Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Ketika Tertahan di Pesta Pernikahan Selama Tiga Setengah Jam oleh Reog

26 Desember 2024   08:56 Diperbarui: 27 Desember 2024   15:21 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Klub Diabetes Rumah Sakit Myria yang sudah dibentuk bertahun-tahun bukan hanya merupakan wadah berinteraksi rumah sakit dan pasien yang interaktif melalui pemeriksaan gula, berat badan lalu senam bersama dan penyuluhan penyakit, tetapi juga sudah menjadi seperti keluarga besar.


Sesekali kami juga melakukan wisata bersama ke tempat wisata "water park" yang ada di sekitaran Palembang, untuk sekadar penyegaran di samping juga mengajari peserta Klub DM ini fisioterapi air yang gerakannya dapat mengurangi gejala rematik, neuropati karena diabetes lama ataupun yang syarafnya terganggu akibat stroke.


Namun saking akrabnya, beberapa anggota Klub yang sudah stabil kesehatan dan kadar gulanya seringkali mengundang kami para petugas rumah sakit di Klub DM kalau mereka ada hajatan.

Misalnya di tanggal 22 Desember lalu bu Asnayeni mengundang kami di pernikahan anaknya dan menantunya bernama Nanda serta Bambang.

Beberapa dari kami dapat hadir saat acara resmi, namun karena ada aktifitas lain, saya baru tiba pukul 13.15-an selesai makan siang dan seperti biasa saya awalnya berniat melancarkan "serangan kilat", menyalami pengantin dan orang tua, memberi "angpau" dan langsung pulang untuk tidur siang.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Tetapi satu kalimat kunci dari si yang punya hajatan bu Asnayeni membuat saya tertahan di pesta di daerah Talang Jambi yang sudah termasuk wilayah "Palembang coret", selama hampir 4 jam. 

"Dok, nanti ada reog..." Katanya.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Nah, lho. Ini agak laen, nih.

Makanya kutunggu betul sampai jam 15.20 baru itu acara reog Ponorogo dimulai dan seperti yang aku niatkan, harus aku liput adegan yang ada Singa Barongnya.

Itu adegan paling khas di reog, ketika dua Singa Barong menari-nari yang memiliki tingkat kesulitan tinggi serta berbahaya, karena perlengkapan topeng singa barong dengan berat puluhan kilo harus dimasukkan di kepala dan leher yang kalau tidak terlatih bisa saja terjadi trauma leher berat yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau malah kematian.


Reog adalah tarian tradisional dari Ponorogo, Jawa Timur dalam arena terbuka yang berfungsi sebagai hiburan rakyat, mengandung unsur magis, penari utama adalah orang berkepala singa dengan hiasan bulu merak, dengan berat topeng mencapai 50–60 kg.

Ditambah beberapa penari bertopeng dan berkuda lumping dan Reog asli dari Indonesia.

Pada 3 Desember 2024, seni pertunjukan Reog Ponorogo masuk dalam daftar UNESCO sebagai Warisan budaya takbenda.

Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kerajaan Daha, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singa Barong dari Kerajaan Daha.

Pasukan Raja Singa Barong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo, Raja Klono dan Wakilnya Bujang Ganong, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan.

Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Daha dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya (wiki pedia ).

Nah, yang saya tonton ini adalah Reog Ponorogo versi Palembang, mungkin tidak sama dengan yang asli dari Ponorogo, tetapi sebagai pertunjukan seni saya pribadi termasuk betah menyaksikan acara ini dari pukul 15-an sampai pukul 17-an.

Tetapi karena hari mulai gelap, sayapun mohon pamit dengan tuan rumah dan pulang dengan "happy" tentunya dapat bahan tulisan satu lagi di Kompasiana. 

Nyari ide tulisan akhir tahun begini susah, Bro.

Bagi yang suka reog atau menemukan perbedaan reog di Palembang dari aslinya, boleh komen ya......

dokumentasi kompal
dokumentasi kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun