Mohon tunggu...
Prabowo Dwi
Prabowo Dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mencari Jati Diri

Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah_Jangan Sepelekan hal yang Sepele

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Tahlilan Dukuh Darangan dalam Pandangan Islam

28 Agustus 2021   11:00 Diperbarui: 28 Agustus 2021   11:08 2022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
       Gb.1. Jamuan dan hidangan (Dokpri)

Sejarah Munculnya Tradisi Tahlilan
Tradisi dalam pandangan Islam


Kata adat dan 'urf diadopsi dari bahasa Arab. Secara etimologi, 'adat
berasal dari kata " 'Aada- Ya'uudu" yang artinya kembali, mengulangi (berulang-ulang). Adapun untuk kata 'urf dari kata " Arafa- Ya'rifu" yang artinya baik dan sesuatu yang sudah diketahui oleh kalangan umum (orang banyak). Perbedaan di atas terjadi karena menurut ahli bahasa,

sedangkan menurut ahli Syara, 'urf itu sendiri bermakna adat dengan kata lain 'urf dan adat itu tidak ada perbedaan. Sebenarnya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara adat dan 'urf, karena pengertian keduanya sama, yaitu perbuatan yang telah berulang-ulang dilakukan sehingga menjadi dikenal dan diakui orang banyak. 

Dalam pembahasan mengenai seputar hukum Islam, ada beberapa disiplin ilmu yang menyokong untuk memahami latar belakang kemunculan sebuah ketentuan hukum dalam Islam sehingga kita mampu memahaminya secara langsung di keseharian.

 Salah satu disiplin ilmu yang dianggap begitu signifikan dan memiliki peranan dalam kerangka metodologi hukum adalah adat ('urf) dalam Ushul Fiqh sebagai acuan hukum yang diambil dari tradisi-tradisi (kebudayaan) sebuah masyarakat tertentu.

Pada awalnya, acara tahlilan ditengarai merupakan praktik pada masa transisi yang dilakukan oleh masyarakat yang baru memeluk Islam pada zaman Wali Songo, dan tidak meninggalkan kebiasaan mereka yang lama. Berkumpul di rumah orang yang meninggal, acara seperti itu tidak hanya terjadi pada masyarakat pra Islam di Indonesia saja, tetapi di berbagai belahan dunia, termasuk di jazirah Arab. Oleh para da'i pada waktu itu, acara yang sebelumnya diubah menjadi kegiatan yang bernafaskan Islam. Di Indonesia, tahlilan masih membudaya, sehingga istilah "tahlilan" dikonotasikan sebagai memperingati orang yang meninggal.
 Adanya tahlil tak bisa lepas dari tradisi masyarakat terutama orang jawa yang sering berkumpul. Mereka biasa berkumpul bersama warga dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga merupakan kebiasaan masyarakat menggunakan sajen dengan tujuan mengusir maupun mendatangkan makhluk halus disaat mereka mengadakan sebuah ritual. Inilah yang dilihat oleh para alim ulama untuk merubah kebiasaan buruk dengan menggantikan sajen dan amalan-amalan berbau klenik dengan tahlil. 

Tahlilan (istilah Islam-Jawa, yang dalam bahasa Indonesia yang benar adalah "bertahlil") adalah menggunakan atau memakai bacaan tahlil tersebut untuk maksud tertentu. Jika dianalogikakan kedalam istilah ke Indonesiaan, tahlil dan tahlilan semisal dengan ungkapan "kelambi" sebagai alat berpakaian, maka "kelamben" adalah memakai baju sebagai alat menutup aurat atau menutup bagian tubuh tertentu. 

Sekarang tahlilan digunakan sebagai istilah bagi perkumpulan orang untuk melakukan do'a bersama, dimana bacaan tahlil menjadi inti dan puncak bacaan, berdasarkan keyakinan bahwa "kunci pembuka gerbang surga adalah ucapan tahlil".

Proses acara Tahlilan
Pada umumnya pada Salah satu slametan yang digalakkan di Indonesia khususnya di Jawa adalah dilakukannya tahlilan yaitu peringatan 7 hari, 40 hari, 100 hari, haul (1 tahun) dan nyewu (1000 hari). Acara tahlilan merupakan upacara ritual seremonial yang biasa dilakukan oleh keumuman masyarakat Indonesia untuk memperingati hari kematian. Secara bersama-sama, berkumpul sanak keluarga, handai taulan, beserta masyarakat sekitarnya, membaca beberapa ayat al-Qur'an, dzikir-dzikir, dan disertai doa-doa tertentu untuk dikirimkan kepada si mayit. Dari sekian materi bacaan, terdapat kalimat tahlil yang diulang-ulang (ratusan kali bahkan ada yang sampai ribuan kali), maka acara tersebut dikenal dengan istilah "Tahlilan".

Acara ini biasanya diselenggarakan setelah selesai proses penguburan (terkadang dilakukan sebelum penguburan mayit), kemudian terus berlangsung setiap hari sampai hari ketujuh. Lalu diselenggarakan kembali pada hari ke-40 dan ke-100. Untuk selanjutnya acara tersebut diadakan tiap tahun dari hari kematian si mayit, walaupun terkadang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Dalam acara tersebut, perjamuan disajikan pada tiap kali acara diselenggarakan. Model penyajian hidangan biasanya selalu variatif, tergantung adat yang berjalan di tempat tersebut. Menu hidangan "lebih dari sekadarnya" cenderung mirip menu hidangan yang berbau kemeriahan, sehingga acara tersebut terkesan pesta kecil-kecilan.

Pengertian Tahlilan
Kata "Tahlil" sendiri secara harfiah berarti berdzikir dengan mengucap kalimat tauhid "Laa ilaaha illallah" (tiada yang patut disembah kecuali Allah), yang sesungguhnya bukan dzikir yang dikhususkan bagi acara memperingati kematian seseorang. Pada acara ini orang berkumpul-kumpul di rumah orang yang meninggal lalu berdzikir dan membaca sejumlah ayat Al Qur'an, kemudian mendoakan orang yang meninggal.
Menurut pengertian terminologinya bahwa tahlil yang didasarkan dengan praktek yang terjadi dikalangan masyarakat yaitu sekumpulan bacaan yang terdiri dari beberapa zikir yang berisi ucapan tahlil (laa ilaaha illallah), tasbih (subhanallah), membaca shalawat (Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala aali sayyidina Muhammad), membaca ayat-ayat Al-Qur'an tertentu dan bacaan-bacaan lain yang dianjurkan oleh ajaran Islam.

Bacaan Tahlilan
Tahlilan adalah upacara yang dilaksanakan dalam rangkaian aktivitas pengokohan dan penguatan serta pemurnian iman dan tawhidullah. Setiap kalimat dan ayat Al-Quran yang dibaca seluruhnya kalimat dan ayat yang berisikan penguat keimanan. Ayat-ayat yang dibaca:
- Surat al-Ikhlas
- Al-Falaq
- Al-Nas
- Lima ayat pertama dan terakhir dari surat al-Baqarah, dan Ayat kursi
Selain ayat Al-Quran adalah kalimat tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil serta sholawat Nabi. Tahlilan diakhiri dengan do'a untuk kebahagiaan roh seseorang yang kita do'akan.

Tujuan Tahlilan
Pembacaan tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil serta ayat-ayat Al-Quran pilihan yang diakhiri dengan do'a yang bertujuan:
Tujuan Tahlilan Untuk mendo'akan sanak keluarga yang sudah meninggal dunia agar segala dosanya diampuni Allah SWT. Juga mendo'akan supaya semua amal kebaikan dan ibadah-ibadahnya diterima oleh-Nya.
Untuk selamatan sewaktu pindah rumah, dengan harapan agar rumah yang ditempati itu diberkahi oleh Allah SWT, dan dijauhkan dari segala musibah.
Untuk menyambut kelahiran anak. Pada umumnya tahlilan dalam rangka menyambut kelahiran buah hati ini dilakukan bersamaan dengan acara aqiqah. Pengadaan tahlil disini sekaligus mendo'akaan agar anaknya kelak tumbuh sehat, cerdas, pintar, berakhlak mulia. Serta berguna bagi Islam, nusa dan bangsa.

Manfaat Tahlilan dalam Kehidupan
Melaksanakan tahlilan menurut Bapak Karmunji S.Ag. didalamnya ada kalimat tahlil, mempunyai berbagai manfaat diantaranya:
Orang yang mengucapkan dapat mengharamkan harta dan dirinya,
 Orang yang yakin atas kebenaran tahlil dapat memasukkannya ke surga, dengan kata lain orang yang mengucapkan tahlil akan dihindarkan dari siksa neraka,
 Orang yang menyebut (mengucapkan) tahlil akan dikeluarkan dari neraka.

Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Tahlilan
* Nilai Pendidikan I'tiqadiyah (Aqidah)
  Nilai pendidikan aqidah yang terdapat dalam pelaksanaan tahlilan yaitu mengajarkan kepada masyarakat untuk selalu mengingat kepada Allah SWT yang terlihat dari berzikir dan berdo'a kepada Allah SWT. Zikir yang paling utama dan paling agung adalah ucapan laa ilaaha illallaah, memperbanyak kalimat thayyibah dapat menghilangkan kebingungan, bala, bencana dan kesedihan, baik didunia maupun diakhirat.

* Nilai Pendidikan Khuluqiyah (Akhlaq)
  Pada tradisi tahlilan ini terdapat nilai-nilai pendidikan akhlaq dan makna yang tersirat mulai dari peringatan hari pertama sampai peringatan ke-1000 hari. Makna tersebut terkemas dalam nilai-nilai pendidikan akhlaq yang terkait dengan tradisi tersebut.
Terdapat nilai-nilai akhlaq yang terkandung dalam pelaksanaan tahlilan ini seperti mengajarkan masyarakat memiliki rasa solidaritas antar anggota masyarakat yang tergambarkan dan ditandai dengan kedatangan mereka ketika hari peringatan kematian (tahlilan), kemudian mengajarkan rasa tolong menolong yang dilakukan oleh masyarakat sekitar untuk membantu terselenggaranya acara tahlilan tersebut, dan mengajarkan kepada masyarakat untuk selalu bersedekah kepada orang lain khususnya yang membutuhkan yang tergambarkan dalam pemberian jamuan dan berkat.


           

* Nilai Pendidikan Amaliyah (Ibadah)
   Tahlilan dinilai mampu menjadi sarana ibadah dengan cara berzikir karena dalam diri manusia dzikir dipercaya dapat menenangkan hati seorang hamba dengan Tuhannya karena hubungannya dengan-Nya.

Dzikir adalah amalan yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Dzikrullah adalah kehidupan, karena manusia adalah makhluk yang fana, sedangkan Allah adalah Maha hidup lagi Maha Berdiri. Berhubungan dengan Allah berarti kita berhubungan dengan kehidupan hakiki.

Analisis Penulis pada Kebudayaan Jawa
   Dalam Tradisi Tahlilan Tahlilan adalah acara selamatan yang dilakukan sebagian umat Islam, kebanyakan di Indonesia terutama di dukuh Darangan, Desa Purwosuman, Keacamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen, untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal yang biasanya dilakukan pada hari pertama kematian hingga hari ketujuh, dan selanjutnya dilakukan pada hari ke-40, ke-100, kesatu tahun pertama, dan seterusnya. Ada pula yangmelakukan tahlilan pada hari ke-1000. tahlilan tersebut sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Jawa jika ada keluarga yang meninggal, maka pada malam harinya ada tamu-tamu yang bersilaturahmi. 

Mereka ikut berbela sungkawa dan sambil mendoakan orang tersebut yang sudah meninggal dan orang atau keluarga yang ditinggalkan.
Disamping menerima tamu, sanak keluarga, kerabat dekat dan para tetangga, pada hari kedua sampai ketujuh mereka mengadakan bacaan tahlilan dan do'a bagi orang yang telah meninggal dunia. 

Tradisi tahlilan umumnya dilaksanakan dalam satu waktu dan tempat, yang berjalan kurang lebih 30-60 menit. Dengan bertemunya masyarakat baik dari segala lapisan dan segala bentuk masyarakat menjadikan tahlilan sebagai sarana bersilaturahmi. Bagaimana tidak, mungkin saja didalam keseharian masing-masing individu disibukkan dengan pekerjaan mereka akan tetapi dengan tahlilan mereka pasti bertemu dan saling berinteraksi satu dengan lainnya.
Pada acara tahlilan juga dilakukan penyajian makanan dan pemberian makanan setelah proses tahlilan selesai yang dilakukan masih ditempat dilakukannya tahlilan. Selain itu, pemberian makanan juga dilakukan setelah orang-orang yang ikut dalam rombongan tahlilan beranjak pulang yang disebut dengan berkat. 

Berkat juga diberikan kepada masyarakat sekitar yang tidak bisa mengikuti tahlilan. Makanan-makanan yang disediakan diacara tahlilan tersebut selain dibuat sendiri dari pihak keluarga, juga terdapat makanan yang didapat dari tetangga-tetangga yang memberikan makanan-makanan tersebut. Hal tersebut sebagai tanda sayang terhadap keluarga yang ditinggalkan (berduka) dan sebagai bentuk rasa tolong menolong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun