Mohon tunggu...
Masalah PPDB
Masalah PPDB Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pak Mendikbud, Tutup Celah Lahirnya Monster Baru yang Memakan Kejujuran Tunas Bangsa

6 Juli 2018   02:59 Diperbarui: 6 Juli 2018   04:37 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA)

Kejujuran moral kedua kembali ternoda, karena zonasi merupakan prioritas dan memiliki skor cukup tinggi bagi penerimaan siswa baru. Tapi di lain sisi malah ada murid tidak mampu yang berada di radius zona dekat kesekolah, tidak bisa masuk seleksi awal pendaftaraan karena tersingkir dalam waktu singkat, dikarenakan perolehan skor kalah telak oleh penambahan nilai ujian.

3. Prestasi sungguh tidak masuk akal jika semua dikelompokan dalam 1 wadah. Misalkan murid yang berprestasi akademik, tapi dicampur dengan murid yang berprestasi di bidang olahraga atau bidang seni dan lain sebagainya. Bahkan ada kalimat sarkas yang mengatakan di salah satu berita online bahwa, bisa jadi anak yang juara lomba balap lari tingkat RW pun bisa dapat sertifikat prestasi. 

Tapi yang lebih menarik ialah, ada calon murid yang berada di peringkat 10 besar seleksi pendaftaran SMP negeri. Dan skor cukup besar yang diperoleh karena prestasi juara 1 silat tingkat provinsi. Lalu apa menariknya? Anak ini bukan berasal dari keluarga silat, dan memiliki kondisi fisik  yang bisa dipastikan bukan karakter atlet terlatih. Tapi anak ini berasal dari sekolah dimana orangtuanya mengajar di sekolah yang sama, di bidang pengajaran yang tidak terkait dengan dunia silat. 

Dan saya meyakini penilaian persepsi ini, karena pernah berkecimpung di dunia silat semenjak mengenyam ekstrakurikuler di dunia pendidikan dan paham sulitnya meraih juara walau setingkat kotamadya/Kabupaten. sehingga tidak berlebihan saya pasti tahu seperti apa karakter dasar personal dan teknik pelatihan yang harus dikuasai yang dimulai sejak usia dini, untuk sampai ke level provinsi. (khususnya di tingkat Jawa Barat). Yang merupakan gudangnya para atlet silat tangguh dan disegani bahkan di level Internasional sekalipun!

Apakah mungkin tiba-tiba tidak terdengar ketangguhan di level rayon dan kota, tapi tiba-tiba muncul jadi "prestasi juara 1 selevel provinsi?" Dan ini hanyalah salah 1 ilustrasi gambaran nyata, bahwa jalur prestasi pun sebenarnya ada permasalahan cukup fundamental untuk dikaji lebih mendalam. Yang menjadi kejanggalan, murid ini muncul bukan ketika jalur prestasi dibuka, tapi ketika jalur umum zonasi, yang seketika namanya mencuat!

Kejujuran moral ketiga bukanlah sekedar menodai tapi mencoreng nama harum dengan istilah prestasi, dan saya yakini jauh lebih banyak yang jujur dibandingkan yang tidak jujur sebagaimana yang saya sampaikan diatas (jawaban terbaik ada di hati nurani anda masing-masing)

Curhatan singkat dari rangkuman orangtua dan murid "gagal" :

Sistem yang baik janganlah menjadi MUSUH BESAR DAN MONSTER BARU YANG DICIPTAKAN, bagi murid-murid yang berprinsip memegang kejujuran moral dan belajar dengan giat serta rajin. Nilai raport yang dibangun selama bertahun-tahun, tak ada penilaian sedikitpun. Malahan kalah oleh selembar kertas yang bisa jadi mengandung nilai absurd, dan menjadi titik acuan dalam seleksi penerimaan.

Bagaimana perihnya ketika kerja keras belajar dikalahkan oleh kreatifitas negatif? Bagaimana sakitnya ketika kejujuran mengalami diskriminasi radikal oleh kecurangan-kecurangan yang tercium menyengat tapi sulit dibuktikan dalam data dan fakta? Karena tiap aduan dan keluhan selalu ditodong dengan kalimat peluru tajam "bawa buktinya, dan kami akan tindaklanjuti!". Seharusnya bersikap aktif, bukan pasif dengan menunggu dikasih bukti, karena tidak dipungkiri bahwa pihak-pihak terkait jauh lebih memahami dan memiliki sumber kekuatan untuk menelusuri.  

Dibalik tulisan ini yang penuh dengan kekurangan kalimat dan tidak sesuai dengan kaidah artikel yang baik dan benar. Tapi mengandung ratusan bahkan ribuan curhatan yang seiya dan sekata. Bahwa sistem PPDB baru, bisa menjadi alat kezaliman yang tidak dimengerti oleh orangtua siswa yang ingin anaknya berhasil dengan kejujuran moral.

Tak sedikit orangtua dan murid yang gagal masuk sekolah tujuan, hanya bisa menumpahkan perasaaan dengan menangis dengan sekeras-kerasnya, dan meratapi nasib yang tidak tahu mengapa bisa gagal? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun