Mohon tunggu...
shofiyatun syamwil
shofiyatun syamwil Mohon Tunggu... -

crochet entusiast. blogger. coffee lover. backpacker.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Akhirnya Krakatau, Cobaan Seorang Traveller!

2 Juli 2012   05:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:21 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perpaduan pemandangan ini membuat saya malas turun, namun apa daya, waktu telah siang-siang sekali bahkan mendekati sepertiga hari terakhir –analogi dari sepertiga malam terakhir – Jadi kita mau tidak mau, malas tidak malas, harus turun lagi melintasi padang pasir nan panas ini, guna segera sampai bawah, makan siang dan lanjut snorkeling ke pulau Lagoon Cabe. Perjalanan turun ini, rasanya pingin menggelundung saja, namun apa daya, pasir panas tak mendukung buat menggelundung ria, yang ada lari-lari kebawah sambil kaki loncat-loncat kepanasan.

Di pulau Lagoon Cabe, saya langsung aja nyebur bermodal nekat. Bukan apa-apa, saya sebenarnya tidak bisa berenang sama sekali. Namun pengalaman waktu di Karimun Jawa, yang penting saya pakai pelampung, snorkel, serta fin dan yang utama jangan mudah panic, InsyaAllah snorkeling berjalan lancer aman sentosa. Dan saya membuktikannya.

Alam bawah laut di pulau Lagoon Cabe ini bagus sekali, walau tetap tak sesuai ekspektasi saya. Tetep lebih bagus snorkeling di kepulauan Karimun Jawa, jadi saya anggap snorkeling di Lagoon Cabe sabagai bonus tambahan saya ke Krakatau. Jadi setelah panas-panas berkutat dengan padang pasir panas di gunung anak Krakatau, snorkeling di pulau Lagoon cabe adalah obat penurun panasnya. Selain panas saya turun, saya dapat bonus lagi ngelihat pemandangan bawah laut yang cantik. Berasa berada di aquarium maha besar dan yang sebenarnya. Keluar dari pulau Lagoon cabe, kulit saya yang sebelumnya sudah eksotis jadi tambah eksotis kuadrat, bahkan bisa dibilang eksotis pangkat tiga. Snorkling kelar, perjalanan dilanjut kembali ke pulau Sabesi. Yah, malam ini saya dan rombongan menginap di sini. Menikmati semilir angin di sebuah pondokan dengan ditemani secangkir kopi serta kehangatan sahabat itu menyenangkan sekali. Kita bercerita tentang banyak hal, mbak Nina dengan hobi fotografinya, mbak Endah bercerita tentang pekerjaannya, Yodhi dengan cerita tentang keluarga kecil barunya. Sedang saya bercerita apa? Rahasia! Saking nikmatnya bercengkrama, tak terasa sudah jam 10.00, dan badan serta mata sudah mulai protes minta istirahat. Karena besok masih akan ada sesi kedua snorkeling, dan otomatis itu butuh tenaga yang besar juga, akhirnya kita mutusin untuk beristirahat. Sebenarnya masih ada sesi bakar-bakar ikan, cuman saya sudah kecapean dan melewatkan sesi ini. Kebangun dengan mata pedes, tapi mau ndak mau sudah harus bangun, sholat subuh terus lanjut menemani mbak Nina berburu sun rise. Namun ternyata pulau sabesi pagi itu di selimuti mendung, dan kita tidak mendapat sun rise. Karena tak mendapat sun rise saya dan mbak Nina melakukan susur pantai sembari foto-foto narsis, yang kemudian dilanjut dengan jalan-jalan ke rumah pohon. Rumah pohon ini semacam sebuah pondokan dengan beberapa ruang kamar yand dibuat diatas sebuah pohon tua. Dan sewa rumah pohon ini sangat mahal, sekitar 3 juta untuk semalam. Waktu itu seorang teman nyeletuk “Kalau mau nginep di sini rame-rame , ntar gantian tidurnya, separoh malam di tenda, separoh malam di rumah pohon biar sama-sama merasakan sensasi tidur di atas rumah pohon itu kayak apa?“ Yah, hari kedua ini di isi dengan snorkeling dan snorkeling. Spot snorkeling pertama di pulau Umang-umang, alam bawah laut di sini tak kalah dengan alam bawah laut di pulau Lagoon cabe. Pulau Umang-umang ini sangat kecil, hanya butuh waktu sekitar 10 sampai 15 menit untuk susur pantai secara penuh mengelilingi pulau ini. Dan yang tak kalah seru, kita snorkeling hingga ke bibir pantai. Padahal waktu itu ombaknya lumayan besar. Dengan bermodal tekad, ketenangan serta tak mudah panic, saya sukses juga sampai bibir pantai walau kenyataannya saya tidak bisa renang. Snorkeling di pulau umang-umang kelar, pelayaran berlanjut ke pulau Sebuku. Namun karena ombak gede yang tak kunjung mereda, kita disarankan untuk tidak snorkeling demi keselamatan. Waktu itu, yodhi, mas Is serta Gading turun untuk mencari spot yang bagus, namun karena ombak yang gede, mereka akhirnya ketinggalan perahu dan kecapean di tengah lautan sehingga perahu harus berbalik kembali guna mengangkut mereka. Karena ombak yang sangat tinggi itu, akhirnya kita seperahu memutuskan untuk kembali ke pulau Sabesi saja, menuntaskan hasrat snorkeling di sana, merapat ke pulau, terus mandi, makan siang dan langsung cabut ke pelabuhan canti. Bener saja, ombak yang tinggi membuat beberapa teman dan saya mabuk laut. Untung waktu saya membawa obat anti masuk angin sehingga lumayan mengurangi mabuk laut dan membuat saya terlelap hingga pelabuhan canti. Dari pelabuhan canti, langsung ke pelabuhan Bakaheuni. Sebelum naik ke kapal, kita menyempatkan dulu hunting oleh-oleh khas lampung yaitu keripik pisang. Dan saya sendiri membeli tiga bungkus buat oleh-oleh ke teman-teman di kosan. Kelar berburu oleh-oleh kita langsung foto narsis memamerkan keeksotisan kita. Dan setelah itu langsung menuju ke gate guna naik ke kapal ferry. Dan yipeee..guna menghindari kerameian music kelurahan kita mengapgrade yang tiket dari kelas ekonomi ke kelas bisnis. Namun pada kenyataannya, ternyata di ruang kelas bisnis jadi semacam ruang dugem karena gaduhnya suara music dengan lagu pembuka, kemanaaaa…kemanaaa…kemanaaaa…? pada tahu lagu itu kan?? Niatan mau tidur cantik gagal seketika, jadi selama 3 jam perjalanan pulang ini kita disuguhin pertunjukan oskestra, mulai dari lagu dangdut pada umumnya, lagu dangdut berbahasa sunda hingga lagu rock. Dan saya tidak paham ketika mbak-mbak penyanyinya berinteraksi dengan penumpang di kelas ini dengan memakai bahasa sunda. Heuu… Sekitas jam 21.00 kapal merapat di pelabuhan merak, dan sebagian rombongan berpisah di sini. Sedang saya bergabung dengan mbak Nina, mbak Endah serta Yodhi. Dan nantinya yodhi akan mengantar kita ke kos mbak Nana di daerah Petamburan. Saya merasa keunikan di perjalanan pulang ini, karena dari Merak kita naik bus jurusan Kampung Rambutan dan kita turun di tol Tomang serta pakai sensansi loncat pagar tol –ini tidak boleh ditiru- seumur-umur saya baru sekali melakukan ini, dan ternyata seru!! Lumayan sekali seumur hidup! Dan besoknya dengan menggunakan kereta promosi Argo Anggrek, saya dan mbak Endah meninggalkan Jakarta menuju Surabaya. Good Bye Jakarta! Good Bye Krakatau! See U on the next trip kawan! Tapi sebelum kereta berangkat mari kita foto narsis dulu di Monas, yuk marii… ***

***

tulisan ini diikutkan pada lomba

Kompasiana-Opera Travel Blog Competition Berhadiah Gadget Keren!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun