Mohon tunggu...
PPI Tiongkok
PPI Tiongkok Mohon Tunggu... Lainnya - Berdaya-Berkarya-Bersama

PPI Tiongkok merupakan organisasi mahasiswa, sebuah wadah skala nasional yang menaungi berbagai organisasi pelajar Indonesia di seluruh Tiongkok dengan tujuan untuk mempermudah mahasiswa Indonesia bertukar pikiran secara aktif.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Implementasi Karakter dalam Kostum dan Make-up Pementasan

24 Desember 2020   21:25 Diperbarui: 24 Desember 2020   21:35 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis: Alice Pricillya | Sun Yat-Sen University

Workshop ke dua yang diadakan oleh Bidang Seni dan Budaya PPI Tiongkok pada tanggal 19 Desember 2020 kali ini mengusung tema "Implementasi Karakter dalam Kostum dan Makeup Pementasan". 

Acara dibuka oleh moderator Kamila Yeta, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Unit Kreasi Seni Budaya PPI Tiongkok. Setelah membuka acara, moderator lalu mengajak para peserta workshop untuk berdoa bersama, diikuti dengan pengambilan foto. 

Sebelum pemaparan materi dimulai, Sanggar Tari Musika, yang merupakan performers pertama dari tiga performers yang telah diundang untuk mengisi acara, membawakan tarian 'Sorote Lintang' yang berasal dari Banyuwangi. 

Sanggar Tari Musika membawakan tarian 'Sorote Lintang'. Dok. PPI Tiongkok 
Sanggar Tari Musika membawakan tarian 'Sorote Lintang'. Dok. PPI Tiongkok 

Workshop kali ini pun dibagi menjadi 2 sesi, dimana sesi pertama membahas tentang cara pembuatan kostum pementasan secara tangan. Yusuf Maulana Firdaus selaku Ketua Unit Kreasi Seni Budaya PPI Tiongkok dan juga pembicara workshop kali ini menjelaskan kepada peserta di Zoom Meeting bahwa ia memegang teguh slogan: "The Power of Sukor Tok!" atau "The Power of Asal Tempel". 

Asal tempel yang dimaksudkan di sini bukan sepenuhnya "asal", namun untuk mix and match kostum dan aksesoris. Hal ini sangat berguna terutama jika penampil Indonesia perlu mementaskan tarian Indonesia di luar negeri, dimana tidak mungkin untuk mengepak busana lengkap semua tarian karena kendala limit bagasi. 

Yusuf mencontohkan bagaimana sebuah aksesoris, contohnya 'rapek', bisa dipakai di posisi yang berbeda-beda tergantung dengan tarian daerah yang mau dipentaskan. Ia juga menyarankan untuk membuat aksesoris per satuan agar bisa dilepas dan digunakan kapan pun saat dibutuhkan, sehingga tidak perlu selalu membeli atau membuat ulang.

Yusuf Maulana Firdaus, pemateri workshop Bidang Seni dan Budaya kali ini yang sekaligus merupakan Ketua Unit Kreasi Seni Budaya PPI Tiongkok. Dok. PPI Tiongkok
Yusuf Maulana Firdaus, pemateri workshop Bidang Seni dan Budaya kali ini yang sekaligus merupakan Ketua Unit Kreasi Seni Budaya PPI Tiongkok. Dok. PPI Tiongkok

Sambil menjelaskan, Yusuf juga melakukan demo langsung untuk menunjukkan bahwa membuat aksesoris pementasan tidak sesulit yang dipikirkan, cukup bermodalkan kemauan serta kerja kelompok tim. "Tidak ada yang tidak bisa, tidak ada yang tidak mungkin. Yang ada itu adalah mau atau tidak mau," tegasnya. 

Proses pembuatan headpiece secara tangan . Dok. PPI Tiongkok
Proses pembuatan headpiece secara tangan . Dok. PPI Tiongkok

Seperti yang bisa dilihat di atas, kerangka headpiece bisa dibuat menggunakan karton atau matras sepatu. Bagi yang tidak bisa mengukir bisa mengeprint bentuk yang diinginkan dari internet lalu menggunting dan mengukir sesuai pola tersebut. 

Sembari menyelesaikan karyanya, Yusuf mengatakan bahwa proses pembuatan aksesoris haruslah terkonsep serta diikuti dengan pemikiran tentang bagaimana dan kapan saja aksesoris ini bisa digunakan. "Harus membuang jauh mindset 'penampilan dari Indonesia gitu-gitu aja dengan kostum apa adanya', tetapi yang harus selalu ada di mindset kita dan penonton adalah 'ada apa yang baru atau unik?' sehingga penampilan dari Indonesia akan selalu ditunggu-tunggu dan dinantikan."

Selain itu, lempengan-lempengan dan pernak-pernik kecil yang dipakai pun banyak dijual di China, jadi tidak perlu sengaja membawa semuanya dari Indonesia. 

Hasil akhir headpiece. Dok. PPI Tiongkok 
Hasil akhir headpiece. Dok. PPI Tiongkok 

Hiasan rambut yang telah selesai bisa digunakan sebagai kalung juga, menunjukkan konsep satu aksesoris bermacam kegunaan seperti yang telah disampaikan di atas. "Semoga setelah workshop costume ini, tidak ada lagi mahasiswa Indonesia yang tampil di acara kampus atau acara PPIT, KJRI, KBRI, maupun di Indonesia menggunakan kostum apa adanya, memakai sekedar baju hitam dan celana hitam lalu menjadikan sewek batik sebagai hiasan pinggang," pesan Ketua Unit Kreasi Seni Budaya PPI Tiongkok. "Asalkan ada kemauan dan kerja kelompok dari setiap anggota tim, pembuatan kostum pementasan tidaklah mustahil." 

Daripada membayar lebih di bagasi, lebih baik jika digunakan untuk belanja bahan pembuatan kostum, mana lagi bahan-bahan yang dibutuhkan bisa dengan mudah dan murah didapatkan di platform belanja online China. 

Selesainya sesi pertama ini kemudian dilanjutkan oleh penampilan dari Maya (Mahakarya Yangzhou) yang membawakan lagu "Tanah Airku" dan penampilan dari NO BAND (Kirana Nanjing) yang membawakan lagu "Sorry" ciptaan Pamungkas. 

Performance dari Maya (Mahakarya Yangzhou) 
Performance dari Maya (Mahakarya Yangzhou) 

Performance dari NO BAND (Kirana Nanjing) 
Performance dari NO BAND (Kirana Nanjing) 

Pada sesi ke dua, Yusuf kembali melakukan demo langsung, kali ini makeup pementasan khas Indonesia. 

Yusuf mengajarkan cara makeup yang sering digunakan oleh penari Indonesia . Dok. PPI Tiongkok
Yusuf mengajarkan cara makeup yang sering digunakan oleh penari Indonesia . Dok. PPI Tiongkok

"Makeup untuk pementasan lebih tebal daripada makeup biasanya karena mau menonjolkan kecantikan muka orang Indonesia, menonjolkan 'medhok'nya Indonesia. Jadi tidak ada request makeup tari yang natural atau tidak mau tebal," ucap Yusuf. 

Kenapa harus makeup medhok? "Karena saat menari, karakter wajah (makeup) harus bisa mengimbangi kostum yang dikenakan." Ia juga menunjukkan cara menghasilkan gaya smokey eyes Indonesia dengan menggunakan eyeshadow hitam pada kelopak mata yang lalu dipadu dengan warna merah pada bagian di bawah alis. 

Pembauran warna hitam dan merah ini akan menghasilkan warna ungu maupun biru gelap. Makeup yang dicontohkan ini adalah makeup yang paling umum dan sangat sering digunakan oleh para penari di Indonesia. 

Ia juga tidak pelit dalam membagikan tips-tips seperti cara menggambar alis dan menempelkan bulu mata palsu agar tahan lama kepada para peserta. Sebelum sesi ini diakhiri, Yusuf sekali lagi menekankan bahwa tidak ada yang tidak mungkin asalkan ada niat dan kemauan. 

Tampilan akhir headpiece dan makeup yang dikerjakan Yusuf saat workshop. Dok. PPI Tiongkok 
Tampilan akhir headpiece dan makeup yang dikerjakan Yusuf saat workshop. Dok. PPI Tiongkok 

Selanjutnya, diadakan sesi tanya jawab antara peserta dan pembicara. Ditanya mengenai bagaimana mendapatkan kostum daerah yang lengkap, Yusuf menjawab selain membuatnya sendiri, salah satu cara adalah dengan membelinya dari pengrajin kostum tradisional atau daerah. 

Selain itu, ia juga melakukan demo langsung bagi yang bertanya tentang bagaimana memakaikan aksesoris rambut bagi yang menggunakan hijab. Terkahir, workshop pemeragaan ini ditutup dengan kuis berhadiah yang dimenangkan oleh 3 peserta. 

Di tahun baru yang mendatang, Bidang Seni dan Budaya PPI Tiongkok akan mengadakan acara "PPIT Got Talent", jadi nantikan informasi lebih lengkapnya di Instagram @ppitiongkok ya!

Salam Perhimpunan!

PPI Tiongkok 2020-2021

Berdaya-Berkarya-Bersama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun