Mohon tunggu...
Atika Prabandari
Atika Prabandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta

cita-citaku ngobrol sama nicholas saputra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Psikoanalisis, Buah Pikiran Sigmund Freud

22 November 2022   20:16 Diperbarui: 22 November 2022   20:36 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari penjabaran mengenai insting ini, kemudian Freud menganalisis dua kalimat yang populer dari Bahasa Latin, yakni Homo Homini Socius dan Homo Homini Lupus sebagai dua kategori manusia di mana Homo Homini Socius ialah manusia yang insting Erosnya bekerja lebih banyak, sehingga dapat dikatakan bahwa manusia adalah kawan bagi sesama. Sebaliknya, Homo Homini Lupus ialah manusia yang insting Thanatosnya bekerja lebih banyak, sehingga dimajaskan bahwa manusia adalah serigala bagi sesama.  

Seperti yang sudah dijabarkan sebelumnya, bahwa keinginan Id yang tidak direalisasikan akan menghadirkan keadaan cemas. Oleh karena itu, Freud juga membagikan bahwa setidaknya terdapat tiga bentuk kecemasan manusia. Pertama, kecemasan realistik, yaitu keadaan manusia mencemaskan sebuah hal yang nyata. 

Misalnya, ketika seorang siswa tidak mengerjakan tugas dari gurunya, maka ia akan cemas akan dimarahi oleh gurunya (hal yang nyata). Kedua, kecemasan neurotik, yakni keadaan manusia cemas atau takut pada manusia lain yang dianggap lebih kuat atau "berpower".

Misalnya, seorang karyawan yang takut terhadap atasannya. Ketiga, kecemasan moral, ialah keadaan manusia yang cemas atau takut terhadap nilai dan norma yang dianut kelompoknya. Misalnya, seorang gadis yang takut pulang larut malam karena penilaian negatif dari masyarakat di lingkungannya terhadap wanita yang pulang terlalu larut.

Demi membendung seluruh kecemasannya, dalam pandangan Freud, manusia memiliki setidaknya sembilan mekanisme pertahanan. Pertama, Represi, di mana seorang manusia akan menekan rasa cemas dan takutnya dengan sugesti yang bertolak belakang dengan rasa takutnya. Kedua, pembentukan reaksi, di mana manusia tidak hanya mensubtitusi perasaannya dengan perasaan yang sebaliknya, tetapi juga mengambil beberapa tindakan untuk meredam rasa cemasnya. 

Ketiga, proyeksi, ini adalah bentuk pertahanan dari kecemasan neurotik dan moral dengan mengubah keduanya menjadi kecemasan realistik, biasanya dilakukan dengan membandingkan keadaan tersebut dengan keadaan yang lebih nyata. Keempat, pemindahan reaksi, adalah bentuk pertahanan dengan melimpahkan segala perasaannya kepada orang ketiga yang tidak tahu duduk perkara yang terjadi. Kelima, rasionalisasi, yakni bentuk pertahanan dengan merasionalkan atau mencari pembenaran atas tindakan yang telah dilarang oleh super ego. 

Keenam, supresi, bentuk pertahanan dengan mencari jalan yang membahayakan ego. Ketujuh, sublimasi, adalah bentuk pertahanan yang diambil karena hal tersebut dibenarkan oleh budaya, padahal tidak dibenarkan super ego. 

Kedelapan, kompensasi, yaitu bentuk pertahanan yang dilakukan seseorang ketika ia memiliki kekurangan dan akhirnya memaksimalkan kelebihannya. Terakhir, regresi, yakni ketika manusia cemas dan hendak menghadapinya, tetapi dengan sifat yang kekanak-kanakan.

Terakhir, dalam teori Psikoanalisis, Freud menjabarkan lima fase perkembangan kepribadian seseorang, yakni fase oral, yang terjadi ketika manusia berusia 0-3 tahun, di masa ini manusia akan banyak melakukan aktivitas dari mulut seperti belajar makan dan disusui, melalui fase ini Freud mengatakan bahwa manusia yang memiliki kepuasan berlebih di fase ini akan membentuk pribadi yang haus pengetahuan, tetapi mudah ditipu. 

Sebaliknya, jika seorang manusia kurang mendapatkan kepuasan di fase ini, akan terbentuk pribadi yang suka berdebat dan sarkas. Fase kedua ialah fase anal, fase ini terjadi saat manusia berusia 1-3 tahun, di mana dalam fase ini manusia akan mempelajari aktivitas yang berkaitan dengan anal atau duburnya melalui proses buang air besar. 

Dalam proses ini, seorang manusia secara tidak langsung akan dilatih pula kontrol dan penguasaan diri. Fase ketiga, yakni fase falis yang terjadi saat manusia berusia 6-7 tahun, dalam fase ini seorang anak akan mengalami fase di mana ia akan membandingkan alat kelaminnya dengan orang tuanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun