Muhammad Gilang Ramadhan adalah salah satu santri di Rumah Tahfidz Ali Obad Bahajaj, Parung Kuda, Sukabumi, Jawa Barat. Saat ini usianya baru menginjak 13 tahun, ia berasal dari Bogor, Jawa Barat.
Gilang, panggilan akrabnya belum lama berada di rumah tahfidz. Ia baru saja bergabung dengan Rumah Tahfidz Ali Obad Bahajaj sejak sebulan terakhir.
Meski terbilang baru, ia tak canggung bergaul dan bercengkerama dengan santri-santri lainnya. Terlebih secara usia dan postur tubuh, Gilang termasuk santri terkecil di rumah tahfidz tersebut.
Anak kedua dari empat bersaudara itu sudah lama ditinggalkan oleh sang ayah. Ia mengaku, ayahnya meninggal dunia saat dirinya masih kecil. Sehingga, ia pun tak mengingat wajah dan saat-saat indah bersama ayahnya. Bahkan hingga saat ini ia mengaku belum pernah melihat wajah ayahnya meski dari foto.
Sepeninggal ayahnya, sang ibulah yang kemudian berperan menjadi kepala keluarga sekaligus menjadi tulang punggung keluarga. Kini ibunya bekerja menjadi pedagang otak-otak. Hasil dari berjualan otak-otak itulah yang digunakan ibunya untuk menghidupi Gilang dan saudara-saudaranya.
"Ayah saya sudah meninggal dunia saat saya masih kecil, sekarang ibu jadi jualan otak-otak," tuturnya.
Gilang yang kini baru memulai menghafal sudah berhasil mengantongi juz 30. Ia ingin sekali menjadi hafidz Qur'an karena berharap dapat mengangkat derajat orang tuanya, tak hanya di dunia namun juga di akhirat.
Saat menjelaskan cita-citanya, ia begitu semangat mengatakan bahwa dirinya ingin sekali menjadi seorang pemain sepak bola. Ia memiliki pemain idola yakni Mohamed Salah, pemain asal Mesir yang bermain untuk klub Inggris, Liverpool.
Ia pun memiliki pemain idola yang berasal dari tanah air yakni Taufik Hidayat. Rupanya, Taufik Hidayat yang ia maksud adalah kakaknya sendiri. Ia ingin menjadi pemain sepak bola karena terinspirasi dari sosok kakaknya.
Saat ditanya klub favorit, Gilang menjawab dengan lantang bahwa ia sangat mengidolakan Persikabo Bogor. Kelak, saat dewasa ia pun ingin menjadi pemain Persikabo dan berlaga di liga tertinggi tanah air bahkan ikut memperkuat Tim Nasional Indonesia.
Gilang mengatakan bahwa ia sering bermain sepak bola di lapangan belakang rumah tahfidz. Ia begitu semangat tatkala menceritakan perihal sepak bola. Sebelum wawancaranya dengannya usai, bahkan ia juga mengajak bermain bola setelah Sholat Ashar di lapangan tersebut.
"Itu tuh main bola di lapangan belakang, tapi nggak pakai sepatu, yuk ikut," ungkapnya.
Al-Qur'an dan sepak bola adalah impian Gilang. Ia tak bisa memilih salah satu dari keduanya. Ia berharap kelak dapat terus menjaga hafalan saat ia telah menjadi pemain sepak bola, bahkan bisa mengajari rekan-rekannya mengaji saat di luar lapangan. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H