Mohon tunggu...
Masalah PPDB
Masalah PPDB Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pak Mendikbud, Tutup Celah Lahirnya Monster Baru yang Memakan Kejujuran Tunas Bangsa

6 Juli 2018   02:59 Diperbarui: 6 Juli 2018   04:37 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA)

Bismillahhirahmanirrahim. 

Assalamualaikum wr.wb

Yth pihak-pihak terkait pendidikan:

Khususnya untuk Mendikbud Republik Indonesia.

Zonasi ialah solusi bagus dan baik untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia, walau banyak perbaikan untuk kedepannya. 

Adapun poin-poin inti yang jadi epicentrum permasalahan sebagai berikut:

1. Semenjak bangku sekolah dasar (SD), kecurangan sudah terindikasi ada ketika kunci jawaban USBN/USBK bisa diperoleh oknum-oknum yang kemudian beralih ke tangan para siswa-siswi. Dan terkait pembuktian tentu sangat sulit namun tidak dipungkiri perihal itu ada dan nyata terjadi. Tapi sebagai titik acuan, bisa dimulai dari penelusuran murid2 yang biasanya memiliki nilai rendah selama 6 tahun belajar, tiba-tiba melejit di hasil ujian!!! 

Jika hanya hitungan jari, itu faktor kebetulan dan atau ada unsur perubahan drastis positif dalam motivasi belajar. Tapi jika terjadi secara masif khususnya bukan sekolah unggulan, maka sulit dipungkiri itu telah terjadi manipulasi. (jawaban terbaik ada di hati nurani anda masing-masing). 

Kejujuran moral pertama sudah ternodai, yang penting ortu puas dengan nilai anaknya. Terlepas apa dan bagaimana caranya, karena akan jadi penentu penambahan skor jika melanjutkan ke sekolah SMP Negeri selain prioritas zonasi yang jadi fokus utama penerimaan siswa baru.

2. Zonasi masih terdapat celah yang bisa dicari dengan kreatifitas negatif, semisal menitipkan calon siswa baru kepada saudara, kerabat, dan lain sebagainya yang berdekatan dengan sekolah lanjutan yang dituju. Karena secara fakta dilapangan, kecil kemungkinan dalam radius dibawah 1 km, akan terdapat puluhan bahkan ratusan murid yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata dan berdomisili di lingkup 1 level RW dan kelurahan yang sama.

Kalaulah terjadi di satu daerah, maka itu unsur kebetulan yang bisa diterima nalar sehat, contohnya wilayah kompleks perumahan menengah-atas. Tapi mungkinkah itu terjadi dibanyak daerah penduduk menengah-bawah yang lebih bervariasi dan dinamis? Sungguh menjadi duka pendidikan bila pihak-pihak terkait mengingkari peluang negatif tersebut. (jawaban terbaik ada di hati nurani masing-masing).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun