Bagaikan sekuntum bunga mawar
Kelopak-kelopaknya jatuh dihempas badai;
Sungguh, ini mengetarkan batin, hati.
Mata selalu mengkap kebenaran
Namun indra selalu bermesraan bersama kepicikan.
Lidah pandai mengucap cinta
Padahal, ia tak punya tulang untuk melawan benci.
Bagaikan sekuntum bunga mawar
Perlahan jatuh di atara genangan air mata.
Ia merambat ke dalam hati
Lalu bermuara ke kata sesal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!