Mohon tunggu...
PPK Ormawa HMD Akuntansi
PPK Ormawa HMD Akuntansi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang

Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) adalah program penguatan kapasitas ormawa melalui serangkaian proses pembinaan ormawa oleh PT yang diimplementasikan dalam program pengabdian dan pemberdayaan masyarakat. Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis menjadi salah satu dari 4 tim Universitas Negeri Malang yang lolos dalam pendanaan PPK Ormawa 2022. Beranggotakan 15 mahasiswa dari dua program studi Akuntansi dan Pendidikan Akuntansi siap mengabdikan diri di Desa Samar, Pagerwojo, Tulungagung.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengolahan Pupuk Organik Padat dan Cair Berbahan Dasar Kotoran Hewan Ternak di Desa Samar Tulungagung

18 Agustus 2022   15:52 Diperbarui: 18 Agustus 2022   15:55 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pupuk organik merupakan hasil olahan dari sisa -- sisa tanaman, limbah manusia, dan limbah kotoran hewan. Pengolahan pupuk organik di Desa Samar terfokus pada bahan dasar kotoran hewan ternak yaitu kotoran sapi. Terjadinya penumpukan limbah kotoran sapi di Desa Samar dan tercemarnya lingkungan sekitar terutama sungai menjadi sebuah latar belakang dari pengolahan limbah kotoran tersebut menjadi Pupuk Organik Padat (POP) dan Pupuk Organik Cair (POC).

Sistem pengolahan limbah kotoran sapi di Desa menggunakan sistem Bank Letong, yakni dengan menabung kotoran sapi tersebut ke BUMDes yang kemudian dapat diuangkan setiap melakukan penyetoran kotoran sapi. Bank Letong sendiri merupakan penawaran solusi dari Tim PPK Ormawa HMD Akuntansi FEB Universitas Negeri Malang untuk menanggulangi masalah lingkungan di Desa Samar.

"Harapan saya semoga dengan dilakukannya pengolahan limbah kotoran hewan ini dapat mengurangi pencemaran lingkungan di Desa Samar dan mampu merubah perilaku masyarakat yang membuang limbah tersebut ke sungai serta dengan sistem Bank Letong dapat membantu ekonomi warga setempat," ujar Rubik Astono selaku Kepala Desa Samar.

Proses lanjutan dari pengolahan limbah kotoran sapi yang sudah dikumpulkan di BUMDes yakni pengeringan kotoran sapi tersebut dengan menggunakan dekomposer primaxi yang mampu mengeringkan dalam waktu sekitar 4 -- 5 hari. Proses pengeringan tersebut menghasilkan kotoran sapi yang masih bertekstur keras. Kemudian langkah selanjutnya adalah proses penghalusan kotoran sapi dengan menggunakan alat pencacah agar mencapai tekstur yang cocok untuk Pupuk Organik Padat (POP). Setelah proses penghalusan, kotoran sapi tersebut melalui proses pengayakan agar terpisah dari batu kerikil yang masih menempel.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Pengolahan Pupuk Organik Cair (POC) juga tidak jauh berbeda dengan Pupuk Organik Padat (POP). Perbedaan pengolahannya terletak pada bahan dasar Pupuk Organik Cair (POC) yaitu menggunakan urine sapi. "Komposisi yang pas untuk Pupuk Organik Cair (POC) yaitu 1 : 2 : 1 : 1 yang terdiri dari 1 liter urine sapi, 2 liter EM4, 1 mili liter tetes tebu, dan 1 gram terasi," ujar Gathary selaku penanggung jawab pengolahan Pupuk Organik Cair (POC). Setelah melalui beberapa proses, kotoran sapi sudah bisa digunakan sebagai Pupuk Organik Padat (POP) dan Pupuk Organik Cair (POC).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun