"Ini konsepnya gimana, sih?" Pikirku dalam hati. Untuk sebuah event yang ada semacam kuliah atau sharing yang membutuhkan interaksi dari atas panggung dengan peserta di bawah panggung, biasanya ada sederet kursi untuk kami duduk manis menatap si pembicara atau malah berdiri sekalian tanpa kursi kalau memang temanya "standing party". Eh ini malah kita disuruh lesehan di permadani dan dikasih bantal buat tiduran.
Dan memang beberapa Kompasianer tidur benaran di beberapa sesi dan bangun di sesi lain sepanjang Kompasianival 2 November 2024 yang berlangsung dari pukul 10 sampai kurang lebih pukul 20 malam. Yang saya amati ada kira-kira 50-70-an orang yang setia di "TKP" sampai habis acara selain panitia dan kira-kira 400 an lainnya lalu lalang hanya ikut di acara yang dia sempat saja karena ada acara lain di awal atau di akhir Kompasianival.
Konsep acara yang "ala-ala piknik di pantai" ini ternyata cocok juga untuk kami-kami para Kompasianer yang bosanan ini supaya betah di acara ini dan tidak kemana-mana lagi karena memang obat terbaik kalau bosan atau capek itu ya tiduran tetapi memang agak kurang enak dengan pembicara kalau dia ngomong dan ternyata penontonnya semua posisi tidur atau malah memang lagi tidur. Seolah tidak menghargai tetapi memang ya posisinya udah selonjoran begitu, mau bagaimana lagi?
Dan memang gara-gara konsep acara " Every Story Matters " yang mempersilahkan kita bersantai ria di lantai kecuali saat dipanggil ikutan acara "Kompasiana Clinic" dimana kita sebagai pasien diobati oleh mentor-mentor yang sudah ahli di penulisan, konten, lomba menulis dan editor penerbitan buku. Di bagian klinik ini ada beberapa kursi bagi yang mau duduk tetapi yang tidak risih tidur bersama antara pria dan wanita di depan panggung, ya dipersilahkan.
Apalagi bagi Kompasianer yang suka opini politik dan reportase bola pasti akan mengantuk kalau tidak suka fiksi, karena di Kompasianival kali ini sepertinya jadi surganya fiksiana community. Dari Kompasiana Clinic yang ada sesi Cerpen serta sesi Editor Novel, ada puisi dan 5 cerpen dibacakan, sampai ada mbak Ratih Kumala pengarang buku Gadis Kretek menjelaskan materinya membuat buku yang menjadi film berjudul sama yang diperankan Dian Sastro idolaku itu.