Mochammad Ashabul Yamin (Mahasiswa doktoral Teknologi Pendidikan UNESA)
Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Bachtiar Syaiful Bachri, M.Pd.
Dr. H.Lamijan Hadi Susarno, M.Pd
Kompasiana.com. Di era globalisasi yang semakin maju, perkembangan elit global menjadi fenomena yang tidak bisa dihindari. Dominasi teknologi, informasi, dan budaya global telah membawa dampak signifikan terhadap tatanan nilai-nilai agama dan norma bangsa Indonesia. Dalam konteks ini, pendidikan karakter keagamaan Islam memiliki peran strategis dalam mempertahankan dan memperkuat identitas bangsa yang berlandaskan pada nilai-nilai religius.
Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin menekankan pentingnya pendidikan karakter yang berfungsi untuk membangun manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral dan spiritual. Namun, tantangan globalisasi dan perkembangan elit global sering kali menggerus nilai-nilai agama yang selama ini menjadi fondasi utama kehidupan bangsa Indonesia
Konsep Pendidikan Karakter Keagamaan Islam
Pendidikan karakter keagamaan Islam adalah proses pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan ini meliputi pengembangan akhlak mulia, pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam, serta aplikasi nilai-nilai agama dalam menghadapi tantangan kehidupan.
Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam Tarbiyatul Aulad fil Islam, pendidikan karakter Islam melibatkan tiga komponen utama.
- Pendidikan Akidah: Menanamkan keyakinan yang kokoh kepada Allah SWT sebagai dasar kehidupan.
- Pendidikan Ibadah: Membiasakan praktik ibadah yang benar dan konsisten.
- Pendidikan Akhlak: Membentuk kepribadian mulia yang mencerminkan nilai-nilai Islam.
Selain itu, Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menekankan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menciptakan manusia yang seimbang antara dunia dan akhirat. Hal ini relevan dengan pendidikan karakter keagamaan Islam yang bertujuan membentuk generasi yang tidak hanya religius, tetapi juga kompeten menghadapi tantangan zaman.
Tantangan Perkembangan Elit Global
Perkembangan elit global ditandai dengan pengaruh kuat negara-negara maju dalam aspek teknologi, ekonomi, dan budaya. Fenomena ini menciptakan arus globalisasi yang membawa dampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah pergeseran nilai-nilai lokal, termasuk nilai agama dan budaya yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Â Beberapa tantangan utama yang dihadapi pendidikan karakter keagamaan Islam di era elit global adalah:
- Individualisme: Nilai-nilai individualisme yang dominan dalam budaya global bertentangan dengan nilai-nilai kolektivitas dan gotong-royong dalam Islam.
- Materialisme: Gaya hidup yang berorientasi pada materi sering kali mengabaikan nilai-nilai spiritual dan keagamaan.
- Sekularisme: Pemisahan agama dari kehidupan sehari-hari membuat generasi muda kehilangan makna religiusitas dalam kehidupan mereka.
- Konten Negatif di Media Digital: Penyebaran informasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam melalui media sosial dan teknologi digital mengancam pembentukan karakter keagamaan.
Strategi Menguatkan Pendidikan Karakter Keagamaan Islam
Untuk menghadapi tantangan di atas, diperlukan pendekatan strategis dalam pendidikan karakter keagamaan Islam. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:
- Integrasi Nilai Islam dalam Kurikulum Pendidikan
Pendidikan formal harus menjadi sarana utama dalam menanamkan nilai-nilai Islam. Kurikulum yang berbasis pendidikan karakter Islam dapat mencakup: Mata pelajaran agama yang tidak hanya teoritis tetapi juga aplikatif.Program ekstrakurikuler yang menguatkan nilai-nilai religius, seperti pesantren kilat dan kegiatan keagamaan. Menurut Ahmad Tafsir dalam Ilmu Pendidikan Islam, kurikulum berbasis Islam harus dirancang secara holistik, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
- Peran Guru sebagai Teladan
Guru memiliki peran sentral dalam pendidikan karakter. Mereka harus menjadi teladan (uswatun hasanah) bagi siswa dalam menerapkan nilai-nilai Islam. Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada keteladanan pendidik.
- Penguatan Pendidikan Berbasis Keluarga
Keluarga adalah institusi pertama dalam pembentukan karakter. Orang tua harus menjadi role model yang menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini. Abdullah Nashih Ulwan menekankan pentingnya keluarga sebagai "madrasah pertama" bagi anak.
- Pemanfaatan Teknologi Secara Positif
Di era digital, teknologi dapat menjadi alat yang efektif untuk mendukung pendidikan karakter. Aplikasi, video edukasi, dan platform media sosial dapat digunakan untuk menyebarkan konten Islami yang mendidik.
- Kolaborasi dengan Masyarakat dan Lembaga Keagamaan
Pendidikan karakter keagamaan tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga masyarakat. Lembaga keagamaan, seperti masjid dan organisasi Islam, dapat berperan aktif dalam membentuk karakter generasi muda.
Kesimpulan
Sebagai negara dengan mayoritas Muslim, Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk mempertahankan identitas keagamaan di tengah arus globalisasi. Pendidikan karakter keagamaan Islam menjadi salah satu cara untuk menjaga keutuhan norma dan nilai agama yang telah diwariskan oleh para ulama dan pendiri bangsa.Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan harus bertujuan untuk membentuk manusia yang "berbudaya, beradab, dan berbudi pekerti luhur." Prinsip ini selaras dengan pendidikan karakter keagamaan Islam yang berusaha membangun manusia seutuhnya. (dewi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H