Hari mulai gelap, gerimis mengguyur daerah pegunungan saat ini
"kita masuk tenda saja ya nanti takutnya sakit." kata Rani. Mereka mengangguk mengiyakan lalu masuk ke tenda masing-masing, bergelung dengan selimut tuk mencari kehangatan di sana.
Saat ini sudah pukul sembilan malam, tapi Rani tak kunjung tertidur. Amel dan Sintia teman satu tendanya saja sudah mendengkur sejak satu jam yang lalu. Sunyi hanya terdengar gemercik air hujan di luar dan dingin ini semakin menusuk hingga ke tulang rasanya, ia semakin membenamkan tubuhnya di balik selimut berharap kehangatan membawanya tidur menyusul yang lainnya.
Sudah pagi saja pikir Rani sembari mengumpulkan nyawanya yang masih belum sepenuhnya sadar, ia menyibak selimut dan keluar dari tenda, kemana yang lainnya? Monolognya.
Ia memeriksa tenda satu persatu tapi tidak ada seorangpun di sini dan ... tas mereka mengapa tidak ada juga?
Ia berkeliling di sekitar tenda, dengan suara bergetar ia memanggil teman-teman yang lainnya
Apakah ia ditinggal sendiri? Mengapa? Mengapa? Dan mengapa? Pikirannya kacau sampai ia lengah dan terperosok ke dalam jurang. Ia berteriak sekuat tenaga, memegang akar pohon dengan kuat hingga buku-buku jarinya memerah, ia tidak kuat lagi pasrahnya. Matanya berbinar bibirnya tersenyum lebar saat ada orang yang melintas di atas, "Tolong aku!" Teriaknya dengan suara bergetar. Seseorang itu berhenti, menaruh tumpukkan kayu yang ia panggul lalu mengulurkan tangannya yang ... panjang.
Rani mengerjapkan mata beberapa kali keringat dingin semakin deras melintasi dahinya yang putih, ia sungguh takut. Seseorang itu semakin mengulurkan tangannya, menggapai tangan Rani lalu ia tersenyum lebar hingga ketelinga. "Aku menangkapmu." Katanya dengan lidah membasahi wajahnya hingga ke tulang pipi yang jelas terlihat.
"Tolong aku!" Pekiknya kembali, tubuhnya bergetar, ia menagis tersedu. Seseorang itu tertawa, "kausemakin takut maka semakin lezat gadis kecil." Tawanya yang menyeramkan mengakhiri perkataannya yang menakutkan itu, lalu semuanya gelap.
"Rani bangun ih Rani! kamu mah tidur sambil mengigau. Ini sudah jam sembilan kita harus cepat-cepat berkemas."
Rani duduk tergagap, sungguh ia terkejut. Syukurlah ia masih selamat ucapnya dalam hati, dan semuanya berjalan lancar, sampai saat menuruni bukit ia melihat seseorang itu sedang melihatnya tajam di balik pohon dengan kedua bola mata yang seakan ingin keluar, seolah ia ingin menggapai Rani beserta teman-temannya, namun terhalang oleh pembatas tak kasat mata. Apakah mimpi itu nyata? Tanya nya dalam hati dengan jari saling bertaut menyalurkan rasa takut.
~PPtrHerliana. 19.34 WIB. Lampung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H