleh karena itu pendidikan harus dijadikan ajang untuk berlomba-lomba saling mengejar prestasi bukan ajang untuk beradu kepala dengan kekerasan. Perilaku tawuran biasanya juga cenderung karena dipengaruhi oleh kondisi dan lingkungan sekolah itu sendiri yang kurang memberikan tindakan yang preventif terhadap perilaku kriminalitas kepada peserta didiknya. Dalam hal ini seorang guru sangat berperan penting dalam proses pengajaran dan pengawasan baik di dalam maupun di luar sekolah.

Tawuran yang dilakukan antar pelajar atau mahasiswa tidak hanya merugikan diri mereka masing-masing, akan tetapi dampak negatif dari perilaku tersebut juga akan berimbas terhadap almamater sekolah mereka. Oleh karena itu membekali siswa dengan tindakan preventif perlu lebih ditingkatkan supaya lebih menghindarkan kepada mereka dari perbuatan yang tercela. Selain itu hubungan antar sekolah juga perlu ditingkatkan agar terjalin hubungan dan silaturahim yang harmonis dan akrab. Tentunya dengan menjalin hubungan silaturahmi juga harus dijaga agar tidak berlebihan , karena biasanya penyebab tawuran antar sekolah dipicu karena ucapan atau tindakan yang sedikit menyinggung perasaan.

Hubungan yang sudah tertanamkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan antar Sekolah maupun Universitas akan memberikan kontribusi yang positif dalam kehidupan sosial. Banyaknya kegiatan yang mempertemukan siswa antar sekolah akan sedikit merangsang agar mereka selau bersemangat dan bersaing secara sportif. Dalam hal tersebut dukungan pihak sekolah juga sangat dibutuhkan dala terselenggarakanya beberapa kegiatan yang di dalamnya memberikan motivasi dan keakraban hubungan emosional antar siswa, seperti kompetisi cerdas cermat, kompetisi olahraga maupun outbond. Kegiatan demikian dinilai besar manfaatnya, selain untuk pengembangan diri bagi pelajar, kegiatan itu juga akan mendekatkan pelajar satu sama lainnya supaya saling mengenal dan ketika terdapat masalah antas sekolah  mudah terpecahkan tanpa adanya kekerasan (Tawuran).

*) Penulis adalah seorang mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan Bahasa Inggris ’09 dan juga mengemban amanah sebagai Sekretaris Umum LPM DinamikA STAIN Salatiga periode 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun