Dewan Pembina DPP GAMKI - Mengapa peran Mas Gibran begitu penting dalam menyongsong transisi kepemimpinan nasional Indonesia di tahun 2024 mendatang, itu disebabkan "peran generasi muda" akan mengambil alih jalannya pembangunan nasional menuju periodesasi 100 tahun Indonesia merdeka pada tahun 2045 mendatang. Diperkirakan 70% prosentase populasi penduduk Indonesia di tahun 2045 akan datang, akan diisi oleh kalangan muda dan produktif.. Sehingga penyiapan generasi muda sejak dini, dalam kepemimpinan nasional, menjadi sebuah "tanggung-jawab" yang harus dilakukan..Â
Dalam perspektif peran kepemudaan, Mas Gibran bukanlah "anak presiden", bukan pula "mewakili dirinya sendiri", melainkan Mas Gibran mewakili "gagasan eksistensial generasi muda Indonesia", dimana untuk pertamakalinya dalam kurun waktu 78 tahun usia Indonesia merdeka, masa-masa keemasan peran pemimpin muda "the youth leader" dalam kepemimpinan nasional "kembali hadir dan mendapatkan momentum emasnya", semenjak Revolusi Kemerderkaan Republik Indonesia di deklarasikan oleh perjuangan para generasi muda di masa revolusi 45, dimana pada saat itu Bung Karno dan Bung Hatta berada pada usia 44 dan 43 tahun.. Selain itu di awal kemerdekaan Indonesia, dimana terbentuknya Kabinet Syahrir dalam periode november 1945 - Juli 1947, diawali saat Sutan Syahrir berumur 36 tahun..Â
Jika gerakan kerelawanan pada tahun pemilu 2014 silam, berhasil menghantarkan sosok orang biasa, anak kampung, bernama Jokowi hadir ke panggung politik nasional sebagai presiden terpilih, sebagai hasil dari "gerakan gagasan orang ndeso untuk Indonesia", maka dalam periode pemilu 2024 mendatang, Mas Gibran hadir mewakili "gerakan gagasan kepemudaan Untuk Indonesia"..Â
Tentunya ada perdebatan yang masih ikut terasa, dengan hadirnya Mas Gibran dalam panggung kepemimpinan nasional, ada yang menyebutnya "politik dinasti", ada pula yang menyebutnya "aji mumpung", namun, suatu fakta yang tidak bisa dikerdilkan adalah kehadiran Mas Gibran memberikan "blessing" kepada generasi muda Indonesia saat ini, membuka mata banyak orang, bahwa "ketabuan" dalam negosiasi politik "penuh hipokrasi/intrik/saling hujat & menjatuhkan", yang terkadang hanya mengunggulkan "dongeng-dongeng/mitos" tentang kemapanan para tokoh tokoh elit/senior, yang boleh/tidak boleh hadir dalam panggung kepemimpinan nasional..
Sebuah "blessing" yang sungguh luar biasa, ketika Prabowo sebagai generasi yang lebih senior, mengalami transformasi jatuh bangun dalam panggung politik nasional, mengalami kekalahan berulang kali, namun hadir dengan "hati dan pikiran" yang lapang, memecahkan tembok "barrier ego" yang menjadi simbol kebanggaan para elit, dengan memilih Mas Gibran sebagai generasi muda yang dipantaskan untuk mewakili kepemimpinan  "Dwi Tunggal" Indonesia pada perhelatan pemilu nasional di Tahun 2024 mendatang..Â
Kekhawatiran yang berlebihan, dari hadirnya berbagai pergunjingan yang sampai hari ini terus disebarluaskan melalui berbagai media, justru menunjukkan "begitu hebatnya" pengaruh sosok muda seperti Mas Gibran dalam panggung politik nasional dihari ini..Â
Para kader GAMKI yang merupakan kader organisasi pergerakan kepemudaan kristen Indonesia, tentunya menyambut baik kehadiran Mas Gibran dalam panggung nasional, untuk sekali lagi meletakkan "tradisi gerakan kepemudaan" menjadi pelopor kepemimpinan nasional, yang  tangguh, solid dan mempersatukan seluruh elemen bangsa Indonesia yang majemuk ini..Â
Horas
Maturnuwun
Wa Wa Wa