Klub Diabetes Rumah Sakuit Myria yang sudah dibentuk bertahun-tahun bukan hanya merupakan wadah berinteraksi rumah sakit dan pasien yang interaktif melalui pemeriksaan gula, berat badan lalu senam bersama dan penyuluhan penyakit, tetapi juga sudah menjadi seperti keluarga besar.
Sesekali kami juga melakukan wisata bersama ke tempat wisata "water park" yang ada di sekitaran Palembang, untuk sekedar penyegaran disamping juga mengajari peserta Klub DM ini fisioterapi air yang gerakannya dapat mengurangi gejala remati, neuropati karena diabetes lama ataupun yang syarafnya terganggu akibat stroke.
Namun sangkin akrabnya, beberapa anggota Klub yang sudah stabil kesehatan dan kadar gulanya seringkali mengundang kami para petugas rumah sakit di Klub DM kalau mereka ada hajatan, misalnya di tanggal 22 Desember lalu bu Asnayeni mengundang kami di pernikahan anaknya dan menantunya Nanda serta Bambang. Beberapa dari kami dapat hadir saat acara resmi, namun karena ada aktifitas lain, saya baru tiba pukul 13.15-an dan seperti biasa saya awalnya berniat melancarkan "serangan kilat", menyalami pengantin dan orang tua, menyalami "angpau" dan langsung pulang untuk tidur siang.
Tetapi satu kalimat kunci dari si yang punya hajatan bu Asnayeni membuat saya tertahan di pesta di daerah Talang Jambi yang sudah masuk di wilayah "Palembang coret" selama hampir 4 jam.Â
"Dok, nanti ada reog..." Katanya.
Nah, lho. Ini agak laen, nih. Makanya kutunggu sampai jam 15.20 baru itu acara reog Ponorogo dimulai dan seperti yang aku tahu harus aku liput yang ada Singa Barongnya, itu adegan paling khas di reog, ketika dua Singa Barong menari-nari yang memiliki tingkat kesulitan tinggi serta berbahaya, karena perlengkapan topeng singa barong dengan berat puluhan kilo harus dimasukkan di kepala dan leher yang kalau tidak terlahir bisa saja terjadi trauma leher berat yang dapat menyebabkan kelumpuhan atau malah kematian.